Sebelumya maaf karena keterlambatan upload, bener-bener lagi gak ada ide.
jadilah sekarang aku upload tapi cuma dikit.
makasih buat yang masih mau membaca ceritaku.
aku lagi coba bikin satu cerita lagi, tapi belom fix.
so, ditunggu dan enjoy it all..
jangan lupa juga komen dan votenya :)
***
“Terima kasih om sudah mengantarku pulang.” aku tersenyum pada om Ar. Hari ini aku kembali pulang ke rumahku, setelah menghabiskan akhir pekan bersama om Ar dan juga keluarganya.
Karena hari ini aku ada kuliah siang, sehingga aku meminta om Ar agar tidak perlu mengantarku ke kampus. Aku tahu dia sangat sibuk dengan urusan di kantornya. Dia sudah mengenakan setelan kerjanya yang terlihat mahal. Dan harus ku akui berulang kali, kalau om Ar memang –selalu- terlihat tampan. Yah aku harus terbiasa sepertinya dengan kilau pesonanya.
Aku bersiap membuka pintu, dan –lagi- om Ar menarik tanganku mencegahku untuk membuka pintu, dengan lembut dia mengecup keningku sedikit lama. Setelah melepas ciumannya, dia tersenyum sangat manis padaku, lalu beranjak keluar melalui pintu di sebelahnya, memutar ke arah pintu di sampingku dan membukanya untukku. ‘Ahh, manis sekali.’ Aku mencoba menyembunyikan senyumku darinya.
Setelah berada di luar mobil, dia berpamitan dan bergegas masuk mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan tempat aku berdiri. Dengan senyum mengembang, aku masuk ke dalam rumah dan mendapati bundaku tengah menyirami tanaman di halaman rumah kami.
“Bunda, aku pulang.” Salamku dan mencium tangan serta pipinya. Ah aku rindu sekali dengan bunda.
“Kamu pulang sendiri, sayang? Mana Dhani?” tanya bunda sembari menengok ke arah belakangku mencari keberadaan om Ar.
“Sudah pergi, bunda. Katanya, ada rapat penting pagi ini.”kataku seraya memeluk bunda manja. “Ayah sudah berangkat ke kantor, bun?” sambungku.
“Sudah sayang, baru saja. Kamu sudah sarapan?” aku sangat menyukai semua perhatian bunda. Aku hanya menjawab dengan anggukan. Setelahnya, kami berdua masuk ke dalam untuk melanjutkan aktivitas kami. Bunda menuju dapur sedangkan aku naik menuju kamarku.
Tiba di kamar, aku manaruh tas-ku di pojokan samping lemari, aku akan membereskannya nanti. Aku berjalan menuju ranjangku dan merebahkan diri di sana. Menatap langit-langit kamar, aku kembali mengingat momen kami berdua –aku dan om Ar- kemarin. Mengingatnya membuatku tersenyum seperti orang gila. Aku tidak menyangka aku akan senyaman itu bersamanya, walaupun kerap kali ada kecanggungan di antara kami. Tapi sungguh, aku menikmati waktu bersamanya.
Kembali aku mengingat pertama kali kami bertemu –setelah dewasa- ketika dia datang ke rumah ini. Aku mendesah frustasi. Ucapannya ketika itu masih membuatku bingung untuk melakukan apa. Apa aku terima saja? Tapi…. Bagaimana dengan kelangsungan hidupku? Apa aku akan bahagia bersamanya? Mungkinkah setelah kami menikah lalu mempunyai beberapa anak yang lucu dan tampan sepertinya?
Aku menggelengkan kepala dengan imajinasi itu. Huh, entahlah! Aku benar-benar ragu. Bagaimana dengan pendidikanku jika aku menikah? Apakah aku bisa menyelesaikan pendidikanku dan bekerja nantinya? Atau mungkin aku bisa menikah dengannya setelah lulus. Iya kan?
Ya ampun. Kenapa aku malah pusing sendiri. aku bingung dengan jawaban untuknya. Tapi dia pernah bilang, mau tak mau aku pasti menikah dengannya. Itu berarti keputusan apapun yang aku buat, aku tetap akan menikah dengannya, kan? Om itu pemaksa sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
Genç KurguFarah Anindya Putri, biasa dipanggil Ara oleh orang terdekatnya, diminta menjadi istri dari seorang tamu yang datang ke rumahnya. Tamu yang mengaku sebagai om dari gadis tersebut, Ardhani Saputra. Lelaki yang masih tampak muda untuk ukuran menjadi o...