Part 21

145 22 6
                                    

Satu tahun kemudian

Boby memarkir mobilnya di halaman rumahnya. Ia menatap sekeliling, dahinya mengerut dengan sendirinya ketika menyadari bahwa halamannya yang dulu hanya ditumbuhi rerumputan kini berubah menjadi taman dengan berbagai jenis bunga.

Bugh!

Suara pintu yang ditutup membuatnya berbalik. Kian keluar dari mobil dengan kedua tangan memegang tali ranselnya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan memperhatikan sekitar.

"Ini rumah Papa." Ujar Boby.

"Iya. Oma sam Aunty Gracia sering ngajak aku ke sini."

Boby mengangguk sebagai tanda bahwa ia juga mengetahui hal itu.

"Yaudah, ayo kita masuk." Ajaknya yang langsung mendapat persetujuan Kian.

Ayah dan anak itu berjalan beriringan menuju pintu masuk dengan Boby merangkul bahu Kian. Keduanya secara refleks mundur saat pintu terbuka.

"Welcome home!"

Tak!

Tak!

Tak!

Seruan disertai konfetti menyambut keduanya. Wajah penuh senyum milik Gracia, Kinan, dan Satya membuat Boby ikut tersenyum, ia menundum menatap Kian yang juga tersenyum. Anak laki-laki itu memang sudah sangat familiar dengan ketiga orang itu.

"Selamat datang keponakan aunty yang paling ganteng." Gracia mendekati Kian dan memeluknya sekilas. "Kamu kangen aunty, gak?"

Kian mengangguk, sebuah tanggapan yang membuat Gracia kegirangan dan memeluk lebih erat.

"Aunty juga kangen sama kamu. Kangen banget pokoknya. Besok kita ke mall, yuk."

"Heh, dia baru naik mobil berjam-jam, harus istirahat dulu." Tegur Boby. "Kamu mending anterin dia ke kamar."

Gracia berdesis, melirik sang kakak dengan sinis lalu kembali tersenyum manis saat berbicara dengan Kian.

"Yuk, kita ke kamar kamu. Kamu pasti suka. Aunty sama Oma udah ngedekor kamar kamu seperti kamar impian kamu."

Boby memperhatikan punggung keduanya lalu menggeleng samar. Ini sudah setahun lebih, tapi hubungannya dengan putranya masih dibilang belum akrab. Jujur saja, ia merasa iri melihat Gracia yang sudah sangat akrab Kian.

Setiap kali ia mengeluhkan itu kepada Kinan, hanya kalimat menohok selalu ia dapatkan.

"Siapa suruh jadi pengecut. Bukannya mengakrabkan diri sama anak, malah  kabur."

"Kenapa lu?" Tanya Kinan.

Boby menggeleng, ia menghempaskan tubuhnya di sofa, Berada di dalam pesawat selama dua jam setengah dan langsung berkendara pergi pulang selama berjam-jam untuk menjemput Kian membuat seluruh badannya terasa pegal.

"Jalanan macet, ya?" Tanya Satya.

"Iya, ada kecelakaan juga tadi. Untung Kian anteng, gak bawel kayak Kinan."

"Ngapa jadi bawa-bawa gue?" Protes Kinan.

"Ya, gak papa."

Kinan berdecak, ia meletakkan tabung bekas konfetti yang entah kenapa masih terus ia pegang di atas meja lalu duduk di lantai karena sofa sudah dikuasai sepenuhnya oleh Boby yang berbaring.

"Bianca apa kabar?" Tanyanya sambil mencomot pizza.

"Baik. Bentar lagi lahiran."

Kinan mengangguk, "Kalau Shania?"

HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang