Part 6

1.7K 222 123
                                    

"Kebetulan selama 2 kali berturut-turut masih masuk akal. Ketiga juga masih bisa ditolerir. Tapi kalau kebetulan yang terjadi udah yang keempat kali, itu sudah bukan kebetulan lagi. Tuhan udah bener-bener ngatur pertemuan kalian."

Boby tidak tahu kenapa ucapan ngawur yang dilontarkan Kinan di atas rooftop rumah sakit waktu itu jadi sering terngiang-ngiang di kepalanya. Sadar tidak sadar, teori Kinan perlahan memengaruhi dirinya. Apalagi setelah kebetulan ketiga kalinya benar-benar terjadi beberapa hari yang lalu.

Boby menghembuskan napas, mencoba mengembalikan konsentrasinya untuk mengerjakan laporan.

"Kenapa, Bob? Ada masalah?" Vino yang kebetulan mendengar helaan napasnya bertanya.

"Gak papa, lagi pusing doang."

Vino mengangguk maklum, sangat wajar jika Boby pusing karena ia sendiri akan pusing jika mengerjakan laporan. Mungkin orang-orang pikir pekerjaan sebagai polisi adalah hal gampang, menangkap pelaku kejahatan maka semuanya akan beres. Itu semua salah, hal terberat adalah membuat laporan penangkapan. Syukur-syukur kalau pelaku kejahatan bisa bekerjasama.

"Oh, iya Bob?" Panggil Vino.

"Hmm?"

"Entar malem jadinya ke resepsi Citra sama anak-anak?"

"Iya, kenapa?"

"Gue juga mau pergi, tapi yang maha sempurna Shani Indira minta jemput di bandara."

Boby tertawa kecil, "Suruh supir aja."

"Yakali, auto diputusin gue. Dapetinnya susah, tuh."

Boby semakin tertawa lebar. "Kasihan bucinnya Shani."

Tak! Tak! Tak!

Pintu ruangan diketuk dengan ujung bolpoin, mengalihkan fokus keduanya. Nobi berdiri di sana. "Rapat divisi 10 menit lagi."

***

Shania sudah berada di dalam gedung di mana resepsi pernikahan Gibran akan dilaksanakan sejak beberapa menit yang lalu. Sendirian tentu saja, sebenarnya dua hari lalu ia sudah akan menghubungi Boby untuk meminta bantuan tapi karena menuruti gengsinya ia membatalkan niatnya.

Jadilah sekarang Shania berdiri sendirian diantara kerumunan, ia sadar kalau Gibran terus memperhatikannya semenjak ia memasuki gedung. Ia tak tahu kenapa lelaki itu bisa begitu cepat menyadari keberadaannya di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Karena merasa malas berlama-lama, ia memutuskan untuk segera masuk ke dalam antrian tamu undangan yang ingin menyalami kedua mempelai. Ia sudah menyiapkan jawaban jika Gibran menanyakan keberadaan Boby.

Namun apalah daya, semakin dekat jaraknya dengan pelaminan, semakin cepat pula detak jantungnya.

Saat ia akan menaiki tangga, seseorang tiba-tiba merangkul pinggangnya. Ia hampir saja memekik jika seseorang yang merangkul pinggangnya itu tidak berbisik.

"Rileks. Ini aku, Boby."

Shania sempat mematung sebelum mengikuti langkah Boby yang menarik pelan pergelangang tangannya untuk maju.

"Selamat." Ujar Shania template pada Gibran.

"Selamat, bro. Doain gue sama Shania supaya cepet nyusul." Ujar Boby terdengar tengil di telinga Shania.

HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang