ACG - 29 (End)

12.9K 1.2K 73
                                    


Tepat hari ini adalah hari pernikahan Hendery dan Xiaojun. Setelah satu minggu melewati beberapa masalah dan konflik yang cukup rumit. Hari ini kedua nya melangsungkan permberkatan di Gereja yang berada di pusat kota Seoul. Keluarga pihak Winwin tidak datang sama sekali meskipun Yuta dan Winwin sudah mencoba untuk mengundangnya. Sedangkan pihak Yuta hanya kakak perempuan kedua yang hadir. Kakak perempuan pertama nya tidak datang karena ia masih merasa tidak di hargai oleh Yuta dan anak-anak nya.

Shotaro duduk di samping Xiaojun yang baru saja selesai di make up tipis-tipis. Memeluk sang sulung dan di balas pelukan oleh Xiaojun.

"Renjun masih belum dateng?"

Shotaro menggelengkan kepala nya.

"Dia masih benci ya sama aku? Karena-"

"Ini udah takdir kak, bukan salah kakak. Kak Renjun masih ngerasa sedih. Mungkin nanti bakalan dateng atau nyambut kita di rumah" ucap Shotaro.

Pintu ruang pengantin terbuka, Chenle mendorong kursi roda Winwin dan masuk ke dalam ruangan.

"Ayok, Hendery sama pendeta nya udah siap."

Xiaojun menghela nafas nya kemudian berdiri dan di bantu oleh Shotaro. Mereka berempat menuju altar.

Disana Hendery tersenyum menawan dengan rambut yang di ke ataskan membuat wajah nya semakin tampan dan bersinar. Xiaojun merasa gugup, calon suami nya menatap nya dengan penuh binar.

"Aku mempercayakan kamu untuk meneruskan tugas ku. Jaga putra ku dengan sebaik mungkin."

Hendery mengangguk, ia mengecup punggung tangan Xiaojun kemudian membawa nya ke hadapan pendeta.

Janji suci mulai di ucapkan. Di dalam gereja hening hanya ada suara sang pendeta yang mengatakan jika mereka sang menjadi sepasang suami suami.

"Kamu boleh mencium pasangan kamu."

Hendery menarik tengkuk Xiaojun kemudian mengecup bibir sang suami.

"I love you."

"I love you too."

Mereka saling memeluk dengan hangat. Para keluarga dan tamu bersorak tepuk tangan dengan haru.

Di bangku ujung sana, Renjun terdiam mengelus perut nya. Ia menatap foto dirinya bersama sang adik kesayangan. Guanlin menghampiri Renjun, memeluk bahu yang mulai bergetar itu.

"A-aku, rindu Nana. Adik ku, Nana ku."

Guanlin menarik tubuh Renjun untuk di peluk, mengelus surai coklat itu dan mengecup nya.

Winwin menangis. Ia memeluk Yuta, entah tangisan haru atau tangisan kesedihan. Sebagai seorang ibu yang melahirkan keempat anak nya. Winwin merasakan senang juga kepedihan. Dua dari empat anak nya mengalami hal yang membahagiakan dan juga menyedihkan secara bersamaan.

"A-aku mau ke rumah sakit."

Yuta mengangguk. Mengusap pipi sang istri dan beranjak mendekati keluarga Seo.

"Tuan Seo, maaf kan aku. Seperti nya keluarga ku harus pergi ke rumah sakit hari ini."

Haechan mengeratkan kepalan tangan nya di belakang jas Mark. Mark meraih tangan Haechan dan menggenggamnya.

"Paman, jangan di lepas."

Yuta tersenyum simpul. Ucapan Haechan adalah keinginan nya dan juga keluarga kecil nya. Namun ia tidak bisa egois jika anak ketiga nya itu tidak bisa bertahan tanpa alat medis. Jalan satu-satu nya adalah mengikhlaskan. Ia tidak mungkin membiarkan sang anak tersiksa terus menerus.

"Haechan, mau ikut ke rumah sakit?"

Haechan mengangguk.

"Kita pergi sayang. Kamu mau liat Jaemin kan?"

Awas Camer Galak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang