BAB 3 : Rencana awal

9 2 0
                                    

Crystal memasuki kelasnya, tangan gadis itu sedikit menyingkirkan rambut yang terlalu menghalangi penglihatan, bagaimana tidak di anggap gadis aneh jika penampilan nya saja sudah membuat orang terheran-heran.

Crystal dengan pakaian kebesaran, celana yang sampai pada mata kaki rambut seperti biasa kusut kacamata bulat dan tak lupa gaya rambut yang menutupi separuh wajahnya.

Mata gadis yang memiliki nama panjang Crystal Sherina Quella itu menengok ke segala arah, dia sedang mencari seseorang.

"Davia!" Crystal segera menutup mulutnya, saat melihat orang-orang yang sudah berada di kelas itu menengok ke arahnya. Tatapan terganggu dan tak peduli dia dapatkan.

Setelah menemukan gadis yang sedang duduk memainkan ponsel di tangannya itu Crystal dengan refleks memanggil nama nya.

Gadis yang namanya di panggil mendongak, tersenyum dan melambaikan tangan pada Crystal. Menyuruh gadis itu agar segera mendekat.

"Tumben kau datang telat, biasanya selalu tepat waktu." Davia berhenti memainkan ponsel, memutuskan dirinya menghadap Crystal.

"Ada sedikit kendala," ujar Crystal Setelah duduk di sebelah Davia.

Davia mengamati wajah yang tertutupi rambut itu dengan teliti. "Crystal mata kau terlihat sangat lelah? Kau pulang jam berapa setelah kerja. "

Crystal melorotkan kacamata nya sedikit, lalu mengucek mata itu. "Aku sedikit bergadang menyelesaikan tugas."

Davia menghela nafas lelah mendengar nya.

"Jangan terlalu memaksakan diri, Crystal. Jika kau lelah beristirahat saja di rumahku."Crystal tersenyum mendapat nasihat dari Davia.

Walaupun terkadang bersikap berlebihan, Davia adalah teman yang baik, dan satu-satunya teman Crystal. Persahabatan kedua nya berlangsung pada saat itu, Davia sedang menangis di tempat yang sepi seorang diri, Crystal yang sedang lewat tak sengaja melihat gadis itu yang sangat terpuruk.

Karena tak tega melihatnya, Crystal menghampiri dan memberikan sapu tangan nya.

Davia yang mendapati seseorang menghampiri nya semakin menangis, tanpa melihat siapa orang itu, Davia memeluk Crystal dan menangis hebat di pelukan nya.

Crystal tak menyangka akan respon dari gadis asing di hadapan nya. Namun setelah itu, Crystal mema'lumi dan memberikan sedikit usapan lembut pada bahu Davia.

Lewat sentuhan tangan itu menyalurkan perasaan hangat dan tenang yang masuk ke dalam hati Davia, gadis itu lalu mendongak menatap Crystal yang saat itu tak memakai kacamata nya.

Davia terpana okeh mata itu ... sangat indah, meneduhkan memancarkan aura hangat yang dapat menenangkan hati setiap orang yang melihat nya.

Davia tersenyum lalu berucap. "Aku tak tau siapa sebenarnya kau tetapi aku ingin menjadi sahabatmu, selamanya, aku harap kau mau berteman dengan ku."

Crystal yang saat itu tak punya teman sontak saja menganggukan kepalanya setuju.

Setelah hari itu mereka menjadi seorang sahabat sampai saat ini, seperti yang di ucapkan oleh Davia.

Lamunan Crystal buyar saat seorang dosen memasuki kelas mereka.

Setelah itu Crystal hanya fokus mendengarkan sampai materi pagi itu selesai dan dosen wanita itu pergi meninggalkan kelas.

"Ayo makan." Davia menggandeng tangan Crystal dari tempat nya, mereka melangkah melewati pintu ruangan, berjalan menuju tempat penjual makanan.

Crystal sempat tak enak saat banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya bahkan selalu saja ada orang yang berbicara pada Davia seperti,

CRYSTAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang