BAB 4 : Lelaki setenang air

8 2 0
                                    

Crystal keluar dari fakultasnya bersama Davia  akhirnya,  kuliah hari ini selesai. 

Suara telepon  masuk dari handphone Davia menghentikan langkah mereka. Davia menempelkan benda tipis itu di telinganya setelah  menggeser ikon hijau.

"Halo pak. Iya tunggu saya di perkiraan saja ya. Baik saya matikan teleponnya." Selesai menerima panggilan dari supir pribadi nya, teman Crystal itu memasukan handphone ke saku tas.

"Crystal  seperti nya aku harus pulang duluan,  kau tidak keberatan aku tinggal sendirian di sini?" Crystal melihat Davia yang seperti nya memang sedang buru-buru.

Gadis itu menampilkan senyum,  mengerti.

"Aku tidak akan tersesat di sini Davia jika itu yang kau takutkan," ujar Crystal mengundang kekehan geli dari Davia.

"Maksud ku, aku takut kau akan bertemu manusia yang mempunyai mulut  busuk Crystal jangan sampai kau di bully lagi. Aku serius akan menghajar orang itu jika masih berani mengganggu temanku." Mengepalkan tangan kuat seperti nya Davia memang tidak main-main dengan ucapannya.

Crystal mengangguk. Hendak menyentuh tangan Davia,  namun gadis itu lebih dulu menghindar.

"Jangan menghipnotis ku Crystal.  Aku tidak ingin menuruti kemauan mu kali ini."

"Aku tidak melakukan itu. Kau fikir aku bisa menghipnotis manusia?" Crystal  mendekat kepada Davia. 

Davia tertawa saat Crystal ternyata menganggap serius ucapannya.

"Aku bercanda Crystal , mungkin itu memang bakat alami mu, bisa membuat semua orang terpesona, tertegun, dan memberikan ketenangan, hanya dengan sentuhan tanganmu." Davia menjelaskan hal yang selalu terjadi padanya jika sdang bersama Crystal.

"Memang nya aku mempunyai kekuatan sampai bisa melakukan itu? Kau jangan mengada-ngada Davia."

"Aku tidak bergurau! Crystal  sungguh. Itu yang aku rasakan saat kau menyentuh tanganku. Kau memang seperti mempunyai mantra ajaib." Mata gadis itu bersinar saat bercerita tentang kekuatan.

Crystal menggeleng kan kepalanya heran. Seperti nya Davia terlalu banyak menghayal. "Kita hidup di jaman modern Davia, mana ada kekuatan seperti itu." Melihat sekeliling nya sudah sepi, Crystal menyelipkan sebelah rambut nya ke samping telinga. Sementara sebelahnya lagi di biarkan menutupi wajahnya.

"Terserah kau sajalah Crystal," Davia memandang takjub wajah Crystal.  "Walaupun aku sudah mengetahui wajah aslimu, tetap saja aku selalu terpesona pada keindahan wajahmu Crystal, aku tidak tau mengapa, tapi kau seperti bukan manusia biasa, wajahmu itu mempunyai aura yang kuat. Jujur saja aku tidak kuat bertatapan lama dengan mata mu,"ujar Davia bercerita panjang lebar, menyuarakan isi hatinya pada Crystal.

  Anggap saja gadis itu membuai
namun kenyataannya itu yang dia rasakan.

"Bukankah saat ini wajahku sedang menggunakan foundation? Seperti nya penglihatan mu buruk Davia." Crystal bercanda.

Crystal tak tau mengapa mereka selalu berlebihan membicarakan  wajahnya,  padahal Crystal merasa wajahnya tidak lah semenawan itu. Crystal  bahkan sering tidak percaya diri dengan keadaannya.

"Mau dilapisi apapun jika yang memikat aura mu tetap saja terlihat menawan Crystal, hanya orang-orang bodoh yang mudah tertipu olehmu."

"Davia, kau terlalu berlebihan. " Crystal tertawa sesaat. "Eh, bukankah kau harus buru-buru pulang? mengapa masih berada di sini?"

Davia seperti  baru menyadari kepentingan nya, gadis itu berlari panik, dengan kaki melangkah kepalanya menengok ke belakang, Melambaikan tangan pada Crystal sebagai  tanda perpisahan.

CRYSTAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang