Prolog

190 28 77
                                    

Entah dosa apa yang sudah Reyland lakukan sebelumnya, hingga hari ini mendapat tiga kali luka. Pertama, dia dihukum oleh guru olahraganya untuk membersihkan toilet karena telat masuk sekolah hingga tangannya pegal-pegal. Kedua, dia terpeleset saat di makam karena sebelumnya hujan.

Belum sembuh total rasa sakit di pinggangnya, malam ini tepat pukul setengah sembilan di jalan Kamboja, dia terjatuh dari motornya dan kaki kirinya tertimpa motor kesayangannya itu.

Cewek yang asal menyebrang hingga membuat Reyland terjatuh itu kini tengah khawatir dengan keadaan Reyland. Dia berkali-kali mengucapkan kata maaf, seraya membungkukkan badannya. Sedangkan Reyland hanya terdiam, menatap cewek itu di balik helmnya sambil menahan rasa nyeri pada kakinya.

Sebelum pergi, cewek itu merogoh tas selempangnya dan mengambil sebatang coklat yang masih terbungkus, utuh.

"Tolong terima coklat ini sebagai tanda minta maaf ku. Aku sedang buru-buru, sekali lagi aku minta maaf," ucap cewek itu dan sekali lagi dia membungkukkan badan.

Setelah coklat itu diterima oleh Reyland, cewek itu langsung pergi meninggalkan Reyland. Sepertinya, Reyland telat untuk mengucapkan terima kasih. Cowok itu membuka helmnya, dan duduk di tepi jalan.

"Jemput gue di Jalan Kamboja, sama Oscar."

"Dua menit."

Reyland menelfon orang yang beberapa menit yang lalui ia temui di rumah orang itu, dan kebetulan dia tidak hanya dengan orang yang baru saja ia telfon, ada satu orang lagi yang tadi Reyland sebut. Oscar. Sembari menunggu dua orang itu, Reyland memijat kakinya berharap bisa lebih baik rasanya.

Dia kemudian mengangkat coklat dari cewek tadi. Wajah cewek itu kembali terukir dalam pikirannya. Terlebih lagi mata cewek itu, yang membuat Reyland diam seketika.

Suara motor berhenti tak jauh dari tempat Reyland duduk. Terlihat kedua remaja cowok itu menghampiri Reyland dengan raut wajah yang seolah-olah bertanya.

"Belum ada lima menit lo pulang dari rumah Aksa udah tepar aja," ucap Oscar tanpa jeda yang sudah berjongkok di depan Reyland.

"Mana yang sakit?" Aksa ikut bertanya. "Ini?"

Aksa tiba-tiba memegang kaki Reyland yang sakit, Reyland yang kesakitan reflek berteriak. "Sakit, Sa!" Reyland meringis kesakitan.

Singkat padat dan jelas, Aksa mengatakan. "Sorry."

"Keliatannya sakit banget, bawa ke rumah sakit aja Sa."

"Lo lup-"

"ENGGAK! Nggak mau gue!" Reyland menolak dengan keras sekaligus memotong ucapan Aksa. Oscar lupa jika Reyland tidak menyukai rumah sakit. Sebisa mungkin, dia merawat dirinya agar tidak berkunjung ke rumah sakit.

Gelak tawa dari Oscar ketika melihat wajah Reyland yang tadinya kesakitan menjadi ketakutan. "Hahaha, gue lupa Bang."

"Biar diurut aja. Ayo pulang ah, lo pada nggak takut apa, kalau ada mbaketay," ucap Reyland.

"Mbaketay?" Aksa bertanya.

"Ituloh mantannya Oscar, kunti," jawab Reyland dengan santainya.

"Sialan lo, rambutan!"

Reyland dan Aksa tertawa secara bersamaan. Reyland seperti lupa dengan rasa sakitnya. Kedua cowok itu adalah sahabatnya, bagi Reyland, Aksa dan Oscar adalah rumah kedua. Mereka saling akrab sejak kelas SMP sampai SMA kelas XI. Kelas IX, mereka bertiga memutuskan untuk bersekolah di SMA yang sama.

Rambutan adalah nama yang kadang digunakan Oscar untuk memanggil Reyland. Di awal-awal meraka akrab, Oscar menambahkan nama 'Mbutan' setelah nama 'Rey' menjadi 'Reymbutan' atau diplesetkan menjadi rambutan.

—TTK—


Halo prends!🙋🏻‍♀️

Jadi ini cerita pertama saya, kritik dan saran baik kalian sangat berarti bagi saya. Murni dari pikiran saya, oke. Prolog dulu ya hehehehe.

Kasih nilai untuk awalan ini = 1/10?

Tentang KambojaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang