Derasnya hujan, membasahi jalanan kota kelahiran Reyland. Malam Minggu yang dingin, kedua orang itu membuat teh hangat untuk menemani obrolan mereka malam ini. Reyland dan Dion kini tengah duduk di ruang tamu rumah Dion. Dion akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara serius dengan Reyland.
"Jadi, gimana hubungan kamu sama putri saya?" Dion mulai bertanya-tanya, setelah mengobrol santai.
"Kita cuma temenan biasa Om," jawab Reyland dengan jujur.
"Kamu pernah lihat dia ketakutan?"
Reyland terdiam, sejenak dia berpikir. "Belum pernah, kayaknya sih," ucapnya dengan perasaan ragu.
Dion kembali meletakkan cangkir itu di atas meja, setelah ia meneguk teh hangat itu.
"Hampir satu tahun setelah putri saya lulus SMP, saya membantu dia untuk terbebas dari traumanya. Lyzie mendapat perundungan semasa SD dan SMP, Rey. Om harap, kamu bisa bersikap baik sama dia. Tapi, saya yakin kamu itu orang baik Rey."
Reyland terkejut mendengar cerita Dion tentang Lyzie itu. Batin Reyland, orang sebaik dan selugu Lyzie bisa mendapatkan hal yang buruk seperti itu, dan dalam waktu yang tidak singkat.
Dia teringat tentang bagaimana sikap Gerald kepada Lyzie. Dia sudah tahu, apa yang sudah Gerald lakukan kepada Lyzie saat di belakang kelas sepuluh, tiga hari yang lalu. Aksa sudah bercerita semuanya kepada Reyland, Reyland masih memilih untuk diam.
"Sepertinya, Om berhasil membantu Lyzie."
"Kenapa kamu ngomong seperti itu? Putri saya mendapatkan hal yang sama lagi di SMA seperti di masa lalunya?"
Reyland diam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Dion, tapi dia paham maksud Dion. Dia takut membuat hati Dion sakit. Reyland sedikit menyesal mengatakan hal itu, padahal niatnya untuk memberi apresiasi kepada Dion. Tapi, pertanyaan Dion membuat Reyland merasa pertanyaan itu menjebak.
"Jujur sama saya, Rey."
"Om kenapa baru cerita soal ini ke Rey?"
"Karena dulu belum ada waktu yang tepat. Dan sekarang kamu juga sudah dewasa."
Dion memberhentikan bicaranya, dia memegang salah satu bahu Reyland.
"Saya tidak akan marah, walaupun hati saya sakit jika itu memang benar Rey. Saya kenal kamu bukan satu, dua atau tiga bulan. Saya sekarang sudah lebih paham dengan sifat kamu. Kamu baik Rey, seperti ayah kamu. Kamu bisa, kan, jaga Lyzie?"
Dion kembali menjeda bicaranya. "Penyakit Om, kadang buat Om nggak yakin bisa hidup lama dengan Ily ...."
"Rey yakin, Om Dion sembuh!"
"Saya juga mendoakan tentang hal itu. Tapi, selalu ada waktu yang buat saya lelah. Om tidak akan paksa kamu Rey. Kamu mau lakukan permintaan Om semampu kamu, Om sudah sangat berterima kasih."
"Rey nggak yakin kalau Rey bisa, Om ...." Reyland menundukkan kepalanya, badannya lemas.
"Tegakkan badan kamu, Rey. Ingat perkataan saya tadi, saya tidak akan paksa kamu, kamu tidak perlu membuat janji kepada saya. Cukup, kamu jaga Lyzie karena perasaan dari hati kamu."
"Terima kasih, sudah berkunjung ke rumah ini malam ini, Rey. Walaupun rumah kamu samping rumah ini, tetap hati-hati dalam perjalanan pulang, haha," ucap Dion seraya menepuk-nepuk punggung Reyland.
"Makasih juga sudah cerita, doain Rey bisa Om."
•••••
Seorang Reyland Risnardo, yang hidup masih diselimuti perasaan sedih. Dia hampir sama seperti Lyzie, di sebelumnya terus-menerus melawan rasa trauma karena masa kecil yang mereka dapatkan, masa yang tentu tidak diinginkan oleh mereka.
Reyland berdiri di tengah-tengah guyuran hujan yang masih deras. Tangan kirinya memegang payung, dan tangan satunya terangkat membiarkan basah terkena air.
Malam ini, Reyland berpikir keras tentang permintaan Dion. Dia tidak menjadikan ini beban, karena Dion juga tidak memaksanya. Dan, mulai malam ini, Reyland sudah menemukan jawabannya.
Ada satu hal lagi yang membuat dirinya yakin, yaitu, perkataan ayahnya dulu.
-TTK-
Jaga kesehatan kalian, prends! Have a nice day.
-Er
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamboja
أدب المراهقينBukan tentang negara bukan pula tentang bunga. Secuil kebahagiaan dan sejuta bekas luka bagi mereka. Start = 7 Desember 2022 End = 21 April 2023 ©Tulisanbiruku update lagi 20-6-23