- IDE CERITA -

6.7K 225 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kagak capek lu beliin kue mulu buat mereka?" Sebatang pocky habis dilumat pemilik bibir tebal dengan tahi lalat dibawah mulutnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kagak capek lu beliin kue mulu buat mereka?" Sebatang pocky habis dilumat pemilik bibir tebal dengan tahi lalat dibawah mulutnya itu. Sementara yang disindir tersenyum dan membuat matanya yang sipit menghilang.

"Abisnya cuma itu yang bisa gue lakukan buat nunjukin apresiasi buat mereka." jawab Jevin singkat. Ia fokus pada fotonya bersama teman-teman kampus yang dipanggilnya Seblak Squad. Di foto itu, seorang gadis kecil mungil mirip anak SMP tersenyum riang dengan tangan memegang rainbow cake yang dibeli Jevin. Jevin sendiri berdiri di pojok kanan atas, tersenyum sambil merangkul seorang lelaki berambut pink yang tak lain adalah sahabat Jevin, Daniel.

Nasha, gadis semampai itu iri dengan semua gadis kecil mungil atau semua hal-hal yang kecil mungil. Menurutnya, semua yang kecil mungil cocok dengan image imut dan warna warni pastel.

Ia menatap refleksi dirinya di cermin besar di ruang keluarga Jevin. Nasha terobsesi dengan segala hal yang kecil mungil nan imut, jadi dia berusaha keras untuk mengecilkan tubuhnya dengan pilates dan olahraga lainnya. Tapi apa daya, gen tubuhnya menang. Tubuhnya tinggi menjulang, lebih tinggi daripada cewek-cewek.

Pinggang ramping, perut rata, panggul seksi dan dada yang besar juga lekuk punggung yang sempurna, tak lupa rambut hitam panjang sepinggangnya dengan mata besar dan tahi lalat yang menarik di bawah bibirnya sanggup membuat perempuan maupun laki-laki menoleh, mengarahkan pandangannya pada Nasha.

Hal ini juga yang membuat teman-temannya memaksa Nasha untuk menjadi model, tapi Nasha tak mau. Nasha lebih memilih impiannya menjadi arsitek.

Walaupun tinggi dan postur tubuhnya membuatnya tak kesulitan menemukan baju yang tepat dan tak perlu memotong celana karena kepanjangan, tetap saja ia ingin sesekali mencoba baju-baju pastel ala korea. Tapi sayang, tinggi dan postur tubuhnya membuatnya terjebak dalam baju-baju earth tone atau hitam elegan.

"Gue juga mau kue, Vin." Celetuk Nasha. Saat Jevin menoleh padanya, jantungnya berdebar kencang. Tatapan Jevin selalu membiusnya, membuatnya mematung dengan lidah kelu.

"Lu kan bisa beli sendiri, Nash." Jawab Jevin bingung. Nasha mendengus kencang.

"Temen-temen lu juga bisa kan beli sendiri, gausah lu yang beliin." Gerutu Nasha. Jevin tergelak.

"Bukan gitu, Nash. Lu cewek paling mandiri yang gue kenal. Lu bisa beli segala macam sendiri, kenapa harus sama gue?" Tanya Jevin sambil menepuk-nepuk paha Nasha. Setitik air mata perlahan menumpuk di ujung mata Nasha. Buru-buru ia ambil obat tetes mata di tasnya lalu ia teteskan di mata demi menyembunyikan airmatanya.

Seandainya saja Jevin sedikit lebih peka.







—to be continued


[M] Perfection | Bluesy JenrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang