╔════════════╗
𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘪𝘭𝘭 𝘣𝘦 𝘰𝘬𝘢𝘺 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯
╚════════════╝
Sejak awal perkuliahan, Nasha sudah menjadi pusat perhatian seluruh kampus.
Bagaimana tidak? Nasha bak boneka hidup yang cantik rupawan dengan tinggi semampai sampai-sampai saking cantiknya banyak yang tak mempercayai kecantikan Nasha. Kehadirannya membuat seluruh mata tertuju padanya, memukau semua yang menatapnya dengan aura elegan terpancar dari seluruh tubuhnya.
Seringkali berkat tinggi tubuhnya yang semampai dan kecantikannya, Nasha mendapatkan tawaran casting aktris atau model, tapi semua ditolaknya mentah-mentah. Nasha tak tertarik dengan hal lain selain menyempurnakan dirinya sendiri dan tawaran di dunia entertainment tak masuk dalam daftar pengembangan dirinya. Ia terlalu larut dalam pelariannya juga dunia arsitektur yang memikat hatinya; dunia arsitektur yang mengedepankan keruntutan dan keteraturan dari struktur satu persatu bangunan yang pada akhirnya membuat sebuah kesempurnaan dan berguna bagi banyak orang.
Jevin yang telah menemani hidupnya selama masa SMA-nya terlalu mendominasi hatinya, hingga rasanya Nasha tak memiliki sisa tempat di hatinya untuk dirinya sendiri. Jevin terlalu berkesan, terpatri kuat di hatinya dan satu-satunya cara untuk melupakan itu semua adalah menyibukkan diri dengan seluruh kegiatan di kampus; mengerjakan tugas, mengikuti seminar, mengerjakan tugas tambahan dari dosen, apapun itu akan Nasha lakukan agar dirinya tak berkesempatan untuk merasakan kesedihan.
Nasha tak bersahabat dengan siapapun, jangan bersahabat--untuk berteman pun tidak. Nasha juga tak tertarik bersaing dengan orang lain, karena fokusnya adalah diri sendiri. Namun lain halnya dengan lelaki yang mengantarnya di bandara itu, Nasha terlalu terbiasa dengan kehadirannya hingga terobsesi untuk bertemu Jevin di puncak kesuksesan mereka.
Skenario versi Nasha adalah nanti mereka bisa memamerkan pencapaian masing-masing sambil Nasha memantaskan diri untuk Jevin yang sempurna di matanya. Karena bagi Nasha, Jevin adalah makna dari sempurna itu sendiri, maka siapapun yang ada di sekeliling Jevin pun harus sama sempurnanya dengan lelaki itu. Nasha pernah merasakan kehormatan tersebut dan kini ia ingin merasakannya lagi demi bisa menjadi seseorang yang pantas untuk Jevin.
Tapi sedikit demi sedikit ia mulai membuka hatinya, memperbolehkan orang untuk melihat isi dunianya namun tak seorang pun boleh berkomentar akan hidup Nasha. Nasha tak pernah kepo pada siapapun, tak pula akan ikut campur urusan hidup orang lain kecuali diminta dan Nasha pun berharap orang lain akan melakukan hal yang sama dengannya.
Kadang kesepian juga menyergapnya di malam hari. Ditemani secangkir teh hijau hangat di tengah musim dingin bulan Juli, memeluk lutut sambil menatap cahaya lampu tanda roda kehidupan berputar berpendaran dibawah sana dengan tangan memegang ponsel berharap masuknya sebuah notifikasi dari sebuah eksistensi sempurna tambatan hatinya. Sedikit saja bukti dari eksistensi itu masih mengingat tentang dirinya, maka Nasha sanggup melawan dunianya yang terasa semakin berat menghuni pundaknya.
Namun malam ini, semesta kembali berkata tidak. Tanpa ia sadari, 6 tahun sudah terlewati tanpa dia barang sekedar bertanya bagaimana kabarnya di negeri orang atau tanda dia masih eksis pun tak ada. 4 tahun kuliah sarjana, 2 tahun kuliah magister dan 2 gelar sudah di tangannya pun Jevin tak kunjung juga menampakkan batang hidungnya.
Nasha tahu, pria satu itu cukup merahasiakan kehidupan pribadinya. Ia tak pernah sekalipun mengunggah sekelumit kehidupan pribadinya di media sosial, pun chat darinya tak pernah ada lagi. Mungkinkah Jevin sudah mengganti semua akun sosial medianya? Nasha benar-benar tak tahu kabar Jevin kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Perfection | Bluesy Jenrina
Fanfiction[BLUESY JENRINA] Tuhan, kenapa harus dia? Aku bahkan kesulitan menahan diri setiap kali ia melempar senyumnya padaku. Aku tahu, kadang Tuhan tak adil, terutama pada lelaki ini. Tuhan menjadikan lelaki ini sebagai favorit-Nya dan menganugerahinya waj...