18. Ditahan, Sesak. Diungkapkan, Aku Rusak

1.7K 184 29
                                    

╔════════════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔════════════╗

Aku lelah menjadi yang sempurna

╚════════════╝

Percikan darah menetes di lantai tapi tak terasa sakit sama sekali. Nasha pikir tetesannya akan jatuh didekat kakinya, tetapi tidak. Tetesannya justru menetes di belakang kaki Jevin.

Jevin berhasil menghadang bilah pisau besar yang tajam itu dari perut Nasha yang sedang mengandung anaknya walau kini ia meringis menahan rasa sakit yang perih menyengat dari sebilah pisau yang menusuk punggung bawahnya.

"Lo ga apa-apa...?" Tanya Jevin parau. Nasha yang ternyata telah berada dalam pelukan Jevin tertegun mendengar suaranya khawatir akan keadannya. Tanpa sadar, tangannya melepas bilah pisau itu dan suara pisau jatuh itu nyaring bergema di lantai. Ditariknya kedua tangannya dan benar saja, kedua tangannya sudah bersimbah darah—bukan darahnya, tapi darah Jevin.

"Lo berdarah—" seruan yang hendak keluar dari bibirnya berhenti karena Jevin memegang pundaknya lalu mengelus perutnya juga meraba wajah Nasha, memastikan keadaan Nasha baik-baik saja. Wajah tegangnya melunak ketika menyadari Nasha baik-baik saja, tak terluka barang sedikitpun.

Ditariknya lagi Nasha ke dalam pelukannya, kali ini jauh lebih lembut dari sebelumnya ketika ia terpaksa bergerak kasar demi menghadang pisau itu agar tak menusuk Nasha.

"Syukurlah lo ga apa-apa," ujarnya lagi sembari mengeratkan pelukannya. Nasha yang tenggelam di dada Jevin mau tak mau terpaksa menghirup aroma tubuh Jevin yang seketika meluluhkan amarah di hatinya.

Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri; berada dalam pelukan Jevin adalah tempat ternyaman baginya. Kaget sekaligus paham bahwa ternyata hal itu tak berubah sekalipun Jevin telah mengecewakannya.

Rasa kecewanya sama besar dengan rasa cintanya, bagaikan sebuah koin; saling bertolak belakang tapi berdampingan selalu.

"Lo boleh marah-marah ke gue, sakiti gue... tapi gue mohon, jangan sakiti diri lo sendiri. Janji sama gue, ya?" bisik Jevin parau.

Nasha masih terdiam seribu bahasa. Janji yang begitu mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan karena apa yang ia lakukan sejak kedatangan Jevin tak ubahnya menyakiti dirinya sendiri, termasuk menyakiti janin dalam perutnya.

Nasha mengangguk pelan. Hanya dengan itu saja, Jevin tersenyum puas. Kali ini ia elus kepala Nasha diikuti sebuah kecupan di pucuk kepalanya.

"Kita ke rumah sakit sekarang," ternyata dalam kondisi kalut dan baru saja meledakkan emosinya seperti itu, Nasha masih bisa berpikir logis dan Jevin bersyukur akan hal itu.

Jevin yang baru saja merasakan sakitnya tusukan pisau di pinggang belakangnya itu mengangguk dan membiarkan Nasha membuka kaosnya. Jevin meringis pelan. Darah terlihat merembes di kaosnya dan Nasha buru-buru membalut luka itu dengan mengikatkan kaos lengan panjang Jevin di pinggangnya demi menahan pendarahannya.

[M] Perfection | Bluesy JenrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang