"Halo, Ma."
"Vin, kamu dimana?"
"Aku--"
"Mama udah tau. Nasha hamil, kan?"
"Kata siapa--"
"Ga penting kata siapa, yang penting Nasha beneran hamil kan? Itu anak kamu kan? Aduh syukurlah! Ga apa-apa deh urutannya kebalik, yang penting itu anak kamu!"
"Ma..."
"Bener kan, kata Mama? Mending sama Nasha! Kalo aja dari dulu kamu nurut sama apa kata Papa Mama, kamu kan ga perlu jadi duda dulu! Udah deh, cepetan lahiran biar Mama bisa bikinin kamu resepsi disini!"
"Ma, Nasha itu orang, Ma. Nasha juga punya perasaan. Ini ga segampang yang Mama pikirkan--"
"Vin, itu anak kamu, kan? Ya sudah, masalah selesai!"
"Ngga gitu dong, Ma! Lagian gimana caranya Mama tau itu anak aku atau bukan!?"
***
╔════════════╗
She's broken because she believed
He's ok because he lied╚════════════╝
"Aku bener-bener lupa kalo aku cuma alat bagi kamu dan keluarga kamu, Vin. Aku ga pernah dianggap sebagai manusia di mata kalian," Jevin terperanjat mendengar Nasha tiba-tiba muncul dari belakangnya.
"Nasha! Aku--"
"Aku denger semuanya."
"Nash, Mama--"
"Aku mungkin memang bukan manusia yang punya harga diri di mata kalian, tapi aku ga murahan, Vin. Aku ga pernah sama siapapun kecuali kamu. Ini anak kamu, 100% anak kamu," sahutnya lagi dingin. Kali ini ia dengan susah payah duduk di sofa. Jevin buru-buru mendekati hendak membantunya, tapi ditepisnya tangan Jevin kasar.
"Nasha..."
Nasha menengadah, menutup matanya dengan tangannya. Mata dan hidungnya memerah, tenggorokannya terlihat naik turun. Ia sedang menelan airmatanya. Jevin menelan ludah.
"Aku janji akan jaga anak ini baik-baik sampe dia lahir. Tapi setelah itu, aku mohon lepaskan aku." Nasha berkata pelan namun terdengar seperti petir menyambar di siang bolong bagi Jevin.
"Aku mau bebas; bebas dari kamu dan sikap angin-anginan kamu, bebas dari orangtua kamu yang bahkan saking anehnya aku sendiri ga tau gimana cara ngedeskripsiinnya. Aku janji, aku ga akan bilang ke siapapun tentang fakta bahwa aku yang melahirkan anak ini, aku juga akan menghilang dan ga akan nuntut apapun dari keluarga kamu. Jadi please, begitu anak ini lahir, silakan bawa dia dan pergi dari hidup aku."
"Nasha, apa sih!?"
"Aku capek, Vin. Aku capek jadi beban buat kamu."
"Kamu bukan beban!! Kamu bukan beban, Nasha!" Jevin meraih tangan Nasha dan menggenggamnya erat. Namun Nasha tak membalas dan tak juga menampik genggaman tangan Jevin. Ia hanya terdiam, masih sesenggukan pelan sambil menengadah.
"Tapi aku capek, Vin. Capek banget, sumpah. Hidupku selama ini baik-baik aja dan aku pikir ga akan ada yang berubah setelah ketemu kamu di Norway. Ternyata aku salah, untuk pertama kalinya, aku lelah."
"Nasha, tolong percaya sama aku. Aku--"
"Nggak."
Nasha menegakkan kepalanya. Ia menatap tajam Jevin seolah hendak menyiksa Jevin hanya dengan tatapannya.
"Aku ga bisa percaya sama kamu. Kamu bilang sayang sama aku tapi kamu ga bisa ngebela aku atau anak ini didepan ortu kamu."
Jevin menelan ludah lagi. Pernyataan Nasha sangat tepat sasaran; kali ini ia menyadari, betapa plin-plannya dirinya didepan orang yang katanya ia sayangi. Bukan cuma Nasha, tapi juga didepan bayi yang dikandung Nasha, darah dagingnya sendiri.
"Padahal kamu bilang kamu sayang aku. Padahal kamu bilang ingin jadi ayah untuk anak ini. Tapi apa yang kamu lakukan malah bikin aku hilang kepercayaan sama kamu."
Keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Sunyi senyap, hanya suara detak jarum jam yang terdengar menberitahukan mereka bahwa waktu terus berjalan.
Jevin pun hanya bisa menatap wajah cantik Nasha. Kulit putihnya yang kemerahan karena menahan nangis memang semakin memperindah kecantikannya, namun kecantikan itu begitu pedih baginya. Kepedihan itu jauh lebih terlihat dibandingkan dengan cantiknya Nasha yang selalu mempesona.
"Maaf kalo aku jahat, Vin. Tapi pilih; aku atau ortu kamu?"
--to be continued.Maaf Ewer akan hiatus ya. Ewer mau pindahan duluu, dadah! 👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Perfection | Bluesy Jenrina
Fanfic[BLUESY JENRINA] Tuhan, kenapa harus dia? Aku bahkan kesulitan menahan diri setiap kali ia melempar senyumnya padaku. Aku tahu, kadang Tuhan tak adil, terutama pada lelaki ini. Tuhan menjadikan lelaki ini sebagai favorit-Nya dan menganugerahinya waj...