╔════════════╗
When he looks at me,
I swear I forgot how to breathe
╚════════════╝
"Vin, lo pernah--"
"Lo?"
Nasha menelan ludahnya sekali lagi. Jevin hanya mengerlingkan mata ke arahnya sembari tersenyum hangat tapi cukup untuk membuat jantung Nasha berdegup kencang.
"Bentar lagi kita jadi suami istri, masa kamu masih manggil aku pake 'lo'?" Jevin tersenyum dengan tampannya, setara dengan listrik sejuta volt bagi Nasha.
"Be--belum biasa, lah!"
"Coba pilih; mau panggil sayang, beb atau Papa?" Jevin menggodanya lagi. Kali ini dengan mengecup pucuk kepala Nasha dan beralih mengecup perut besarnya, buah cinta mereka berdua.
"Say--"
Jevin sudah menatapnya duluan dan belum sempat Nasha memanggilnya, Nasha sudah mati kutu.
"Hmm? Ga kedengeran."
"Ih!!"
"Eh, ga boleh pukul-pukul," ujar Jevin sambil menarik tangan Nasha yang baru saja memukulnya dan menaruhnya di atas kepala Jevin lalu menggerakkannya agar tangan Nasha mengelus kepalanya.
"Kalo disayang-sayang, boleh."
Nasha manyun total, tapi tangannya menurut dan terus mengelus Jevin sementara Jevin sedari tadi masih sibuk dengan perutnya.
"Sayang?"
"Iya, cintaku?" Ditatap Jevin dengan mata yang menyipit karena senyum manisnya adalah kelemahan Nasha. Jantungnya berdegup kencang sekali sampai-sampai ia kelimpungan dan menjatuhkan badannya ke kasur lalu berguling ke satu sisi sambil menutup mukanya. Terlihat rona merah di telinganya.
Jevin terkekeh.
"Apaan sih, digituin doang kok baper," ujarnya sembari merebahkan tubuh berototnya di samping Nasha. Tangannya masih asyik mengelus-elus perut Nasha, sesekali menempelkan telinganya, siapa tahu janin itu bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Perfection | Bluesy Jenrina
Fanfiction[BLUESY JENRINA] Tuhan, kenapa harus dia? Aku bahkan kesulitan menahan diri setiap kali ia melempar senyumnya padaku. Aku tahu, kadang Tuhan tak adil, terutama pada lelaki ini. Tuhan menjadikan lelaki ini sebagai favorit-Nya dan menganugerahinya waj...