╔════════════╗
I thought you were mine...
But you just broke me even more.Why?
╚════════════╝"Haha."
Test pack itu menunjukkan dua garis berwarna kemerahan yang menandakan adanya jejak kehidupan tumbuh di tubuhnya. Pantas saja, sudah 2 bulan ia tidak haid dan tubuhnya rasanya lemas sekali, ternyata karena ia hamil.
"Semesta bener-bener ngajak ribut," gumamnya pelan.
Ya, ini anak Jevin. Memangnya dengan siapa lagi Nasha berhubungan? Jangankan berhubungan badan, pacaran saja tak pernah. Tapi dengan Jevin, walau ia tidak pacaran, tapi mereka sudah berhubungan badan.
Seks yang Nasha pikir adalah bentuk pembuktian cintanya namun bagi Jevin mungkin hanya sebagai nafsu belaka.
Mungkin juga Jevin akan menjadi laki-laki pertama dan terakhir yang menyentuh badannya.
Setelah apa yang terjadi, Nasha tak bisa membayangkan dirinya mencintai laki-laki lain karena kini rasa cintanya untuk Jevin sama besar dengan rasa kecewanya.
Diangkatnya tangan kanannya lalu mengelus perut bawahnya yang masih rata. "Sial," ujarnya lagi.
'Gugurin aja...'
[Gila, masa digugurin!? Itu anak ga punya dosa apa-apa kenapa dibunuh!?]
'Lah, ngapain juga nyimpen benih laki-laki brengsek? Itu anak lho, ngegedeinnya ga gampang lho. You need more that just ready to have a child...'
[Iya, tapi anak itu ga salah!!]
'Yaudah, kasih tau Jevin kalo dia harus tanggung jawab.'
[Tanggung jawab!? Minta tanggung jawab ke laki-laki brengsek yang udah bikin gue jadi pelakor!? Minta tanggung jawab ke laki-laki yang cerain istrinya!? Mana jaminan kalo Jevin ga akan ngelakuin hal yang sama ke gue kaya dia ke Inka!?]
Bibir Nasha tersenyum getir mendengar perdebatan sisi jahat dan sisi baik hatinya.
"Gue yang salah, gue yang buru-buru dan kemakan cinta buta, gue kemakan rasa kagum gue sendiri. Gue terlalu mendewakan Jevin, terlalu menganggapnya sempurna."
Entah bahagia atau getir yang harus dia rasakan, karena sejak kepulangannya ke Melbourne, Nasha sudah tak bisa menangis. Hanya kekosongan yang ia rasakan.
Setelah kecewa atas Jevin, sosok yang ia idolakan dan kagumi karena ia merasa Jevin begitu sempurna, kini ia merasa kehilangan arah. Bagi Nasha yang sebatang kara, entah apa lagi yang akan menjadi pecut semangatnya untuk terus menjalani hidup.
Jangankan keluarga, sahabat pun ia tak punya. Di hidupnya yang sendiri dan sebatang kara ini, Jevin pernah menerangi hidupnya dan menjadi semangat juga tujuan hidupnya, walau kekecewaan lah yang menjadi kenang-kenangan terakhir dari Jevin untuk Nasha.
Diraihnya perutnya yang masih rata itu. Ia menatap dirinya di cermin, menghadapkan tubuhnya ke kiri dan mengelus bagian bawah perutnya dengan lembut. Belum lama ia ada disana, tak lebih dari 2 bulan saja, namun nalurinya untuk melindungi janin di perutnya sudah muncul.
"It's going to be okay... gue akan rawat anak ini, tanpa Jevin sekalipun."
Mungkin Nasha sudah gila, tapi ditengah kekalutannya, Nasha merasa kekecewaan bukan hal terakhir yang diberikan Jevin; tapi anak dalam kandungannya.
Anak ini, anak manis tak berdosa ini yang akan menemani hidupnya, yang akan menjadi tujuan hidupnya yang baru. Ditubuhnya mengalir darah Jevin, darah orang yang pernah mengisi hidupnya.
"I don't care, I don't have anyone anymore, aku sudah sebatang kara. Anak ini yang akan menemaniku."
Bibirnya menyunggingkan senyuman manis setelah lama sekali ia murung dan menangis. Tangannya semakin lembut mengelus perutnya sayang.
"Temani Mama ya, sayang. Sekarang Mama cuma punya kamu di hidup Mama."
— to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Perfection | Bluesy Jenrina
أدب الهواة[BLUESY JENRINA] Tuhan, kenapa harus dia? Aku bahkan kesulitan menahan diri setiap kali ia melempar senyumnya padaku. Aku tahu, kadang Tuhan tak adil, terutama pada lelaki ini. Tuhan menjadikan lelaki ini sebagai favorit-Nya dan menganugerahinya waj...