Malam Minggu Kelabu

128 17 1
                                    

          Wulan memegang perutnya yang baru saja berbunyi lalu melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Ah, pantas saja si perut bunyi kelaparan karena memang sudah saatnya dikasih jatah makan. Akhirnya ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk menggoreng telur saja yang lebih simpel.

Sesampainya di dapur, Wulan dibuat terkejut karena melihat Angga yang tengah memasak.

Dengan hati hati, ia berjalan mendekati Angga berniat menyapanya.

"Masak apa, Ngga?"

Angga menoleh kearah Wulan lalu menyingkir memperlihatkan tahu semur yang berada di wajan penggorengan.
"As you see" jawabnya singkat.

Wulan menganga takjub melihat tahu semur buatan Angga yang terlihat lezat. Bahkan wanginya saja sudah sangat menggoda.

"Wah, wanginya enak. Lo pinter masak ya?" Tanyanya penasaran.

"Ya gak sepinter chef, cuma bisa aja" jawab Angga.

Wulan tersenyum mendengar jawaban Angga yang terkesan tak suka dipuji.
"Ya masih mending lah, gue cuma bisa bikin nasgor sama goreng telur doang, itupun rasanya gak karuan haha"

Angga hanya diam saja. Ia fokus menyiapkan masakannya kedalam mangkuk besar lalu menyisakan sedikit bagian dipiring yang setelah itu ia sodorkan kearah Wulan.
"Makan" katanya.

Wulan mengerjap bingung.

Angga berdecak,
"Mau makan nggak?" Tanyanya sebal karena Wulan yang tak kunjung merespon.

"Eh? Ini buat gue?" Tanyanya memastikan.

Angga mengangguk lalu berjalan keluar dapur untuk memanggil anak anak lain.

Setelah Angga tak terlihat, Wulan tersenyum senang lalu dengan semangat empat lima mengambil beberapa sendok nasi setelah itu melahapnya dengan semangat
Bahkan semangatnya menjadi dua kali lipat saat merasa masakan Angga terlalu enak.

"Angga cowok idaman banget"

...

"Yaampuun, nyeri banget kaki gue"

Saat berjalan hendak kembali ke kamar setelah mandi, Brina tiba tiba meringis merasakan nyeri dibagian betisnya yang sedikit bengkak dan perih pada pergelangan kakinya yang lecet. Ia menunduk sedikit memijat mijat kakinya berharap nyerinya berkurang. Salahnya juga sih, kenapa gak naik bus aja tadi. Maklum, efek kesal yang teramat sangat jadi lupa segala galanya.
Setelah dirasa mendingan, ia kembali berjalan ke kamarnya dengan sedikit tertatih.

'ceklek'

Setelah memasuki kamar, Brina terkejut melihat dua bungkus koyo, plaster bergambar dan susu kotak rasa stroberi yang diletakkan diatas meja belajarnya.

Brina berjalan mendekat lalu duduk di kursi belajarnya sambil memegang plaster bergambar. Ia tersenyum melihat ternyata ada plaster yang unik seperti ini.

"Lucu hehe, bang Bonar pengertian banget sih" katanya lalu membuka bungkus plaster dan memasangkan plaster dipergelangan kakinya yang lecet setelah itu ganti memasangkan koyo dibagian betisnya yang bengkak.

"Dibeliin susu stroberi lagi hehe" katanya lagi bertambah sumringah. Brina mengambil susu kotak rasa stroberi itu lalu dibawanya keluar hendak berterima kasih pada Bonar.

Saat membuka pintu, Brina tak sengaja berpapasan dengan Gandhi yang juga baru keluar kamar hendak kebelakang.
Brina mengernyitkan keningnya bingung saat melihat tatapan Gandhi yang mengarah pada susu kotak stroberi ditangannya. Namun karena masih kesal, Brina melengos. Gandhi juga terlihat memutuskan kontak mata dengannya dan berjalan pergi lebih dulu.

ASRAMA MELATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang