Bad Momment

125 17 3
                                    


          "Maaf sebelumnya, saya cuma ngantar Sabrina. Kesalahan dia gak ada hubungannya dengan saya" ucap Gandhi membela diri saat guru BK Brina ikut menginterogasinya.

Berbeda dengan Brina yang langsung menoleh terkejut dengan jawaban Gandhi. Dadanya bergemuruh, tak habis pikir dengan ucapan Gandhi barusan yang tak ingin dikaitkan dengannya. Bukankah yang menyuruhnya masuk lewat pagar belakang adalah dia? Lantas apa maksudnya ucapannya barusan?!

"Bang, tap_"

"Permisi"

Belum selesai ia bertanya, Gandhi sudah berdiri lalu pamit meninggalkan ruang BK.

Bu Anita, guru BK Brina hanya mendesah pelan sembari mengusap wajahnya frustasi.
Sedangkan Brina hanya menunduk. Menunggu hukuman apa yang akan diberikan padanya.

"Lari keliling lapangan 10 kali setelah itu bersihkan WC sekolah"
Brina terpaksa mengangguk walau dalam hatinya kesal setengah mati!

Sedangkan Gandhi?

Keluar sekolah dengan suasana hati yang buruk.

Kenapa orang yang sangat dibencinya harus menunjukkan wajah dihadapannya pagi ini?!

...

Zia berjalan tergesa gesa menuju lapangan sekolah sambil membawa satu botol air mineral, menghampiri Brina yang terlihat sedang berlari mengelilingi lapangan.
Tadi saat istirahat setelah upacara, ia sedang berada di kantin untuk sarapan. namun baru saja makan tiga suap, Brina menelponnya sambil nangis sesenggukan.
Karena takut terjadi apa apa, Zia langsung saja menghampiri Brina setelah terlebih dahulu memberitahu Wawan dan Angga.

Brina menepi setelah melihat Zia, Wawan dan Angga datang menemuinya.
Matanya sembap, jadi kembali ingin menangis ketika melihat ketiga sahabatnya datang menghampiri.

"Loh, Lo kok nangis?" Tanya Zia menghampiri yang juga diikuti Wawan dan Angga.

"Eh, itu Sabrina kan, yang bikin ulah sama anak luar tadi pagi. Panteslah dihukum"

"Haha iya. Mana si cowoknya gak mau ngaku lagi kalau udah bantu dia masuk diem diem lewat gerbang belakang"

Baru saja meyakinkan diri untuk jangan menangis dan menjawab pertanyaan Zia jika ia baik baik saja, nyatanya perkataan teman teman seangkatannya mampu membuat pertahanannya runtuh. Jadilah sekarang ia menangis tersedu sedu dihadapan Zia, Wawan dan Angga.

"Lo bikin ulah apa?" Tanya Angga tanpa basa basi. Ia tidak tuli, perkataan beberapa siswi yang sedang membicarakan Brina tadi terdengar jelas ditelinganya.

Zia yang tak tega langsung memeluk Brina yang tengah menangis mencoba menenangkan sambil memberi Brina air mineral yang ia bawa tadi.

"Ke kelas aja dulu yuk, kita bicarain dikelas masih ada waktu sepuluh menit" sela Wawan memberi usul agar mereka membicarakan masalah ini di kelas. Tak enak dilihat banyak siswa siswi SMA Peridana yang berlalu lalang di koridor.

"Lo buat masalah apa?" Tanya Angga lagi tak mengindahkan usulan Wawan.

"Jawab, Lo buat masalah apa?!" Ulangnya tegas.

"CK GUE GAK BUAT MASALAH!" Teriak Brina terisak karena Angga yang terus menyudutkannya.

"Dua kali Lo diantar bang Gandhi, dua kali juga Lo nangis?" Tanya Angga dalam.

Brina menunduk tak berani memandang balik Angga yang saat ini tengah menatapnya dalam.
"Gue aja yang cengeng" jawabnya lirih.

"Bang, udah yuk kita bahas nanti aja, Brina biar istirahat dulu. Nanti jam istirahat kita bantu dia bersihin WC sekolah" ujar Zia menengahi.

ASRAMA MELATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang