Studio Musik

76 11 6
                                    

"Ya ampun, gue seneng banget tau nggak! Pokoknya makasih, ya!" cerita Caca dengan suara penuh semangat.

Gadis itu menampilan wajah bahagianya dengan kedua mata yang membulat serta senyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang berbaris rapi kepada seseorang yang duduk di seberang meja.

Malam ini, setelah pulang diantar oleh Leo, Caca langsung menemui Handaru yang tengah berlatih menyanyi di studio musik di dekat rumahnya.

Sejak diumumkan bahwa Handaru akan mewakili kelasnya dalam kontes musik di sekolah mereka minggu depan, hampir setiap hari cowok itu berlatih di sana.

Adalah hal yang biasa bagi Caca untuk menemui sahabatnya itu ketika ia sedang ingin bercerita banyak. Dan kantin kecil yang terletak di lantai atas studio musik ini menjadi tempat pertemuan mereka kali ini.

Cowok di depannya itu menganggukkan kepalanya dua kali, tidak bisa memberikan respon melalui ucapan karena mulutnya sibuk menyantap cheese cake yang dibawakan oleh Caca.

Caca mengedarkan pandangan ke sekeliling. Empat meja kecil berisikan masing-masing dua kursi yang tersebar di setiap sudut kantin itu kini telah terisi penuh. Tempat yang menjual berbagai macam minuman dingin dan snack ini terasa pengap meskipun dua mejanya sudah diletakkan di balkon.

"Tapi gue jadi heran, deh. Kok bisa lo dukung gue kaya gini padahal lo sendiri kan suka sama Leo?" tanya Caca penuh selidik kepada Handaru.

Ia melihat cowok yang ada di hadapannya itu menyipitkan mata - dengan pipi menggembung karena masih mengunyah makanan kesukaannya.

"Apa lo nggak cemburu?"

Pertanyaan Caca sukses membuat Handaru tersedak. Cowok itu terbatuk-batuk untuk beberapa waktu, sementara Caca yang kaget hanya menyaksikan cowok itu tanpa melakukan apapun.

"Ca. Tolong. Bisa nggak lo diem bentar kalo gue lagi makan?" protes Handaru setelah batuknya reda.

Caca membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tapi urung karena tidak ingin membuat dia dan Handaru berdebat.

Lagipula, ia juga merasa bersalah karena membuat cowok itu tersedak.

"Kalo gitu gue minta imbalannya," pungkas Handaru begitu kembali masuk ke dalam obrolan tadi. Cowok itu meletakkan cheese cake-nya di atas kotak kue yang ada di meja lalu meneguk es cokelatnya.

Caca melayangkan tatapan sinis, "Imbalan? Ih, dasar. Gue pikir lo tulus!" sindir Caca kepada Handaru yang kini malah tertawa kecil.

Cowok itu kembali melahap potongan kue terakhirnya yang tadi diletakkan di atas kotak kue lalu menggeleng, "Dengerin dulu," tegurnya mengingatkan, menatap Caca dengan wajah mendadak serius.

Mau tak mau Caca menurut, memasang telinganya dengan tajam.

"Habis ini gue mau latihan, bisa nggak lo kasih nilai buat penampilan gue? Anggap aja kita impas," pinta Han dengan sebelah mata dikedipkan berapa kali, tak lupa pipinya digembungkan dengan bibir dimajukan.

Caca tercengang, antara merasa gemas dan bingung sendiri.

Bagaimana bisa hal sederhana seperti itu dianggap sebagai imbalan yang sepadan?

CloseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang