Kejutan

103 16 9
                                    

Caca menatap gelisah ke arah parkiran motor yang tak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Lahan luas yang letaknya dekat dengan gerbang belakang sekolah itu tampak lengang, hanya menyisakan kurang lebih tiga puluh kendaraan yang terparkir rapi, menunggu dikendarai oleh para pemiliknya.

Sudah dua puluh menit ia menunggu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Sayangnya hingga sekolah mulai sepi, sosok yang ia tunggu belum juga menampakkan diri.

"Tau gitu gue pesan gojek aja," gerutu Caca sambil menyilangkan kakinya. Kini ia menunduk, memainkan ponselnya asal.

Suara mesin motor yang semakin lama terdengar semakin jelas membuat Caca mendongak. Sebuah motor sport  berwarna hitam terlihat mendekat, dan berhenti tepat di hadapannya.

Itu motor milik Handaru, tapi yang mengendarai...

"Leo?" tanya Caca tak percaya. Ia bahkan sampai berdiri dari kursi kayu yang ia duduki karena begitu terkejut.

Sosok yang berada di depannya itu membuka kaca helm, membuat Caca merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

"Handaru masih ada rapat. Jadi dia nyuruh gue buat nemenin lo beli perlengkapan classmeet," terang Leo tanpa diminta.

Caca mengerjap, dalam hati bersorak senang karena rencana Handaru berjalan dengan lancar.

"Kok lo mau aja sih dibabuin sama Han?" tanya Caca pura-pura curiga.

Padahal ia tahu bahwa Handaru sengaja menyuruh Leo mengantarnya dengan alasan cowok itu masih rapat MPK.

"Nggak papa sesekali, daripada nungguin dia selesai rapat kan mending kita tinggal belanja." Tutur Leo dengan nada sambil lalu. Kini cowok itu mengarahkan satu helm cadangan yang sejak tadi diletakkan di atas tangki motor ke arahnya.

Caca menerima helm yang diberikan oleh Leo, lalu pelan-pelan naik ke jok belakang motor dengan senyum bahagia yang mengembang di wajah tirusnya.

***

"Seriusan? Aduh gue jadi pengen liat langsung!" komentar Caca sambil terkikik geli.

Baru saja Leo bercerita tentang salah satu kucingnya yang suka bergelung di atas sepatu Leo ketika sang pecinta kucing itu akan berangkat ke sekolah. Cowok itu bahkan sampai langsung mengeluarkan ponselnya dari saku, memperlihatkan foto kucing yang ia maksud.

"Gemes banget!" seru Caca dengan pandangan masih melekat pada layar ponsel Leo lalu berpindah ke arah pemiliknya.

"Lo bisa buktiin sendiri kalo main ke rumah gue." Cerita Leo penuh semangat, seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Caca mengangguk, dalam hati merasa tersanjung karena secara tidak langsung cowok itu ingin mengundangnya untuk berkunjung ke rumah.

"Eh, warna catnya udah bener yang ini kan?" tanya Leo sambil menunjukkan satu kaleng cat kecil yang ada di hadapannya.

Caca menoleh, melihat kaleng cat yang ditunjukkan oleh Leo. Gadis itu mengetuk-ketukkan jari telunjuknya di dagu, lalu menggeleng.

"Kurang terang dikit nggak, sih?" komentarnya memberikan penilaian.

Ia menoleh ke arah Leo, melihat cowok berjaket hitam itu masih menatap barisan kaleng cat di hadapannya dengan kedua mata yang dikedipkan beberapa kali - tanda sedang berpikir.

Leo menoleh ke arahnya, mengedikkan bahu.

Caca kembali mencari warna yang mereka maksud, mengedarkan pandangan ke arah lain, "Ini bukan?" tanyanya seraya mengambil sebuah cat yang berjarak empat baris dari cat yang diambil Leo tadi.

Cowok itu berjalan mendekat, ikut memegang cat yang dibawa oleh Caca untuk melihat warnanya lebih jelas.

Caca menahan napas ketika jari-jari mereka tanpa sengaja bersentuhan. Gadis itu memberanikan diri menoleh ke arah Leo untuk melihat reaksi yang akan diberikan dan mendapati cowok yang ia taksir itu tengah tersenyum ke arahnya hingga memperlihatkan giginya yang menyerupai gigi kelinci.

Dan ketika Leo menganggukkan kepala, Caca tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.

Dering ponsel yang berasal dari saku celana Leo membuat perhatian cowok itu teralihkan. Buru-buru Leo melepaskan pegangannya pada cat tadi, lalu menarik ponsel yang berada di dalam saku celana.

Terlihat cowok itu memicingkan matanya sejenak begitu membaca nama si penelepon, kemudian mengangkatnya.

"Halo, Git?"

Leo melihat ke arah Caca sejenak, lalu berjalan menjauh dan melanjutkan percakapannya dengan si penelepon.

Caca yang mengamati hal itu memilih untuk bersikap biasa saja. Sebenarnya ia ingin mendengkus sebal, namun ia harus menahan diri. Jadi cara terbaik yang bisa ia lakukan saat ini adalah segera membawa cat yang dipilih tadi ke meja kasir dan membayarnya menggunakan uang kas.

Tunggu pembalasan gue, Git. Murkanya dari dalam hati.

.

.

.

.

~○~○~ {Bersambung} ~○~○~

.

.

*
Sampai jumpa Senin depan ~

CloseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang