06. Belanja

196 31 100
                                        

Siang ini, di hari keempat. Rooftop resmi dibuka untuk seluruh penghuni kos(t)ong yang baru.

Kenapa demikian. Itu karena pak Tono yang bekerja sebagai tukang kebun di kos(t)ong baru saja datang kemarin.

"Kemarin malem lo ke kamar nya Javier ngapain?" Pertanyaan itu berasal dari Ahsan Barra Shankara, atau lebih dikenal dengan sebutan Barra.

Sambil asyik berenang dia menatap gadis berambut pendek yang berada di atas kolam renang intens. Pasalnya sejak semalam, dia tidak bisa menahan rasa penasaran nya akan hal itu.

Ya, jadi tadi malam. Dia adalah salah satu orang yang masih terjaga karena menonton pertandingan sepak bola di ruang TV lantai 1.

Sebenarnya dia tidak terkejut ketika melihat kedatangan Rhea ke lantai 1, tapi dia terkejut ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Rhea masuk ke kamar kost nomor 01 diikuti oleh pemiliknya tak lama kemudian.

Pikiran nya tentu saja tidak bisa ber-positif thinking saat itu bahkan hingga kini.

"Beresin kamarnya" Jawab gadis itu enteng.

"Sebelum ena-ena?"

"Ya enggaklah" Ucapnya dengan nada meninggi.

"Yakin?"

"Iya Bar, gue tahu kamar kita kedap suara. Tapi kalau gue emang mau begituan juga modal kali. Gue masih mampu sewa hotel ataupun motel njir. Kos(t)ong udah gue anggep kayak rumah kedua gue. Gue gak mungkin ngelakuin maksiat disini. Lagian, dia bukan tipe gue"

"Kalau gue, tipe lo nggak?" Tanya nya tiba-tiba. Entah kenapa, dia penasaran lagi.

Tapi gadis itu terdiam sejenak, memandang nya lama sebelum. "Tergantung lo kuat berapa ronde"

"Anjing lo" Makinya tanpa bisa ditahan.

Dan anehnya dia tertawa.

"Ya lagian lo nethink mulu sama gue"

"Siapa yang gak nethink kalau lihat lo masuk kamar nya Javier malem-malem begitu"

"Iya sih" Ujarnya membenarkan.

"Bentar, kenapa lo mesti bersihin kamar dia? Lo mau simulasi jadi istri yang baik buat Javier apa begimana?"

"Ogah"

"Terus?"

"Ya adalah. Ceritanya panjang"

"Gue ada waktu"

Gadis berambut pendek itu tertawa. Entah apa karena pernyataan nya ataukah membalas tawa nya beberapa detik yang lalu. "Gue nya yang males cerita"

"Kenapa?"

"Takut kebawa emosi"

"Lo kenal sama Javier sebelumnya?"

"Iya, beberapa hari yang lalu"

"Serius Rhe"

"Duarius Bar"

Barra rasa tidak ada kebohongan di sana. Mungkin perkataan gadis itu benar. Walau masih ada yang mengganjal.

"Lo gak mau turun?"

"Gue udah turun kali. Berkali-kali malah"

Barra terkekeh, dia tahu makna tersirat di dalam kalimat yang diucapkan gadis itu. "Gue jadi penasaran, orang kayak lo pernah turun juga?"

KOS(t)ONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang