Unfair

13 1 0
                                    

Hari ini menjadi hari yang tak terduga bagi seorang Areska Putra Pratama atau lebih kerap disapa Ares, pasalnya di ruang keluarga tidak biasanya ramai oleh orang tua, nenek, dan saudara-saudaranya.

"Aku pulang! Ada apa rame-rame gini?"

"Nah ini dia yang kita tunggu-tunggu." Ujar adik dari lelaki yang kini tengah dibuat bingung.

"Kenapa sih bro?"

"Duduk sini dulu lah bang!~"

"Gimana kuliahnya bang?"

"Aman-aman aja ma kayak biasanya." Ares semakin dibuat bingung.

"Biar gak buang waktu, papa jelasin deh biar abang gak bingung juga. Jadi gini, kita-kita ini abis obrolin perihal rencana pernikahan bang Ares sama Alesya bulan depan." Jelas sang ayah.

"Apa?!"

"Iya, gak usah sekaget itu juga, kan dari awal udah dibahas."

"Ares gak mau nikah sekarang-sekarang, lagi pusing sama kuliah dan masih terlalu muda juga."

"Loh, kesepakatan awal gak gitu. Kenapa jadi berubah?" Tanya sang ayah.

"Ternyata Ares belum siap."

"Dari awal kamu udah sepakat sampai tunangan juga terjadi, Res." Ujar sang ibu.

"Namanya manusia ma, suka berubah."

"Kenapa kamu selalu buat papa malu, Res?" Tanya sang ayah yang membuat sakit didengar oleh Ares.

"Oh, karena cuma itu yang bisa aku kasih buat papa. Papa gak pernah bisa bikin aku semangat untuk jadi anak yang papa banggakan, papa egois."

Nenek Ares pun mengajak yang lain untuk ikut pergi ke tempat lain dan kini tinggal Ares bersama kedua orangtuanya.

"Biarin aja semua denger, kalau aku selalu dibedain di keluarga ini bahkan dibedain sama adik aku sendiri!"

"Ares cukup!"

"Belum pa, bagi aku belum cukup! Aku selalu turutin apa yang papa mau karena aku rasa itu yang bisa buat papa bahagia. Aku turutin buat kuliah di bisnis padahal aku maunya di sastra, aku turutin buat berhenti ngajar demi belajar bisnis di perusahaan papa, aku tinggalin tongkrongan, tinggalin hobi basket, fotografer, dan skateboard demi urus kertas-kertas yang gak penting bagi aku!"

"Ares!!!"

"Aku ngomong semua itu karena aku muak, aku muak sama hal yang gak aku suka dan harus aku jalanin!"

"Res, kamu penerus papa dan kamu berani bicara seperti itu?!"

"Masih ada Alaska, dia lebih paham dan dia bisa."

"Iya papa tau, papa cuma ingin kalian berdua sama-sama paham bisnis."

"Tapi aku gak mau."

"Kenapa kamu seperti ini?"

"Papa yang kenapa? Dari awal alasannya demi kebaikan aku, padahal aku gak dapet kebaikan apa-apa, justru aku tertekan."

"Papa tidak peduli, dari awal kamu udah terlanjur sepakat, kamu harus lanjutkan demi harga diri kamu dan keluarga kita."

"Ma, papa ini kenapa? Liat ma, papa gak peduli sama aku! Kenapa mama diem aja!"

Sang ayah pun pergi begitu saja. Ares seketika dibawa ke pelukan sang ibu.

"Maafkan mama Res, mama tidak becus jadi seorang ibu, mama gak punya kekuatan untuk bela kamu."

"Aku gak akan menyerah untuk terus perjuangkan hak aku. Papa gak peduli aku, aku juga gak akan peduli papa."

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang