Drunk and Kiss

8 1 0
                                    

"Gua ada saran, mending lo tetep nikah tapi jangan sama tunangan lo."

"Iya dari tadi gua kan ngomong, gak apa-apa kalau nikah, tapi jangan sama dia, childish."

"Kayaknya sebelum tunangan, lo ada pacar ya?"

"Ya gitu, berhasil putus karena papa biayain kuliah dia di luar negeri dan gak tau tuh dijanjiin apa lagi sampe akhirnya mau putusin gua."

"Matre dong."

"Iya juga yaa? Au dah ah! Mas tambah satu botol lagi ya!"

"Udah kali bro, jangan sampe mabok."

"Orang ini udah mabok, umm lo katanya mau kasih tau gua soal cewek?"

"Iya, gua mau kasih tau fun fact!"

"Wuih, apa tuh?"

"Lo inget cewek yang pas SMA gua ceritain gak? Cewek biasa aja itu, tapi dia suka sama lo dan ketauan sama gua lagi ngobrol sama temennya ngomongin lo!"

"Ah inget-inget, ke mana dia sekarang? Kenapa emang dia?"

"Satu kampus sama kita kampret!"

Ares menuangkan alkoholnya lagi ke dalam gelas dan meneguknya.

"Nah fakta menariknya!"

"Apa anjir, penting banget apa?~~"

"Penting bego! Cewek ini ... pacar adek lo!"

Ares seketika tersedak,
"Apa? Kok gua gak tau sih??"

"Nah kan, gila kan!"

"Kok bisa sih?"

"Mau tau gak kenapa bisa?"

"Gak ah, gak penting juga. Tapi agak gak beres nih adek gua."

"Aneh banget kan?"

"Dah lah, gua pusing."

"Ya udah balik aja yuk! Gua soalnya besok kuliah pagi."

"Lo balik duluan aja, gua nanti telepon si Alaska."

"Kagak ah, orang kalian hampir ribut tadi, gak inget lo tadi nendang perut adek lo??"

"Emang?"

"Iya bego. Yo balik sekarang aja!"

"Ya udah, bentar gua ke toilet dulu."

"Oke."

Ares berjalan dengan sempoyongan dan membuat Jean reflek memapahnya.

"Gua bisa sendiri!" Seru Ares saat sudah dekat kamar mandi.

Jean pun pergi ke luar untuk menunggu taksi.

Alaska menelpon.

"Halo Al? Apa?"

"Dih, pake nanya lo?? Abang gua mana? Gua di restoran sampe diusir karena mau tutup, gua samperin kalian yak?"

"Kocak anjir~ gak usah, ini kita mau balik, gua juga udah nemu taksi."

"Lah, gua ngejogrog di sini gunanya apa?"

"Au dah tuh? Balik duluan aja!"

"Gua ke situ!"

"Gak usah pea, gua udah pesen taksi."

"Abang gua mana?"

"Lagi ke toilet."

.

"Pusing banget aduh, si Jean ke mana lagi?" Gumam Ares sudah ke luar dari kamar mandi dan membungkuk dengan sebelah tangan menumpu di lututnya, sebelahnya lagi memegang kepala.

Bruk

Seseorang menabrak Ares tak sengaja.

"Aduh, maaf ya. Saya gak liat, abis masnya ngebungkuk." Ujar orang ini sembari memungut tasnya lalu membantu Ares berdiri tegak dengan menyandar pada dinding.

Ternyata seorang gadis, tapi seketika gadis ini terkejut saat pria yang dibantunya adalah Ares.

"Saya permisi, sekali lagi maaf."

Baru saja akan melangkah pergi, Ares memegang pergelangan tangannya.

"Ini mimpi apa nyata? Baru aja tadi aku omongin kamu sama Jean."

"Lepasin saya~ mu-mungkin kamu salah orang."

"Enggak, ini kamu. Sebentar aja, jangan pergi dulu." Pinta Ares, dirinya pun menarik gadis di hadapannya ini ke luar.

"Mas, masnya salah orang."

"Sutttt," perintah Ares sembari jalan dengan tidak terlalu benar dan gadis ini pun tetap menolong.

Sampai lah keduanya di sebuah ruko yang sudah tutup, tak jauh dari beer house.

"Aku kangen banget sama kamu." Ujar Ares mendorong gadis ini ke dinding dan menguncinya dengan satu tangan.

"Mas, masnya mabok. Tolong lepasin saya~ mas salah orang."

"Suuttt, kamu gak boleh berisik. Apa kita mau ke kamar aja?"

Gadis ini sungguh merasa kacau dan serba salah, jika berteriak akan lebih kacau.

Sedang sibuk dengan pikiran ruwetnya, Ares tiba-tiba mendekatkan wajah.

"Bibir kamu wangi buah, boleh aku coba?"

Gadis ini membulatkan matanya dan mendorong Ares dengan sekuat tenaganya dan berhasil. Baru saja akan lari, saat melepas heels, Ares berhasil menarik dan membuat gadis ini kembali ke posisi tadi.

Satu ciuman pun mendarat dengan cepat di bibir gadis ini, cukup rakus.

"Mmmph," lenguhan tersebut sukses membuat Ares tersenyum di tengah ciumannya.

Gadis ini pun benar-benar mengeluarkan semua tenaganya untuk mendorong Ares kemudian menampar pria brengsek di hadapannya ini. Gadis ini menangis.

Gadis ini pun pergi dengan tangisnya.

Bersamaan dengan itu, Jean datang sembari melirik gadis yang berjalan terburu-buru.

Hah? Gak salah liat gua? batin Jean.

"Res?! Kenapa lo? Ngapain di sini?"

"Gua abis ketemu dia, dia ada di sini." Ucap Ares sembari tersenyum.

"Siapa??"

"Kinan. Tapi dia malah dorong dan tampar gua, tolong kejar dia."

"Salah kali lo, mending balik aja yo! Lo udah kacau banget ini."

"Barusan gua cium dia."

"Apa?! Anjing ya lo, lo lagi mabok! Kacau dah, balik aja udah lah."

Sembari memapah Ares, Jean menelpon Alaska.

"Jemput abang lo nih, gua mendadak ada urusan yang gak bisa ditinggal."

"Apa? Sinting ya lo~ gua baru masuk rumah banget ini."

"Sorry Al~"

"Ah elaaah, jangan mentang-mentang gua tuh anak paling baik di semesta ini."

"Nah, lo paling baik dah! Gua tunggu!"

"Jean kampret."

"Gak apa-apa lah gua dikatain sama bocah juga."

"Gua ke sana! Nyusahin punya abang."

"Iyaa cepet, gak usah ngedumel, orangnya kalau sadar bisa disumpah serapah lo!"

"Iya iyaaa~ eh abang gua mabok?"

"Mmm iya, gimana yaa-"

"Elo biangnya Jean!"

"Btw, kapan ke sininya?"

"Iya mau iniii!"

Telepon pun terputus.

Gua rasa tuh cewek masih di sini, batin Jean.











.
.
.

Bersambung...

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang