Dizzy

5 1 0
                                    

"Enam bulan aja, Tar. Abis itu kita cerai dan gua bakal biayain kuliah lo di luar negeri plus biaya hidup di sana deh, bila perlu gua langsung masukin lo ke kantor cabang papa gua di LA. Ah apa pun itu!!"

"Gue gak serendah itu, Res. Becanda banget ya hidup gue ini."

"Ya gak gitu, cuma gua harus gimana lagi biar lo mau."

"Hei! Bangun!! Lo itu cowok playboy, pacar lo gonta ganti, belaga harus minta tolong ke siapa lagi??"

"Ini beda Taaar."

"Emang kenapa sih harus nikah sekarang?"

"Rumit banget~"

"Serumit apa sih?"

"Banyak alasannya deh."

"Salah satunya?"

"Perusahaan."

"Hufff, klasik banget."

"Lo gak akan tau karena belum gua jelasin."

"Gak ah, udah sering denger di drama sama sinetron."

"Ya udah."

"Alasan lainnya apa?"

"Eum, gua gak mau nikah sama tunangan gua dan gua ... pengen tanggung jawab sama apa yang udah diomongin pas konferensi pers kemarin."

"What?! Ini alasan tergila sih! Sinting lo!"

"Gua tau gua salah."

"Nambah masalah juga."

"Maaf. Gua bingung harus gimana??"

"Kita masih kuliah."

"Kan kita di keluarin, abis kita nikah, kita cari kampus lain, Tar."

"Orang kaya gampang banget ya ngomong."

"Ya cuma ngomong mah gampang, tapi beneran gua tanggung kok, lo gak bakal rugi deh."

"Ares, lo tuh aneh banget."

"Ya, gua tau itu."

"Coba kasih gue alasan yang kuat biar gue pertimbangkan."

"Mmm-"

"Pasti gak ada kan? Berarti enggak deh."

"Ada! Alasannya karena lo pernah suka sama gua atau bisa jadi sampe sekarang lo masih suka sama gua. Itu alasan kuatnya. Gua rasa, lo bisa pertimbangkan."

Tara, gadis yang terus saja dimohon-mohon untuk menikah dengan lelaki bernama Ares itu seketika bungkam dan sekilas membuang wajahnya.

"Malu kan lo? Makanya bilang iya aja dari tadi," desis Ares merasa puas.

"Jahat banget sih lo, gue tetep gak akan mau." Ujar Tara dan berlalu begitu saja.

"Tar! Tara! Gua gak bermaksud begitu ke lo!"

Tara menghentikan jalannya dan berbalik menatap Ares penuh kebencian.

"Lo udah ancurin hubungan gue sama adik lo dan lo udah ancurin idup gue. Sekarang lo minta gue buat nikah sama lo. Stres lo! Terus, lo bahas-bahas masa lalu buat lo jadiin alasan."

"Gua tau gua salah banget soal semuanya, maaf Tara."

"Res, maaf aja gak cukup."

"Tar, please bantu gua. Kalau lo nikah sama gua, gua bisa bebas dari papa."

Tara benar-benar dibuat bingung dan pusing.

"Apa perlu gua cerita kenapa semua sampe begini?" Tanya Ares sudah habis cara.

Tara terdiam.

"Lo tinggal ikutin alurnya aja, kita cuma nikah kontrak."

"Gue gak ngerti sumpah."

"Setelah kita abis kontrak, lo bisa balik sama adek gua."

"Kita gak akan tau ke depannya gimana Res? Gue bener-bener malu dengan semua yang terjadi."

"Perihal video itu untungnya di blur dan mute, jadi identitas lo cuma jelek di kampus."

"Cuma? Gue di keluarin di kampus, beasiswa gue dicabut, gue harus ganti rugi uang beasiswa yang udah gue pake."

"Gua ganti."

"Ya, oke. Tapi, gimana orang tua sama keluarga gue? Tadi juga gue di keluarin dari grup chat temen-temen. Gue kayak sampah, Res. Gue dibuang."

"Tara, maafin gua."

"Gue mau pulang~"

"Gua anter."

"Gak usah Res!"

Tara pun berjalan pergi.

"Alaska yang minta! Dia gak mau gua jadi tersangka kasus asusila dan ngebuat diri lo kayak sampah. Itu alasan lainnya! Gua juga gak mau dicap sebagai cowok brengsek yang mabok terus lecehin perempuan. Malam itu bener-bener jadi malam yang gak mau terulang lagi dalam hidup gua. So, please seenggaknya bantu gua demi Alaska!"

.

.

Alaska baru saja selesai rapat untuk iklan dari produk tas keluaran terbaru dari perusahaan.

"Oh ya, untuk pemotretan produk besok sore karena dua hari setelahnya kita proses garap buat iklan."

"Siap pak!"

"Thank you for today, semangat semuanya!"

Alaska pun langsung pergi ke ruangannya.

Membuka jasnya kemudian membanting diri ke sofa, profesionalisme membuat pikirannya terbagi dua. Kini, Alaska kembali teringat tentang permintaan sang ayah.

"Gua curiga, apa bang Ares sama gua tuh bukan anaknya papa? Duh, sampe mikir ke sana. Abisnya ambis banget sama bisnis."

Seseorang pun datang.

"Selamat malam tuan muda~"

"Bang~ ngapain ke sini?"

"Kayaknya gua kuliah di luar negeri aja deh daripada nikah."

"Ya udah, gih~"

"Bukannya ditahan."

"Kenapa ke sini?"

"Gua pusing, sebenernya apa sih maunya papa?"

"Nah kan, gua juga mikirin hal sama bang."

"Tadi siang lo ke rumah Alesya ya?"

"Iya, bahas bisnis sama papanya. Tapi gua gak liat kak Alesya, denger dari satpam sih dia pergi ke luar negeri sama kakaknya."

"Gua beneran gak enak sama Alesya, jahat banget gua."

"Emang jahat."

"Lo benci gak sama gua?"

"Mau benci tapi ketemu setiap hari."

"Sialan~ ah iya, Tara gak mau diajak nikah sama gua tau."

"Kenapa?"

"Dia benci gua."

"Hidup lo problematik banget sih bang, huft."

"Iya nih, stres gua lama-lama."

"Gua sedih banget hubungan gua sama Tara berakhir karena kebodohan lo~"

"Bangke lo!"

"Ya emang bener. Gua tuh susah dapetin dia bang. Lo dengan gampang ngerusak semuanya~ segala mabok lagi, jadi salah liat kan, pede banget ketemu Kinan, sampe dicium, padahal itu pacar adiknya~"

"Gua minta maaf ya, gua bener-bener minta maaf Al~ gua bukan abang yang baik."

"Ya gimana lagi, udah terjadi."


.

.

.


Bersambung...

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang