Must

3 1 0
                                    

"Tara? Di mana lo?"

"Eh gue di sini!"

Ares pun langsung menghampiri, dirinya diam sejenak menatap Tara,
"Nangis lo?"

"Eum, enggak~ gue terlalu lama liat langit pas kedip ke luar air mata~"

"Aneh. Gak usah bohong."

"Enggak~" jawab Tara serak, matanya malah mengalirkan air mata.

"Nangis aja gak apa-apa~" pinta Ares yang kemudian mengusap bahu kiri Tara pelan.

Tara semakin menangis, membuat Ares semakin merasa bersalah.

Di lain tempat

Alaska berpikir keras untuk acara makan malam hari ini,
Pulang atau jangan yaa? Tapi gua udah lama gak liat Tara~ eh apaan dah?? Gua siapa? Tara kan bentar lagi jadi ipar, Al move on! batin Alaska sungguh kacau.

Mama Alaska menelpon,

"Iya ma?"

"Mama baru sampai rumah, kamu jadi gabung makan malam apa tidak, Al?"

"Mmm, Alaska ada keperluan lain ma~ ini udah mau jalan."

"Mau ke mana?"

"Ke rumah Jean."

"Ouh, ya sudah. Jangan terlalu malam pulangnya~"

"Siap ma!"

Sambungan pun terputus.

Alaska pun menyalakan mesin dan meninggalkan parkiran kantor.

"Mau ngapain ya ke rumah si Jean?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Au dah ah, mau numpang tidur aja~"

Sementara itu

"Gue juga lagi obatin diri,"

"..."

"Gue sebenernya gak di luar negeri, gue di Bali tapi ini lagi di bandara mau ke Jakarta."

"..."

"Apa?! Berarti Ares beneran gak peduli gue? Gue gak bisa biarin hubungan mereka berjalan mulus!"

"..."

"Oke, thanks yaa, gue tunggu terus kabar dari lo."

Sambungan pun terputus.

"Gue bakal lakuin apapun, biar lo lebih ancur dari gue, Res." ujar ... Alesya.

Alesya pun segera memasuki pesawat yang ditumpanginya untuk kembali ke Jakarta.

.
.
.

"Turun yuk! Mobil papa gua udah datang."

Tara justru malah mendadak gugup, malu, dan ada rasa takut.

"Res, gue deg-degan."

"Yaa kan mau ketemu calon mertua."

"Gak usah becanda, gak lucu."

"Iya gua paham, soalnya gua juga sama. Tapi kita hadapi bareng-bareng yuk!"

Tara mengangguk kecil, degupan jantungnya dua kali lebih cepat, ditambah Ares menautkan jemarinya di jemari Tara.

"Res...."

"Kita harus totalitas, Tar."

Keduanya pun menuruni setiap tangga.

Ternyata di ruang makan sudah tersedia berbagai makanan berat yang harum baunya.

"Nenek!~"

"Eh nak, baru sampai?"

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang