Chapter 5

1.3K 112 15
                                    



Chapter 5

Nicholas mendekatiku. Aku baru sadar ruangan ini hanya tersisa kita berdua. Pelayan yang mengantar kami ke ruangan sudah pergi. Pandangan kita berdua sangat dekat dan tercium wangi dari tubuhnya.

"Kau percaya?" Tanya dia. Aku tidak melakukan pergerakan apapun.

"Hmm?" Dia mengintimidasi. Aku menolehkan kepalaku karena dia sangat dekat.

Kemudian dia tertawa kecil.

"Semua orang mengatakan hal seperti itu tentangmu." Kataku sambil menatapnya.

"Kau lucu sekali, Ella." kata dia. Aku merasakan tangannya mengelus hidungku.

"Mereka berpikir seperti itu karena anda tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan." Kataku. Nicholas bersandar ke sisi meja makan.

"Sekarang mereka melihatnya." Ia tersenyum kecil.

---

Aku menatap makanan yang ada di hadapanku, daging sapi yang sangat berkualitas. Aku berpikir, ini pertama dan terakhir kali aku mencoba daging berkualitas seperti ini. Kematangan daging sangat tepat serta lembut. Namun, aku tidak bisa menikmati daging dengan tenang. Pikiranku diisi oleh perkataan Tuan Nicholas tadi. Apa sebenarnya maksud dia? Apa dia sedang berusaha mendekatiku? Apa dia hanya penasaran?

Sekarang sudah jam tujuh malam, Nicholas belum menyentuh makanannya sama sekali. Dia memperhatikanku. Apa aku makan berantakan?

"Apa ada yang salah dengan wajah saya, Tuan Nicholas?" Aku bertanya.

"Panggil aku Nicho." Dia memaksa.

"Bagaimana mungkin, Tu-" Dia memotong. "Nicho" Dia mengoreksi.

"Baik, Nicho." Kataku. Aku memasukkan sepotong daging ke dalam mulutku. Aku terkadang mencuri pandangan melihat Nicho. Dia benar-benar hanya menatapku seperti hidangan santapannya. Apa aku terlihat seperti daging di hadapan seekor singa?

"Lebih baik anda tidak memperhatikanku, Tuan Nicholas" Pintaku.

"Nicho." Nicholas mengoreksi.

"Iya, Nicho. Makanan anda akan dingin." Aku mengatakannya.

"Baiklah, jika kau memaksa." Nicholas akhirnya memakan santapannya. Dia bilang aku memaksa? Aku hanya mengatakannya karena makanan tidak akan enak jika dingin. Dia benar-benar menghabiskan daging sapi itu dengan cepat. Aku baru saja memakan dua sampai empat potong, dan dia sudah menghabiskan setengah daging. Hampir sama dengan sisa dagingku. Dia menghabiskannya dalam waktu kurang dari lima menit. Bisakah dia bersantai saja? Kita tidak sedang dalam kompetisi lomba makan.

Selesai dengan sesi makanan utama, dua pelayan memasuki ruangan kami. Mereka membawa makanan penutup yang sangat indah. Aku menyukai tampilan dari hidangannya. Aku tidak sabar mencoba eskrim vanilla yang dilapisi dengan coklat. Nicholas memperhatikanku sambil tersenyum. Tunggu. Dia sudah tersenyum dan tertawa berapa kali? Padahal aku tidak sedang menghiburnya. Dua pelayan tersebut pergi.

Aku ingin membicarakannya dengan Nicholas. Aku ingin kejelasan dari maksud yang dia lakukan. Aku menunda keinginanku menghabiskan hidangan penutup ini. Aku berdeham, mencoba menarik perhatian dia. Mata kita bertemu. Sial. Aku tidak kuat jika bertatapan terlalu lama. Tatapannya sangat mengintimidasi.

"Apa kau tidak suka?" Tanya Nicholas. Aku menggeleng.

"Nicho, apa maksud semua ini?" Tanyaku.

"What?" Dia balik bertanya.

"Nicho, kau tau hubungan kita hanya sebatas karyawan dan atasan. Menurutku, ini terlalu berlebihan. Kau membiarkan aku menaiki helikopter pribadimu, membawaku ke New York dan makan malam mewah di restoran seperti ini." Aku mengatakannya dengan jelas. Aku bahkan tidak mempercayai jika aku bisa melakukannya. "Orang lain akan mengatakan jika aku pasanganmu. Aku ingin kita terlihat professional saja. Kau ingin ada rumor yang mengatakan, jika seorang Nicholas Stamford sedang menjalin hubungan dengan seorang Stripper, yang tidak lain adalah karyawannya di Black Swan!" Aku mengatakannya lagi.

Aku melihat dia membuang nafas.

"Bisa kau tidak memperdulikan orang lain katakan?" Dia mengatakannya sedikit emosi. Aku bisa merasakannya jika ia tidak suka.

Nicholas sangat tertutup tentang kehidupannya, oleh sebab itu, aku tidak pernah tau persoalan pribadinya. Aku tidak benar-benar peduli dengan perkataan orang lain. Hanya saja, aku tidak suka bila orang lain membicarakan diriku. Aku merasa itu akan menggangguku.

"Aku tidak peduli dengan orang lain katakan. Hanya saja, kau membuatku bingung! Kita baru bertemu sebanyak tiga kali. Ini tidak masuk akal bagiku. Kau atasanku. Aku karyawanmu!" Aku sedikit tegas. Aku ingin semua terlihat jelas. Dia benar-benar membuat pikiranku terpecah belah dari kemarin.

"Buatlah lebih mudah!" Dia mengatakannya dengan singkat. Aku tidak paham.

"Mudah? Menjadi kekasihmu? Kau tau itu konyol bagiku." Aku tertawa setelah mengatakannya.

"Tidak bagiku." Nicholas menatap fokus kepadaku. "Mereka beranggapan sebagai kekasih, Just make it happen." Lanjutnya.

Aku terdiam menatapnya. Aku masih tidak percaya. Dia mengatakannya dengan sangat mudah.

"Kau bercanda, Nicho! Kita baru bertemu sebanyak tiga kali. Kau atasan dan aku bawahanmu!" Aku mengatakannya sekali lagi. Aku menegaskan bagian hubungan tersebut.

"Aku serius!" Dia menatapku dingin. Dia benar-benar mengatakannya dengan serius. Wajahnya membuatku bergidik ngeri. Dia benar-benar mendominasi diriku.

"Kau hanya penasaran denganku, bukan?" Aku mencoba menatap Nicholas. "Setelah kau sudah tidak penasaran, kau akan pergi seperti bayangan." Aku terlalu trauma dengan lelaki dan hubungan. Oleh sebab itu, aku ingin lebih berhati-hati jika saat seperti ini.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Kau saja tidak pernah melihatku bersama perempuan!" Dia membela. Media memang tidak pernah meliput berita mengenai kisah percintaan Nicholas. Mereka hanya merumorkan jika Nicholas adalah seorang gay, yang tidak punya hasrat dengan perempuan.

"Lalu kau mau apa?" Aku menanyakannya. Aku berharap dia memberikan jawaban yang jelas.

"Menjadi milikku."

Aku pasti benar-benar sedang bermimpi. Nicholas menghampiriku. Dia berlutut di sampingku dan mengambil tanganku. "Jika kau masih bingung, bagaimana dengan sampai 8 kali pertemuan? Ini sudah tiga kali pertemuan dan tersisa lima. Setelah itu, kau berikan jawaban padaku." Dia mengatakannya sangat lembut.

"Sisa enam! Yang pertama tidak termasuk, Nicho!" Aku mengoreksi. Dia tertawa kecil dan mengangguk.

"Baiklah sisa enam"

Ini tidak bisa tertebak. Bagaimana bisa seorang Nicholas penasaran denganku? Aku bukanlah siapa-siapa. Dia tidak akan mengenalku jika bukan karena kejadian tendangan itu. Dulu, aku hanya dengar tentangnya dari teman kerja di Black Swan. Aku juga melihat dia di berita saat dia mendapatkan penghargaan atau prestasi sebagai pemimpin St. Ford. Aku tidak percaya jika lelaki yang aku lihat dari jauh, sekarang ada di hadapanku!

Apa Nicholas akan mengukir seni dalam kehidupan percintaanku? Tidak tau.

To be Continued.

----

Halo semuanya,

Sebelumnya aku mau tau tentang pandangan kalian terhadap cerita ini.
Cuman, aku berharap kalian suka.
Ini cerita pertama aku semenjak aku hiatus lama. Jadi, aku sedikit kaku dalam penulisannya.
Sejauh ini, aku masih belum berpikiran untuk memberikan visualisasi untuk karakter di cerita ini. Jad kalian bisa imajinasi sendiri hahaha.

Semoga kalian suka sama Nicholas dan Gabriella.

Thank you!

Cigarettes and LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang