Chapter 11
Singkat cerita, Nicholas dan Ella sudah berada di dalam mobil. Ella masih tertidur di pelukan Nicholas. Ia baru sadar jika perempuannya ini bisa tertidur lama dan tidak mudah terganggu. Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya tiba di tempat tujuan. Nicholas mengelus pipi Ella untuk membangunkannya secara perlahan. Namun tidak membangunkannya sehingga ia berpikir untuk mencubit pipinya.
Berhasil!
"Sakit, Nicho!" Ella menggerutu kesal.
"Kau bangun susah sekali."
"Ini dimana? Pantai?!" Ella terkejut. Dia merasa baru saja di tertidur di kantor dan sekarang sudah ada di pantai.
Nicholas mengangguk. "Kau baru sadar, jika kau tidur lama sekali." Kata Nicholas. "dan sudah dibangunkan." Tambahnya.
Ella langsung malu dan menutup wajahnya.
----
Ella menutup mulutnya dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya digenggam oleh Nicholas. Ia membalikkan badannya melihat Nicholas dengan wajah yang senang. Ia sangat terkejut jika Nicholas benar-benar mewujudkan keinginannya. Ia ingin menikmati matahari terbenam dengan lelaki yang ia sayangi. Semua persiapan yang dilakukan oleh Nicholas sangat sederhana seperti yang Ella inginkan. Ella dengan cepat menarik Nicholas agar duduk disana. Ia tidak ingin melewatkan matahari terbenam sebentar lagi.
"Kau senang?" Tanya Nicholas.
"Sangat! Terima kasih, Nicho!" Ella tidak bisa melepaskan senyumannya.
"Hanya terima kasih?" Nicholas menyeletuk. Ella melirik Nicholas. Ia melihat lelaki itu menunjuk pipinya, memberi kode untuk menciumnya.
Ella tersenyum dan mencium pipinya, namun Nicholas langsung menolehkan kepalanya sehingga mengenai bibirnya. Ella sedikit terkejut namun perlahan ia memejamkan matanya. Sekarang semua terasa sempurna. Menikmati matahari terbenam dengan kecupan hangat dari Nicholas. Perempuan mana yang tidak iri dengan kedekatan mereka yang sangat romantis. Ella mendengar alunan musik dari biola.
"Dari mana kau belajar semua ini? Kau seperti sudah berpengalaman." Kata Ella. Jujur Ella tidak percaya jika Nicholas bisa seromantis ini. Ia tidak pernah melihat Nicholas dekat dengan perempuan lain sehingga ia pikir, Nicholas adalah orang yang kaku dan tidak romantis.
"Daniel."
"Siapa Daniel?"
"Sepupuku." Nicholas memutar matanya. Ella tersenyum manis karena merasa ini sangat lucu. Apa dia sampai menanyakan hal ini karena tidak ada pengalaman romatis dengan perempuan? Pikir Ella.
Nicholas tidak benar-benar menanyakan hal seperti ini kepada Daniel. Ia hanya belajar dari cerita yang selalu Daniel katakan. Mungkin setelah ini ia harus berterima kasih kepada sepupunya itu karena sudah memberikan ide padanya. Walaupun tidak mungkin bagi Nicholas untuk mengatakan terima kasih secara langsung.
"Kau benar-benar tidak pernah dekat dengan perempuan selama kau hidup, Nicho?" Tanya Ella serius. Pertanyaan bodoh namun ia penasaran. Rasanya tidak mungkin untuk seseorang seperti Nicholas yang sangat tampan, tidak pernah menjalani sebuah hubungan? Mustahil. Paling tidak, satu hubungan saja untuk membuat Ella percaya. Oh, Ella benar-benar mempercayai Nicholas. Hanya saja, semua terasa aneh jika Nicholas tidak pernah memiliki mantan perempuan dalam hidupnya selama 27 tahun.
"Kalau aku jawab tidak pasti kau tidak percaya."
"Definitely yes!" Kata Ella sambil mengangguk. "Oh, gosh! Who's gonna believe it, Nicho!"
Nicholas mengusap belakang lehernya, sedikit tersenyum namun matanya menatap Ella. Mereka duduk di tepi pantai dengan angin yang berhembus kesana kemari. Tangan Nicholas menggapai helai rambut yang menghalangi wajah cantik Ella. Di bawah matahari terbenam, sinarnya menerangi Ella sehingga membuat perempuan itu semakin cantik dimata Nicholas. Dia seperti semakin jatuh cinta dengan Ella, terutama saat perempuan itu melihat kearah matahari.
"Look at the sun!" Ella menunjuk matahari yang mulai menunjukkan warna jingga. Terlihat indah dengan burung terbang melintasi lautan. Wajahnya tidak berhenti tersenyum. Nicholas menatap Ella daripada melihat matahari. Menurutnya, Ella sudah menjadi matahari bagi hidupnya. Dia perempuan yang ceria dan selalu bersemangat. Ia berharap Ella selalu tersenyum saat disampingnya. Nicholas akan menghajar siapapun yang berani mengubah senyuman Ella yang seperti musim semi. Ia berharap musim semi dalam diri Ella tidak berubah menjadi musim dingin.
Dengan telanjang kaki menyentuh pasir pantai, Nicholas mengenggam tangan Ella seperti tidak ingin kehilangannya. Ia mengelus punggung tangan Ella dengan ibu jarinya. Semua terlihat sangat indah. Namun, hingga saat ini Nicholas masih belum tau tentang Ella. Ia tidak ingin mencari tau Ella melalui penyelidikan yang bisa saja ia lakukan sejak pertama bertemu. Nicholas ingin mengetahui dan mempelajarinya sendiri.
"Nicho! Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya." Celetuk Ella setelah matahari menghilang, meskipun masih ada sinarnya sedikit.
"Hanya satu." Kata Nicholas. Dia benar-benar mengatakannya. Dia tidak berbohong. Selama ia hidup 27 tahun, ia hanya memiliki satu mantan kekasih. Bisa dikatakan dia sosok yang sangat setia dan sedikit pemilih.
"Kau tidak bohong, kan?" Tanya Ella, matanya menatap Nicholas dengan keraguan.
"Tidak, sayang." Jawab Nicholas yang membuat Ella salah tingkah. Baru pertama kali ia mendengar Nicholas memanggil dirinya seperti itu. Sekali lagi, lelaki itu mengambil helai rambut Ella yang menghalangi wajahnya dan menyelipkannya ke telinga.
"Well, hari sudah semakin gelap. Kita harus ke tempat selanjutnya." Nicholas beranjak berdiri tanpa melepaskan genggamannya. Ia membantu Ella berdiri dan kemudian mereka meninggalkan tempat tersebut. Sebuah mobil hitam sudah siap di parkiran dan Nicholas membukakan pintu untuk Ella terlebih dahulu. Ella menyandarkan kepala ke bahu Nicholas sambil melihat pemandangan pantai yang sebentar lagi akan hilang. Ia merasakan tangan Nicholas yang hangat selalu menggengamnya. Lelaki itu selalu memainkan tangan Ella tanpa bosan. Ella juga selalu merasa Nicholas menghujani Ella dengan kecupan di kepala.
"Where are we going now?" Tanya Ella sedikit penasaran. Dalam kepala Ella sedang mengingat apa saja yang ia katakan sewaktu di penthouse kemarin. Ia hanya mengatakan ingin berkeliling di Los Angeles.
"Makan malam." Jawab Nicholas.
Ella perlahan memejamkan matanya tanpa sadar. Bahu Nicholas yang lebar membuat Ella sangat nyaman, bahkan ia tidak sadar jika tangannya memeluk lengan lelaki itu. Nicholas sedikit tersenyum meskipun tidak begitu terlihat. Dia melihat jam tangan yang menunjukkan jam 6 malam sebelum menjawab telpon.
Raut wajahnya langsung berubah menjadi sedikit kesal. Ia langsung mengirim pesan kepada Darren untuk mengurus sesuatu. Genggaman tangan pada ponsel semakin menguat seiring emosinya yang ingin ia luapkan. Beruntung ada Ella di sampingnya sehingga ia harus mengontrol emosinya sebelum perempuan yang ia sayangi terbangun. Nicholas memiliki kehidupan yang sangat tertutup sehingga tidak ada yang tau apa yang ia lakukan. Semua terlihat sangat misterius bagi siapapun. Wajahnya selalu datar dan tidak terbaca. Masalah apa yang baru saja terjadi, hanya dia dan Darren yang tau.
To be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarettes and Lips
RomanceNicholas Stamford, akrabnya Nicho, merupakan pengusaha muda dengan kehidupan yang sangat tertutup. Namun, satu hal yang semua orang ketahui adalah dia lelaki yang sangat kejam dan memiliki tatapan yang dingin. Meskipun begitu, masih saja ada yang me...