SOS

820 80 5
                                    

Tidak ada kata lagi untuk mengungkapkan hari ini, selain remuk, hancur, patah, terbuang, terinjak dan entah kata apa lagi. Saat Zhan membaca surat pemberitahuan dari dekan Joonmyeon, yang menyatakan bahwa kampus akan ditutup dan para mahasiswa akan dimerger ke kampus lain. Surat itu ditanda tangani pemilik kampus yang ternyata adalah Wang Yibo.

Demi apa? Apa dunia sedang bercanda padanya. Apa inilah bakat Yibo sebenarnya, membuat luka? Menyisakan perih tak terhingga. Jika begitu Yoongi dan Jimin benar, bahwa Yibo adalah player, pematah hati. Setelah membawa Zhan terbang tinggi, ia hempaskan dirinya ke bumi. Sakit sekali.

Zhan merasakan kepalanya berdenyut hebat, kelopak matanya sedikit bengkak akibat terlalu sering mengeluarkan air mata.
Diam-diam ia keluar kamar, mencari obat pereda nyeri di kotak P3K. Namun, tak menemukannya. Yang tersisa hanya obat maag, dan sebutir obat pereda diare.
Zhan mengambil uang dan ponselnya. Meletakkannya di saku celana. Ia bergegas ke luar rumah untuk membeli paracetamol di apotik terdekat. Agar tak dicurigai, ia memilih berjalan kaki walau jaraknya lumayan.

Memakai sweater pemberian Yibo. Zhan melangkah pelan melewati jalanan yang agak sepi dipenuhi pepohonan rindang. Sebelum ia tiba di jalan raya yang ramai.

Instingnya tiba-tiba merasa ada yang aneh, atau seseorang sedang membuntutinya. Zhan berhenti sesaat, dan benar. Bayangan seseorang terlihat, orang asing itu bersembunyi di balik pohon.

Zhan berharap itu adalah Yibo yang sengaja membuntutinya karena rindu yang mendalam. Ia mencoba membuktikan kebenaran sangkaannya, dengan memencet tombol panggilan ke nomor Yibo.

Tapi tak ada suara ponsel berdering di belakangnya. Zhan mulai waspada. Ia mulai ketakutan dengan segala praduganya. Tanpa malu, tanpa sungkan, ia mencoba menghubungi Yibo lagi untuk meminta pertolongan. Sebab Yibo lah yang terbesit pertama kali di pikiran Zhan.

Satu kali, dua kali, tiga kali, tak ada jawaban. Sampai bayangan itu makin mendekat. Ia mengetik pesan singkat ke beberapa nomor acak, sebelum akhirnya ia dibekap dari belakang, dan mobil hitam yang entah dari mana, datang menurunkan dua pria yang lantas menyeret Zhan masuk ke dalam.

Pesan Zhan terkirim setelahnya, pada nomor acak yang ia ketik sebisanya.

SOS

Terkirim Yuna Sister

Terkirim Park Jimin

Terkirim Kim Seokjin
.
.

Yibo memasukkan beberapa barang penting ke dalam kopernya. Memastikan tidak ada sesuatu yang tertinggal di sana. Ia turut membawa album bersampul hitam berlukis bunga mawar merah, pemberian Zhan. Isinya tak lebih dari foto-foto Zhan dan Yibo. Juga kertas manila hitam, yang dipotong seukuran foto lalu dituliskan kata-kata indah di atasnya dengan tinta emas.

Ada juga buku tipis yang Zhan berikan, berisi puisi dan curahan hatinya. Juga sebuah sketsa wajah Yibo yang digambar di kertas putih dengan pensil hitam. Semua barang yang Zhan berikan adalah benda berharga bagi Wang Yibo. Karena Zhan yang membuatnya dengan penuh cinta.

Yibo memastikan baju-bajunya telah dilipat rapi di dalam koper, bersama syal hitam yang Zhan kirimkan untuknya. Ketika ponselnya berdering, berulang kali. Ia hanya melirik sebentar, melihat nama yang tertera di layar. Yibo memilih mengabaikannya. Ia tak ingin pertahanannya runtuh sebab mendengar suara manis Zhan, yang selalu menjadi kelemahannya.

Yibo tak mempedulikan panggilan Zhan, dan lebih memilih membereskan barang-barangnya untuk terbang ke Manhattan esok pagi. Meninggalkan Zhan dan kenangannya di sini. Berharap pemuda bermarga Xiao itu, dapat meraih mimpi tanpa adanya Yibo yang menjadi penghalang.

Yibo mendengus, kala pesan datang bertubi-tubi masuk ke ponselnya disusul suara ponsel yang berdering, membuat Yibo pusing. Jimin menelponnya, tapi Yibo tak tertarik untuk mengangkatnya. Ia lantas men-silent hapenya, dan beringsut masuk ke kamar mandi untuk berendam.
.
.
Di lain tempat

My Lecturer, My Sex Partner (Tamat Di Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang