Tubuhku makin bergetar dalam pelukan mas Nono. Getaran itu perlahan menjadi gairah ketika bibir mas Nono mencium bibirku.
Serasa terbang diawan-awan, kubalas ciuman laki-laki di hadapanku. Ciuman lembut itu makin bergairah.
Malam yang tidak pernah kulupakan, ciuman pertamaku. Ciuman yang hangat dan menohok jantung.
Laki-laki itu kakakku sendiri, aku dilema apa aku mencintainya lebih dari seorang kakak?
Acara farewell camping bukan hanya menyenangkan tapi juga menoreh luka di hatiku. Aku rindu untuk bercumbu lagi tetapi semenjak kita pulang, mas Nono kembali memperlakukan aku layaknya seorang adik, padahal dalam hati aku ingin diperlakukan seperti kekasih.
Seminggu telah lewat tapi ciuman itu masih terasa dibibirku.
Aku sadar kalau tidak etis aku berpacaran dengan kakakku sendiri tapi satu hal yang tidak diketahui orang bahwa mas Nono itu anak bawaan ayahku ketika menikah dengan kakakku.
Rasa ciuman mas Nono membuat aku cuek dengan apa kata orang.
Kesibukan dalam mempersiapkan untuk masuk Perguruan tinggi membuat aku lupa dengan ciuman itu.
Mas Nono diterima di perguruan tinggi di jakarta sedang aku di Bogor. Mungkin ini yang terbaik untuk kami berdua.
Dalam hatiku aku meyakinkan diriku ciuman pertama adalah pengalaman hebat pertama dan tidak harus dari pacar. Cuma aku tidak dapat membohongi diriku kalau aku mengharapkan terjadi lagi.