Memasuki masa remaja, mas Nono makin menjadi jadi dalam menjagaku terutama kepada cowok cowok yang tertarik kepada aku.
Sorak sorai tepuk tangan saling berpelukan membubarkan barisan upacara sehingga membuat komandan upacara harus berteriak mengulang perintah untuk tetap dalam barisan.
Setelah tenang, kepala sekolah melanjutkan wejangan yang terputus. Kami kembali ke kelas setelah upacara dibubarkan. Sri sebagai ketua OSIS mengajak kami untuk mengadakan camping trip ke pantai di pulau merah.
Riak ombak mengusap kakiku, pasir halus berwarna merah hitam mengkilap, dikejauhan terlihat seperti gunung kecil dengan tanaman yang tumbuh seperti hutan kecil.
Teman-teman cowok menyiapkan tenda-tenda untuk kami beristirahat.
Angin berhembus dingin. Senja mulai turun menggeser matahari hingga tenggelam.
Sisa sinar mentari merah oranye membias dibalik punggung gunung.Bersama beberapa teman, aku duduk dekat api unggun. Bernyanyi diiringi gitar membuat suasana makin hangat. Aku lipat kaki tanganku menahan dinginnya angin laut malam hari. Walau begitu kami tidak ingin melewatkan kebersamaan ini.
Dingin makin menusuk. Tetes air dari langit memaksa kami menyudahi acara api unggun. Dalam kebingunganku aku mencari tenda yang kosong.
Tetes air hujan makin banyak turun. Selembar selimut menutup punggungku. Mas Nono memelukku masuk ke mobil. Aku kedinginan.
Aku mulai merasakan kehangatan dalam pelukan mas Nono.