REDUM

169 17 6
                                    

Selasa, 20 Desember

Ada yang salah denganku.

Aku tidak tahu pasti perihalnya, mungkin hanya perasaanku semata.

Barangkali ini hanya sesuatu yang semestinya kuabaikan.

Tadi pagi, aku memutuskan kembali berenang di danau setelah mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya, akhir-akhir ini aku seringkali melupakan sesuatu. Beberapa memori seharusnya terpatri berada dalam kepala. Namun, bila diri ini berusaha mengingat, tiada apa-apa padanya selain kehampaan.

Sepertinya aku hanya sedang gila.

Kekacauan bermula saat papa menelponku kemarin petang. Beliau memaksa untuk berkunjung ke rumah sakit jiwa tempat mama dirawat. Kendati ingat pasti sudah menjawab dengan penolakan, diri ini malah terlupa perihal yang terjadi setelahnya. Rasanya seperti tidur sembari berjalan. Malam itu, tetiba aku tengah berada di kamar beliau, menatap wajah tirus yang kian kuyu. Selantas terpaksa melempar seringai tipis walau enggan.

Sesuai terkaan, aku hanya mendapati serapah dan selemparan apel yang mengenai batang hidung. Amukan mama kembali tercungkil bersebab hadirku dan memaksa petugas untuk kembali memasung– mengamankannya di atas pembaringan.

Kendati kerap lupa, aku tidak pernah lupa bahwa mama tengah sakit. Wanita tua itu sedang menuai derita fana yang disemainya sejak hari pemakaman Lena. Begitu pula papa. Dia terlalu menderita akan obsesi untuk mengembalikan mama pada kewarasan. Mungkin aku juga tidak ada bedanya, selain terlampau pandai menyembunyikan kerongsokan mental dibalik senyum bebal.

Kami bertiga sama-sama menderita. Penuh derita.

Sial, aku terlalu banyak mengulang kata.

Selain sering lupa, aku juga sering mengulang banyak hal. Aku makan berulang kali. Aku mandi berulang kali. Aku tidur berulang kali. Aku juga didatangi ingatan yang sama berulang kali, dan itu membuatku semakin ingin terus lupa. Selayaknya semalam aku teringat hari ketika kami pergi liburan dengan bahagia, hari ketika kami menaiki kapal pesiar, hari ketika Lena merajuk ingin bermain di dek, hari ketika aku tanpa sengaja mendorong adikku itu hingga dilahap ganasnya lautan, hari ketika kami semua berduka setelah jasad Lena tidak bisa ditemukan oleh regu penyelamat.

Juga hari ketika mama mulai melampiaskan murkanya padaku.

Hari saat mama berteriak, mencubit, menampar hingga menghantamkan wajahku ke tembok. Hal yang kuingat tentang hari itu hanyalah pandangan yang memerah, bau besi pada hidung dan suara makian yang berputar-putar di kepala.

Hari-hari buruk. Ingatan buruk.

Kemudian, aku memutuskan berenang di danau demi meredam segala guncangan dalam kepala.

Sejak tragedi di kapal sialan itu, diri ini bagaikan memiliki ikatan dengan air. Cara air mengelilingi tubuh dan menghilangkan suara-suara bising di sekitaran, membuatku terbuai agar terus berada di dalamnya. Seolah aku mulai mengerti bagaimana detik-detik terakhir Lena sebelum merenggang nyawa.

Hening. Senyap. Nyaman. Juga mematikan.

Akan tetapi, aku seperti tahu cara menaklukkan air. Aku tahu cara membiarkan diri ini terapung, menyelam hingga nyaris menyentuh dasar danau. Atau hanya diam di dalam air, untuk mengetahui sampai batas mana diri ini bisa bertahan.

Air membuat Lena mati, tetapi air malah membuatku hidup. Itu yang kutahu.

Di dalam jernihnya air danau, aku bisa mendengar pikiran asliku. Impianku. Masa kecilku. Keluargaku. Tidak ada pikiran buruk.

Namun, saat aku kembali ke permukaan, kenyataan menghantamku seketika. Lantas terbitlah hasrat supaya diri ini senantiasa berada di bawah air. Membiarkan air memenuhi setiap lubang hampa pada daksa. Membiarkan air mengalir pada pembuluh darah. Membiarkan air membawaku ke tempat lain, tempat yang tenang, Tempat dimana aku seharusnya berada dan tidak perlu kembali lagi.

Seperti halnya yang pernah diteriakkan mama saat ikut mendorongku hingga terjatuh dari atas geladak kapal, "Jangan pernah keluar dari air sebelum kau kembali bersama Lena!"

Besok, aku akan pergi berenang lagi.

Mungkin kali ini akan sedikit lebih lama, karena aku harus kembali menemukan Lena. 

***

TAMAT

Catatan :

Redum : tiruan bunyi benda besar yang jatuh ke air.


Prompt Desember 2022

"Aku dilempar dari atas kapal."

Didedikasikan kepada Blackpandora_Club

UmbraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang