Halo kak S.
Bagaimana kabarmu? Adalah kiranya enam warsa lebih tiada sempat bertukar kata, tetapi kini aku barulah berani memberantas gundah untuk mulai menyapa. Sekali lagi, apa kabar? Tentunya diri ini mengharapkan kabar bahwa dirimu tengah merengkuhkan bahagia sembari bersama serampai mimpi di bawah langit Taiwan.
Kak, Ingatkan engkau? dulu kita sering berjumpa, saling menukar tawa selantas beradu dalam gegana. Kita bersua, saling beradu kata, kemudian berakhir pada lambaian tangan di penghujung gerbang gang nomor dua. Terkadang, setelahnya aku berhenti di bawah pohon mahoni. Memarkir kaki, sembari meneduh sembunyi dari kilapnya peraduan sang mentari. Menggapai rasa pada relungan hati yang sempat tak terjamah di pertemuan sore tadi.
Kak, kita pernah saling berimpas dalam berkata, pun juga mengeja. Lalu berjeda dalam ketidakacuhan, sibuk dalam kelindan rasa yang rupanya tak serupa. Berjeda sekian warsa, kini asa kita telah menakar jarak dalam berjumpa. Mencipta satuan dengan mata kepala, melabeli angka-angka dan kata-kata dalam bias rasio semata.
Kita, kini saling mengukur telunjuk, berlomba panjang hingga menutup tumpul dengan tusuk. Meski ternyata tiada saling tahu. Kakaklah yang membawaku ke jalan ini, walau akhirnya arah yang kita tempuh tiadalah sama lagi.
Karenanya, kutanya sekali lagi di hulu jalan kala petang, "Mau sampai kapan?"
***
Prompt Juli 2023
"Apa Kabarmu wahai cinta pertama."
Didedikasikan kepada @Blackpandora_Club
KAMU SEDANG MEMBACA
Umbra
Short Story[ANTOLOGI] Umbra, peranakan atas pertemuan yang saling meniadakan. Dalam sepetak Umbra, tergurat himpunan diksi yang terpercik kehilangan arah selepas koma berkepanjangan. Sebuah agregasi berupa penggalan tutur atas upaya penafsiran pesan-pesan ganj...