Truth

44 8 10
                                    

Hari ini akhirnya karina bisa keluar dari rumah sakit, anna terlihat sedang berkemas dan ayah karina pergi mengurus administrasi kepulangan, sedangkan karina masih terduduk disamping ranjangnya sembari memperhatikan anna.

"Makasih mah" ucap karina sedikit canggung dengan nada yang kecilnya.

"Kenapa rin?" Tanya anna yang tidak terlalu jelas mendengar perkataan karina.

"Makasih udah jagain karin tan" ujar karina lagi.

"Iya..udah kewajiban tante juga kan jagain kamu" ucap anna lembut sambil mngusap surai karina dengan lembut.

Karina hanya tersenyum membalas perlakuan anna, entah mengapa karina selalu merasakan kehangatan dihatinya setiap anna mengelusnya, rasa sentuhan yang lembut seperti milik ibunya dulu, jujur karina menyukai setiap perlakuan anna, namun sayangnya karina masih terkukung dalam keegoisannya sendiri.

"Karin yoga temen kamu?" Ujar ayah karina yang baru saja masuk kedalam kamar rawat anaknya sambil menatap layar ponselnya.

"Iya kenapa pah?" Tanya karina yang heran tiba-tiba saja papahnya menanyakan Yoga.

"Haikal gak bisa jemput soalnya ada urusan mendadak, terus Haikal bilang dia nyuruh Yoga gantiin, katanya kalian dekat" ucap papah karina sedikit panjang lebar namun tetap dengan wajah dinginnya.

"Iya yoga temen deket karin pah"

"Inget ya rin kamu jangan sampai malu-maluin papah, bisa-bisanya sudah ada calon kamu masih berteman dekat dengan laki-laki lain" ucap papah karina sedikit tegas.

Karina hanya bisa memutarkan bola matanya, karena merasa jengah dengan sifat ayahnya yang tetlalu kolot dan tidak memiliki pikiran terbuka.

"udah-udah karina juga pasti ngerti kok mas" ujar anna mencoba menengahi.

"Terserah" ujar ayah karina singkat sambil mendudukan dirinya di sofa.

Tak lama dari itu Yogapun sampai.

"Permisi om tante, hai rin" ujar yoga sopan sambil menutup pintu.

"Kamu yoga?" Ujar papah karina sedikit ketus

"I..iyaa om" ujar yoga sungkan.

"Gimana sih kamu mas kan kemarin yoga udah kenalan masih nanya lagi, maafin papah nya karin ya emang pelupa orangnya"  ujar anna basa-basi karena tidak enak dengan yoga.

"Iya tante gapapa" ujar yoga sungkan.

Baru saja yoga ingin menanyakan kabar karina, malah sudah ditepuk dulu oleh papah karina.

"Ayo buruan nunggu apa lagi?" Ujar papah karina sambil menepuk pundak yoga seolah-olah tidak memberikan ruang bicara antara yoga dan karina.

"Oh iya mari om tante" ujar yoga sambil membawa beberapa barang bawaan.

Sesampainya diparkiran yoga langsung memasukan barang bawaan karina kedalam bagasi setelah selesai niat hati ingin membantu karina masuk ke dalam mobil lagi-lagi terkena hadang sang  papah.

"Udah gak usah, ibunya karina juga bisa sendiri" ujar ayah karina sambil membuka pintu mobil depan.

Mau tak mau akhirnya yoga menuruti perkataan laki-laki paruh baya itu, yoga hanya membantu menutup pintu dan segera duduk dikursi kemudi.

Tampak diwajah yoga yang sangat gugup selama perjalanan terlebih disebelahnya adalah papah karina, sedangkan karina merasa tak enak dengan yoga  karena sudah membantu tapi malah mendapat perlakuan yang kurang baik oleh papahnya.

Tak ada perbincangan apapun didalam mobil hanya suara rintik hujan yang menjadi nyanyian sore ditengah kecanggungan yang melanda diantara mereka.

"Mereka keluarga kamu?" Tanya sang ayah karena melihat sebuah foto yoga berasama satu pria dewasa dan dua wanita berhijab diantara yoga kecil tergantung di spion depan.

FIND ME AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang