Ryden meneguk wine sambil melihat keluar jendela kamarnya. Terlihat mobil polisi melewati rumahnya. Beberapa polisi tampaknya sedang sibuk hari ini. Ryden duduk di sofa sambil meletakkan gelas wine yang tersisa sedikit itu ke meja. Pria itu meniru ruang santai di rumah Granada dengan meletakkan sofa dan meja ke dekat jendela.
Ingatannya kembali ke katana yang dia lihat di rumah Granada.
** Flashback **
Brenda dan Ryden keluar dari mobil yang berhenti di depan rumah besar itu. Brenda memeluk lengan Ryden. Keduanya memasuki rumah tersebut.
"Kau harus menemui ayahku," kata Brenda. "Aku yakin dia menyukaimu."
"Kau yakin, Tuan Hardiawan akan menyukaiku?" Tanya Ryden.
Brenda mengangguk. "Kenapa tidak? Kau tampan dan baik. Dia pasti menyukaimu. Kau lebih baik dibandingkan mantan-mantan pacarku sebelumnya."
Terlihat seorang pria paruh baya duduk di kursi goyang. Pandangan Ryden tertuju ke dua katana yang dipasang menyilang di dinding.
"Ayah, ini pacarku, Ryden." Brenda memperkenalkan Ryden pada ayahnya yang bernama Hardiawan itu.
Hardiawan adalah seorang penjabat tinggi pemerintahan yang sangat dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.
Saat Ryden mengulurkan tangannya, pria paruh baya itu tidak menerimanya.
"Kudengar kau pengangguran yang mengandalkan uang warisan orangtuamu. Aku tidak bisa mempercayakan putriku padamu," kata Hardiawan sinis.
"Ayah." Brenda merengek.
"Kau lihat dua bilah pedang itu? Aku baru kembali dari Jepang dan membelinya. Mungkin kau mengira itu adalah pedang hiasan. Pedang itu asli dan bisa membelah tubuh manusia menjadi dua," kata Hardiawan dengan tatapan tertuju ke dua bilah katana itu.
Brenda melipat kedua tangannya sambil mendengus kesal.
Hardiawan kembali melihat pada Ryden. "Jika kau masih mendekati putriku, kau adalah orang pertama yang merasakan betapa tajamnya pedang itu."
Beberapa hari kemudian, berita tentang kematian Hardiawan langsung menyebar luas. Ryden melihat beritanya.
"Tuan Hardiawan dinyatakan tewas di rumahnya. Dia tertembak di bagian dada dan tepat mengenai jantung. Polisi sedang menyelidiki kematiannya. Beberapa pihak menduga jika pelakunya adalah seorang assassin terlatih yang disewa oleh saingan Hardiawan yang merupakan kandidat peserta yang akan dipilih dalam pemilu tahun ini," kata reporter.
Ryden melihat reporter memasuki rumah Hardiawan dan meliput berita di sana. Pria itu mengernyit melihat kedua katana yang tertempel di dinding tidak ada.
Saat dia datang ke rumah Hardiawan untuk melihat keadaan Brenda, ternyata kedua katana itu memang tidak ada. Dia iseng menanyakannya pada Brenda.
"Aku tidak tahu. Mungkin pembunuh itu mencurinya."
** End Flashback **
Ryden yakin katana milik Hardiawan yang hilang itu adalah katana yang sama yang dia lihat di rumah Granada.
"Hmm, apa dia benar-benar seorang assassin? Sulit dipercaya," gumam Ryden.
Dia mengambil ponselnya kemudian mengotak-atiknya. Saat serius mengotak-atik ponselnya, telepon masuk.
Ryden mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa lagi? Kau mau memarahiku?"
"Sebaiknya kau bersiap-siap, Ryden. Aku akan mengeluarkanmu dari kartu keluarga," ucap seorang pria dari seberang sana.
"Kau ayahku?" Ryden mengambil rokok kemudian menyalakannya. Pria itu menyesapnya dan mengeluarkan asap yang mengepul dari mulutnya.
"Kau tidak pantas disebut manusia. Bagaimana bisa kau membunuh banyak orang dan masih bisa bicara dengan tenang? Dasar Psikopat!"
"Kakak mau menikmati uang Ayah sendirian? Ingat, semua harta ini milikku. Kau yang aku selamatkan dari kematian. Kenapa kau yang bertindak seolah-olah kalau kau pemiliknya?" Ryden mengakhiri panggilannya secara sepihak. Kemudian dia melanjutkan mengetik sesuatu di ponselnya. Untuk sesaat dia berhenti dan tampak berpikir. Dia tersenyum kemudian melanjutkan mengetik sambil tertawa kecil.
⚔️⚔️⚔️
11.48 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
VENORA : Assassin VS Psychopath
ActionApa jadinya jika assassin bertemu dengan psikopat? Siapakah yang akan memuncaki rantai makanan sebagai predator terkuat?