Extra Part

784 54 4
                                    

Granada sedang berada di kamarnya. Dia duduk di meja belajarnya yang berada di depan jendela yang menghadap langsung ke pesawahan di belakang rumahnya. Granada melihat isi map di tangannya. Ada biodata serta foto pria paruh baya dalam kertas tersebut. Dia membaca seluruh isi map tersebut.

Tiba-tiba muncul kepala orang di jendela membuat Granada berteriak kaget dan jatuh tersungkur dari kursi.

Ternyata itu bukan hantu, tapi tetangganya. Wanita itu melambaikan tangannya sambil tersenyum mengerikan.

Granada memegangi dadanya. Terasa detak jantungnya yang berdegup kencang. Terdengar suara ketukan di pintu.

Sambil bersungut-sungut, Granada bangkit. "Sepertinya Leon benar, orang-orang kampung lebih menakutkan. Bahkan aku jadi lupa jika aku mantan assassin gara-gara wajah yang tiba-tiba muncul itu."

Granada membuka pintu dan melihat ibu-ibu itu tersenyum dipaksakan saat melihat wajahnya.

"Gadis muda, kenapa kau diam di kamar saja? Kami sedang sibuk memasak untuk Hari Raya Idul Fitri besok."

"Iya, kami datang kemari untuk mengajakmu bergabung dengan kami."

Granada tersenyum. "Tapi, aku tidak merayakan Hari Raya Idul Fitri."

"Hei, kami juga tidak merayakannya, tapi kami membantu tetangga kami yang merayakannya. Kami terbiasa bergotong royong saat ada perayaan besar apa pun itu termasuk Hari Raya Keagamaan."

"Oh, kalau begitu... maafkan aku."

"Ayo." Mereka menarik tangan Granada dan membawanya ke tempat masak di luar ruangan di mana mereka membuat dapur besar dadakan.

Melihat kedatangan Granada bersama ibu-ibu itu, ibu-ibu lain berbisik-bisik.

"Aku yakin dia tidak bisa masak."

"Gadis zaman sekarang memangnya bisa apa."

"Iya, dia pasti akan menjerit-jerit saat menggoreng ikan."

Namun, dugaan mereka salah. Granada bisa memasak dengan baik. Dia bisa melakukan segalanya. Menggoreng ikan, memotong sayuran, mengulek bumbu.

Para ibu itu saling pandang.

Granada mencicipi masakannya kemudian dia menyuruh ibu di sampingnya mencicipinya. "Apa ini kurang garam atau sudah cukup?"

Ibu itu mengibaskan tangannya. "Aku tidak boleh makan."

Granada mengernyit. "Kenapa?"

Ibu lain datang menghampiri. "Dia sedang puasa. Aku saja yang mencicipinya."

Setelah merasakan masakannya, ibu itu tampak sumringah. "Ini lezat!"

"Wuaaah." Ibu-ibu yang melaksanakan puasa tampak penasaran.

Setelah semuanya selesai, Granada kembali ke rumahnya sambil menggerutu dan memegangi pinggangnya. "Penyiksaan, mereka benar-benar menjajahku."

Malam harinya, terdengar suara takbir menggema di masjid yang tak jauh dari rumah warga. Mereka menyalakan lampu di luar rumah menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Granada masih berada di kamarnya dan membaca isi map itu. Sejenak dia menghentikan aktivitasnya kemudian melihat ke luar jendela di kamarnya

Terlihat beberapa orang berbondong-bondong pergi ke mesjid sambil membawa makanan.

Granada tampak berpikir kemudian dia kembali duduk. Terdengar suara ketukan di pintu. Gadis itu pun membukanya. Ternyata ibu-ibu tadi yang datang. Mereka tampak rapi dengan hijab, ada juga yang tidak memakai hijab. Mereka membawa banyak makanan untuk Granada. Selain makanan yang tadi mereka masak, ada juga kue dalam toples dan kaleng yang mereka berikan untuk Granada.

"Terima kasih sudah membantu kami memasak. Ini sedikit makanan untukmu. Mohon maaf lahir dan batin."

Granada mengangguk santu. "Terima kasih."

Beberapa bulan kemudian, Granada juga membantu menghias pohon Natal. Dia tampak antusias memasang bola-bola natal di pohon cemara. Dia memasang di bagian tangkai yang lebih rendah.

"Kakak." Anak kecil perempuan menghampirinya kemudian memberikan permen tongkat.

Granada menerimanya. Gadis kecil itu berlari malu-malu. Granada tersenyum melihat tingkah menggemaskan anak itu.

Malamnya, kembang api bertaburan menghiasi langit. Granada melihat lampu warna-warni yang berkilauan di pohon natal dan rumah-rumah warga.

Anak-anak bernyanyi dan menari. Granada bergabung bersama mereka seperti di Hari Raya yang dirayakan sebelum-sebelumnya.

Saat itu, Granada merasa hangat ketika bersama mereka. Gadis itu tersenyum kecil.

Sekarang aku mengerti, kenapa orang-orang membutuhkan teman dalam hidupnya. Meskipun berbeda, tapi mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling melindungi, dan saling menyayangi. Aku merasa seperti di rumah.

⚔️⚔️⚔️

VENORA : ASSASSIN VS PSYCHOPATH

BY UCU IRNA MARHAMAH

T H E   E N D

LANJUT KE VENORA 2

VENORA : Assassin VS PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang