Granada dirawat beberapa hari di rumah sakit. Dia merasa lebih tenang sekarang. Bahkan gadis itu bisa tidur nyenyak di malam hari.
Terdengar suara pintu ruangannya diketuk. Granada menoleh, ternyata dokter.
"Ada apa, Dokter?" Granada mengernyit.
"Guru dan teman-temanmu ingin menemuimu," ucap Dokter.
"Apa?" Gumam Granada.
Walikelas Granada dan teman-teman sekelasnya masuk. Mereka menyapa gadis itu sambil membawa buah-buahan.
"Granada, selama 2 minggu kau tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Kau membuat kami khawatir."
"Tetanggamu melapor pada polisi dan mereka tidak menemukanmu di apartemenmu. Mereka bilang, rumahmu dan rumah tetanggamu didatangi perampok."
"Apa orangtuamu sudah tahu?"
"Kepala dan perutmu kenapa? Kau ditusuk penjahat itu?"
Mereka tampak berisik menanyakan keadaan Granada. Walikelas menyuruh mereka diam, "Kalian tidak bisa diam? Ini rumah sakit."
"Maaf, Bu."
Bu Guru walikelas X-IPS-D menatap Granada. "Jika kau punya masalah atau apa, ceritakan pada Ibu. Ibu pasti akan membantumu. Kau terlalu memisahkan diri dari teman-temanmu. Jadinya kami tidak tahu apa yang terjadi padamu dan masalah apa yang sedang kau hadapi."
"Terima kasih, Bu. Lain kali aku akan meminta pertolongan kalian," kata Granada yang sedang malas berdebat.
"Orangtuamu di mana?" Tanya Bu Guru.
"Mereka sudah mengunjungiku kemudian pergi lagi ke luar kota untuk urusan pekerjaan," jawab Granada.
Teman-temannya saling pandang. Mereka saling berbisik.
"Apa pekerjaan lebuh penting dari anak?"
"Apa mereka tidak peduli pada Granada?"
"Suuttss."
Granada menunduk. "Aku rasa orangtuaku memang tidak menginginkan keberadaanku. Itulah sebabnya mereka membuangku."
Setelah sembuh total dan dinyatakan boleh pulang oleh dokter, Granada mendatangi markas assassin untuk bertemu Leon.
"Aku ingin berhenti." Granada menyerahkan ponselnya. "Bersihkan data tentangku. Aku ingin hidup biasa saja."
Leon menatap Granada. "Kau yakin?"
Granada mengangguk.
"Baiklah." Leon mengetuk pintu kecil di sampingnya. Seperti biasa, pintu itu bergeser kemudian muncul tangan seseorang dan mengambil ponsel tersebut dari tangan Leon.
"Leon," panggil Granada.
"Iya?" Leon kembali menatap gadis di depannya.
"Aku butuh bantuanmu," kata Granada.
Granada kembali ke apartemen. Dia memasuki rumahnya, tapi bukan untuk tinggal lagi di sana. Tampaknya dia akan pindah rumah. Dia menyewa orang-orang untuk mengangkut barang-barangnya. Tampak beberapa orang sibuk mengeluarkan barang-barang dari rumah Granada.
Tetangganya keluar dan melihat orang-orang sibuk di rumah Granada. "Kau mau pindah?"
Granada mengangguk.
"Apa aku juga harus pindah?" Gumam pria itu.
"Maksudmu?" Tanya Granada bingung.
"Kau pergi karena takut maling itu datang lagi, kan?" Tanya pria itu khawatir. "Sepertinya aku juga harus pindah."
Bukan hanya pindah rumah, tapi juga sekolahnya. Granada pindah rumah dan pindah sekolah ke luar kota.
Barang-barangnya diangkut oleh truk, sementara dirinya menaiki mobil yang dikemudikan Leon di depan truk itu.
Selamat tinggal Jakarta, batin Granada.
"Kau tidak perlu meninggalkan pekerjaanmu untuk mengantarku seperti ini," ucap Granada sambil menatap Leon.
Leon tersenyum. "Ada banyak orang yang bisa menggantikan kursi depan markas, aku meminta cuti untuk liburan."
Granada tersenyum. "Kau mau makan di mana?"
"Kau mengajakku makan?" Tanya Leon semangat.
Granada tersenyum kecil sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Sekarang temukan dulu rumah yang bagus, setelah itu kita cari restoran yang bagus juga," kata Leon.
⚔️⚔️⚔️
09.17 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
VENORA : Assassin VS Psychopath
ActionApa jadinya jika assassin bertemu dengan psikopat? Siapakah yang akan memuncaki rantai makanan sebagai predator terkuat?