Polisi memasuki rumah Granada. Pandangannya diedarkan. Ruang tamu yang tampak rapi. Ada sepasang katana yang diletakkan di dinding dengan posisi menyilang sebagai hiasan. Polisi itu juga melihat ke rak buku. Ada banyak buku di sana. Di dapur ada bahan makanan yang tadi dibeli Granada. Polisi itu menunjuk ruangan yang tertutup.
"Apa aku boleh memeriksanya?" Tanya polisi itu.
Granada mengangguk. Pria itu membukanya, ternyata ruangan santai yang langsung berhadapan dengan jendela besar. Ada sofa dan meja di sana. Meskipun ruangan itu kecil, tapi tampak begitu nyaman. Polisi lanjut ke kamar mandi dan memeriksa dua kamar di rumah itu.
"Kau tinggal sendirian?" Tanya Polisi.
"Orangtuaku sedang pergi ke luar kota," jawab Granada sambil melihat nama Ridwan di seragam polisi itu.
Polisi mengangguk. "Baiklah, terima kasih atas kerjasamanya. Jika kau melihat seseorang yang mencurigakan, segera lapor polisi, ya."
Granada mengangguk.
Setelah Polisi pergi, Granada menutup pintu. Dia mematikan semua lampu lalu memasuki kamarnya dan tidur. Dia tidak benar-benar tidur. Hanya tiduran sambil menatap langit-langit kamar.
** Flashback **
Gadis kecil itu tampak tertekuk dengan napas terengah-engah. Dia mendongkak menatap gadis yang seumuran dengannya memegang pisau.
Tampak seorang pria paruh baya duduk melihat mereka berdua. Di ruangan itu tidak hanya ada 2 anak kecil, tapi banyak anak kecil yang melihat pertarungan pisau itu.
Gadis kecil yang berdiri itu menusukkan pisaunya ke perut gadis kecil yang tertekuk. Tak lain dia adalah Granada yang masih kecil.
Granada tersungkur dengan darah mengalir dari perutnya akibat luka tusukan pisau. Dia melihat gadis di depannya akan menusuknya lagi, tapi kali ini Granada bergerak lebih cepat dan menusuk dada gadis itu hingga tersungkur dan sekarat.
Granada tampak ketakutan. Dia melihat pada pria paruh baya yang mengeluarkan pistolnya dan menembak gadis yang sekarat itu hingga tewas seketika.
Pria paruh baya itu berjongkok di depan Granada. "Venora, jika kau lemah, maka kau akan berakhir seperti dia. Kau harus bertahan hidup, kan?"
** End Flashback **
Granada masih terjaga. Dia bergumam dalam hati, aku terlahir tanpa siapa pun di sisiku. Aku tidak tahu siapa orangtuaku, siapa diriku, dan kenapa aku berada di camp pelatihan assassin. Sejak kecil aku dididik untuk menjadi mesin pembunuh. Menerima pesanan kematian dan membunuh orang untuk mendapatkan uang sebagai bayaran.
Aku tidak tahu siapa yang aku bunuh dan siapa yang memintaku untuk membunuhnya. Aku tidak mengenali mereka. Selama mengikuti kode etik yang ada di web assassin, semuanya bisa dilakukan dengan mudah.
Bahkan aku terlahir tanpa nama. Aku harus memberikan nama untuk diriku sendiri. Venora, sebenarnya itu adalah nama asliku. Granada Harlyn hanya nama yang tertulis di surat-surat negara.
** Flashback **
Granada tumbuh menjadi mesin pembunuh. Dia menerima pesanan kemudian dia menyelesaikannya. Uang masuk ke rekening assassin miliknya.
Tidak hanya membunuh, Granada juga sering mendapatkan tugas untuk mengancam seseorang, seperti memotong telinga, memotong jari, atau mencabut kuku.
Semua pekerjaan itu dia lakukan.
Sempat menjadi assassin termuda di mana dia mendapatkan pesanan kepala orang saat usianya baru 9 tahun.
Sekarang sudah banyak assassin yang lebih muda dan lebih hebat dari Granada.
** End Flashback **
⚔️⚔️⚔️
18.56 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
VENORA : Assassin VS Psychopath
AçãoApa jadinya jika assassin bertemu dengan psikopat? Siapakah yang akan memuncaki rantai makanan sebagai predator terkuat?