AVSP - 19

580 50 2
                                    

Pihak keamanan apartemen mendatangi rumah Granada setelah gadis itu menghubunginya.

"Silakan pindai sidik jarimu," kata pria itu.

Granada meletakkan jari telunjuknya ke pemindai sidik jari di gagang pintu. "Terima kasih, Pak."

"Apa telah terjadi sesuatu?" Tanya pria paruh baya itu.

Granada menggeleng. Dia enggan menjawab dan memang tidak punya alasan yang bagus.

"Kau tinggal sendirian? Bukankah anak di bawah umur dilarang menyewa apartemen?" Tanya pria itu curiga.

Granada menyanggah ucapan pria itu, "Aku tinggal dengan orangtuaku. Tapi, mereka sedang pergi ke luar kota. Kenapa aku memindai sidik jari lagi, karena orangtuaku yang menyuruhku. Mereka khawatir setelah mendengar kabar tentang penjahat yang menyamar menjadi polisi dan berkeliaran di lantai 26. Kalau Bapak tidak percaya, tanyakan pada pengurus apartemen, dia punya surat-surat yang orangtuaku berikan dan semuanya sah. Oleh karena itu, aku bisa tinggal di sini."

Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Padahal aku hanya bercanda. Kau memberikan penjelasan yang panjang membuatku tidak enak."

Granada terdiam.

Setelah pria itu pergi, Granada memasuki rumahnya. Dia melihat CCTV di atas rak buku. Dia segera mengambilnya dan mengecek apa yang terjadi. Gadis itu mempercepat rekamannya.

Ternyata ada orang yang menyelinap masuk ke rumahnya. Orang itu membawa pedang milik Granada kemudian pergi. Beberapa jam kemudian, dia kembali dan meletakkan pedang itu ke tempat semula.

Granada mengambil ponselnya dan membuka web assassin. Tapi, dia tidak jadi membuka link web assassin, karena sedang dilakukan pembersihan data. Dia mendengus kesal.

Sementara itu, Ryden sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Dia melihat para polisi yang sibuk setiap harinya.

"Apa yang sedang dilakukan gadis itu, ya?" Gumam Ryden.

** Flashback **

Ryden sedang berada dalam lift menuju ke lantai 27. Saat dia tiba di lantai 27, Ryden menuruni tangga menuju lantai 26. Pria itu melihat pintu rumah Granada terbuka. Dia segera bersembunyi di balik pot tanaman hias. Tampaknya gadis itu pergi ke sekolah.

Ryden pun berjalan menuju ke rumah Granada. Pria itu mencopot sesuatu yang mirip plastik yang menempel di pemindai sidik jari pintu Granada. Terlihat sidik jari Granada yang menempel di sana. Dia memindai ibu jarinya dengan dibungkus plastik itu sehingga pintunya terbuka.

"Boom!" Seru Ryden.

Pria itu memasuki rumah Granada kemudian melihat ke sekeliling. Dia mengambil pedang di dinding lalu pergi.

Ryden mengayunkan katana itu membelah tubuh seseorang di jalanan. Setelah itu dia kembali ke apartemen dan mengembalikan pedang itu ke tempatnya.

** End Flashback **

Ryden tertawa. "Dia pasti ketakutan."

Tiba-tiba dia merasakan moncong pistol menempel pada kepalanya. Dari pantulan kaca jendela, dia melihat Granada berdiri di belakangnya sambil menodongkan pistol padanya.

"Aku tidak mendengar suara langkah kakimu," ucap Ryden.

Granada tidak menjawab. Dia masih menatap tajam pada Ryden yang membelakanginya.

"Oh, aku lupa. Kau terlatih," ucap Ryden.

"Aku tidak pernah membunuh pelanggan, tapi bagiku kau tidak bisa dibiarkan hidup." Ketika Granada akan menarik pelatuknya, tiba-tiba Ryden berbalik dan menarik lengan Granada hingga kepala gadis itu membentur meja.

Granada menggerakkan kakinya mengait kaki Ryden hingga laki-laki itu terjatuh. Granada menembak kaki Ryden, tapi pria itu segera menghindar. Tembakannya meleset.

Ryden menendang tangan Granada yang membawa pistol itu hingga pistolnya terlempar. Pria itu mengeluarkan tongkat besi dari dalam lengan jasnya yang panjang. "Mungkin kau memang terlatih, tapi aku lebih gesit darimu."

⚔️⚔️⚔️

14.37 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

VENORA : Assassin VS PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang