AVSP - 08

780 63 0
                                    

Ryden menuliskan nama di 6 toples barunya kemudian meletakkan toples itu ruangan pendingin. Seperti biasa, dia membungkus mayat kedua polisi itu dan kali ini dia menguburnya di lahan tanah yang luas di samping rumahnya. Tampaknya dia sudah mengubur semua mayat di ruang penyekapan di lapangan itu.

Keesokan harinya, Ryden menyuruh orang untuk menutupi lahan tanah itu dengan semen dan menjadikannya lapangan voli. Siapa pun bisa menggunakan lapang voli itu dengan gratis tanpa tahu jika di bawahnya ada puluhan mayat.

Ryden menjalani kehidupannya yang membosankan. Setiap hari dia sarapan, keluar untuk mencari udara segar, menemukan gadis cantik, berkencan, membunuhnya, lalu menunggu malam segera berakhir, paginya sarapan lagi, dan begitu seterusnya.

Malam ini, Ryden berbaring dan menatap langit-langit kamarnya seperti biasa. Hanya detik jarum jam yang menemani malamnya. Dia tampak bosan dan suasana hatinya memburuk.

Dia bangkit dari ranjang dan mengambil wine dari kulkas dan meminumnya. Tampaknya suasana hatinya tidak kunjung membaik.

Kemudian dia pergi keluar memakai jaket dan topi hitam. Pria itu berjalan tanpa arah. Dia hanya ingin suasana hatinya membaik dengan melihat suasana Kota Jakarta di malam hari.

Terlihat seorang polisi lalu lintas sedang bertugas. Dia menoleh pada Ryden. Pria itu mengangguk santun kemudian pergi melewati polisi itu. Melihat Ryden yang jalan-jalan di tengah malam, polisi itu tampak curiga.

Ryden memasuki toko yang masih buka. Dia membeli rokok dan minuman bersoda. Kemudian dia membayar pada kasir.

"Apa di sini ada pisau cincang untuk daging?" Tanya Ryden.

Penjaga kasir laki-laki itu menunjuk ke arah rak pisau. Ryden mengambilnya kemudian memasukkannya ke dalam belanjaan.

Laki-laki itu memberikan uang kembalian pada Ryden.

"Tidak usah," kata Ryden kemudian berlalu.

"Terima kasih, Tuan," kata laki-laki itu.

Ryden keluar dari toko tersebut. Sambil berjalan menuju ke rumahnya, dia mengeluarkan satu batang rokok kemudian merogoh kantong jaketnya, ternyata dia tidak membawa pemantik api.

Polisi tadi mengikutinya. "Permisi, Tuan."

Ryden menghentikan langkahnya kemudian menoleh pada polisi itu.

"Ini sudah malam, Tuan, sebaiknya istirahat," kata polisi itu sambil mendekat.

Ryden mengangguk. "Aku hanya ingin membeli rokok."

Polisi itu masih menatapnya sambil mendekatkan wajahnya menghirup aroma wine dari tubuh Ryden. "Apa kau mabuk?"

"Aku tidak mabuk."

"Sebaiknya ikut aku," kata polisi.

"Aku tidak mabuk sambil menyetir!" Gerutu Ryden. Pria itu melihat ke sekeliling. Ada beberapa anak muda yang masih nongkrong di seberang sana. Ryden mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya kemudian mengikuti polisi itu.

"Pak Polisi, memangnya minum itu melanggar hukum? Aku tidak sampai mabuk apalagi merugikan orang," kata Ryden.

Polisi menuliskan sesuatu. Ryden mendekat dan tiba-tiba menusuk leher Polisi itu. Darah mengalir membasahi seragamnya.

"Pak Polisi, sebaiknya ikuti aku." Ryden memperdalam tusukannya. Polisi itu akan mengambil ponsel dari saku celananya, tapi Ryden segera mendorongnya ke dalam gang dan membunuhnya di sana.

Di gang itu Ryden memutilasi tubuh polisi dengan pisau cincang yang tadi dia beli lalu memasukkan jenazahnya ke dalam tong sampah.

Setelah itu, dia memasukkan pisau cincang tersebut ke dalam jaketnya. Dia mengambil seragam polisi itu dan memasukkannya ke dalam kantong belanjaan.

Saat dia keluar dari gang, dia melihat seorang gadis berkaos hitam pendek dengan jeans selutut berjalan menuju ke arahnya. Ryden menunduk dan bersikap normal. Dia berpapasan dengan gadis itu dan tangannya yang berdarah tidak sengaja bersentuhan dengan tangan gadis itu.

Saat jarak mereka sudah jauh, Ryden menoleh menatap punggung gadis itu. Tampaknya gadis itu tidak menyadari apa pun.

⚔️⚔️⚔️

10.27 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

VENORA : Assassin VS PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang