14.

5.4K 606 12
                                    

Sunghoon berdiri diam dengan kaku. Semua tenaganya seolah sudah dikuras habis. Belum selesai dengan kesehatan Sunoo. Kini Sunghoon harus menerima kenyataan pahit lainnya.

Kaisar kerajaan Suwon, yang tidak lain adalah ayahnya, dinyatakan meninggal dunia. Sunghoon bergegas pergi ke istana, dia harus berdiri di dekat jenazah ayahnya. Dia harus berpura-pura kuat karena dia adalah Putra Mahkota.

Tangan Sunghoon mengepal, dia mencoba menahan semua yang dia rasakan. Kemarahan, kekecewaan, kesedihan, keterpurukan. Sunghoon benar-benar merasa semua masalah datang terlalu berdekatan. Hatinya bahkan bingung harus di tempatkan dimana. Satu sisi ayahnya meninggal. Satu sisi Sunoo masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Sunghoon marah pada dirinya sendiri yang terkesan tidak bisa melakukan apapun.

Sunghoon menatap lurus ke arah ibunya. Disana ibunya berdiri dengan goyah, ibunya bertahan dan berusaha terlihat kuat karena dia adalah seorang Permaisuri. Tapi setelah upacara pemakaman selesai, Sunghoon lari menangkap tubuh ibunya yang jatuh pingsan. Sunghoon tau ini akan terjadi, dia hanya membiarkan ibunya menemani ayahnya sampai akhir.

Sunghoon membawa ibunya ke kamar tidur istana barat, tempat tinggal para istri Kaisar. Selama Sunghoon berjalan, Sunghoon juga bisa melihat tiga istri ayahnya yang lain sedang menangis, Sunghoon bahkan dapat melihat Jungwoon yang sedang memeluk ibunya.

Keadaan istana tidak terkendali. Bahkan sekarang hujan mulai turun diluar.

Sunghoon menidurkan ibunya diatas tempat tidur dan tak lama dokter istana datang untuk memeriksa ibunya.

Sunghoon melangkah mundur, ia menjatuhkan dirinya di sofa. Kepalanya sakit sekali. Semua terasa sangat berat dan terlalu mendadak.

Walau Sunghoon adalah seorang anak laki-laki. Dia dan ayahnya sangat amat dekat. Ayahnya adalah seseorang yang sangat Sunghoon kagumi. Dari kecil sesibuk apapun ayahnya, ia akan menyempatkan waktu untuk bermain atau sekedar mengobrol dengannya.

Ayah Sunghoon adalah sosok yang selalu lembut, perhatian, dan setia. Meski istri Kaisar total ada 4 orang. Tapi yang Kaisar cintai hanyalah Permaisuri. Hanya ibunya Sunghoon.

Kaisar memiliki alasan mengapa ia menikahi tiga orang istri lainnya. Pertama, Kaisar menikahi ibu dari Jungwoon atau selir utama adalah karena wabah. Saat itu selir utama terkena wabah berbahaya, tidak ada yang mau menampungnya, bahkan warga di daerah keluarganya tinggal mengusirnya pergi. Kaisar yang mendengar hal itu membawa selir utama ke istana dan membiarkan dia tinggal. Tapi karena selir utama adalah omega, ia selalu kesulitan setiap kali heat, tidak ada obat yang bisa dia minum kala itu, bahkan selir utama sudah menyerah dan mencoba bunuh diri. Tapi dengan kemurahan hati Permaisuri dan niat baik Kaisar, maka terjadilah pernikahan itu. Meski terkesan tidak ada cinta diantara Kaisar dan selir utama, tapi sesungguhnya Kaisar sangat menyayangi selir utama dengan tulus, Kaisar bahkan memberikan hak-hak yang tidak ia berikan pada selir lainnya. Selir utama berteman baik dengan Permaisuri dan tidak pernah merasa iri dengan apapun yang Permaisuri miliki, termasuk cinta Kaisar.

Pernikahan dengan dua istri lainnya pun memiliki ceritanya masing-masing. Bukan hanya menikah karena nafsu semata.

Sunghoon menghargai ayahnya lebih dari siapapun. Bahkan sampai dewasa, Sunghoon selalu suka dengan perhatian-perhatian kecil yang ayahnya berikan.

Tapi kini semuanya sudah selesai. Ayahnya yang ia sayangi sudah pergi dan tidak akan pernah kembali.

Tugas Sunghoon bertambah. Dia tidak hanya harus menjaga Sunoo dan Sun. Tapi juga ibunya. Bahkan sebentar lagi, dia harus menjaga kekaisaran Suwon.

Apakah Sunghoon siap dengan semua ini?

Andai saja Sunoo ada di sampingnya. Andai saja Sunoo bangun dan memeluknya. Andai saja Sunoo menggenggam tangannya. Andai saja Sunoo tersenyum padanya dan berbisik "Kamu pasti bisa, aku disini." Andai saja...


















Pintu ruang rawat Sunoo dibuka perlahan.

Ibu Sunoo menoleh dan sedetik kemudian berdiri kaget dari duduknya, dia tidak menyangka siapa yang ia lihat. Dia adalah mantan menantunya, Kaisar Lee Heeseung.

Heeseung berjalan lemah ke arah Sunoo.

"Tunggu. Kenapa kamu ada disini? Kamu tau darimana anakku disini? Siapa yang kasih kamu ijin untuk masuk?"

Heeseung menatap ibu Sunoo dengan raut wajah sedihnya.

"Jawab aku. Kenapa ada disini?"

"Ibu.............. aku kesini untuk menemui Sunoo."

"Siapa yang memberimu ijin?"

"Aku hanya ingin melihat Sunoo. Hanya sebentar. Aku mohon, aku tidak akan macam-macam, sebentar saja."

Melihat Heeseung yang sudah berkeringat dingin dan pucat, akhirnya ibu Sunoo tidak melawan lagi. Dia berjalan ke arah sofa dan membiarkan Heeseung melihat Sunoo.

Heeseung berjalan pelan ke sisi kanan tempat tidur Sunoo. Kini dia bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah dan tubuh Sunoo yang terdiam kaku.

Heeseung duduk di kursi yang disediakan dekat tempat tidur pasien. Dia menunduk dan meraih jemari Sunoo yang terasa sedikit dingin.

Hatinya sakit entah kenapa.

Heeseung melihat alat pendeteksi jantung, alat itu hanya berbunyi dengan irama yang sama dari waktu ke waktu, tidak ada perubahan detak jantung sama sekali. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Sun......aku disini."

Air mata Heeseung tiba-tiba menetes. Tapi Ia langsung menghapusnya. Heeseung merasa tidak pantas untuk menangis.

Heeseung ingin bertanya banyak hal, kenapa, bagaimana, dan kapan ini semua terjadi. Heeseung merasa sedih sekaligus marah, tapi dia tidak tau harus marah pada siapa. Heeseung hanya bisa menatap Sunoo yang masih saja diam.

Ruang rawat inap Sunoo sangat sunyi. Hanya terdengar suara-suara pelan dari semua alat yang menempel pada tubuh Sunoo dan deru nafas Sunoo yang lemah. Heeseung meremat jemari Sunoo dengan lembut, dia menunduk dan akhirnya menangis.

Heeseung tidak bisa melihat Sunoo terdiam lemah dan kesakitan seperti ini. Dia benar-benar tidak bisa. Dia juga merasa bodoh, kemana saja dia selama ini sampai tidak tau jika Sunoo koma? Heeseung tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia membayangkan senyum dan tawa Sunoo. Seharusnya itu yang dia lihat sekarang.

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu dibuka, dari sana muncul sosok kakak Sunoo dan seorang bayi dalam gendongannya.

Kakak Sunoo yang tidak tau jika ada Heeseung disana menatap bingung ke arah ibunya. Tapi ibunya tidak memberikan jawaban apapun.

"Kenapa Kaisar ada disini?"

Heeseung berjalan mendekati kakak Sunoo dan seorang bayi yang menangis tanpa henti itu.

"Mau apa kemari? Bukankah hanya orang-orang yang diberi ijin yang bisa kemari?"

"Noona, bolehkah aku melihat bayi yang dilahirkan Sunoo?"

"Kaisar tau darimana Sunoo melahirkan seorang bayi? Apa selama ini Kaisar mengirim mata-mata? Kehamilan Sunoo hanya di ketahui orang-orang di istana saja. Kaisar terkesan tidak sopan sama sekali."

"Aku baru mengetahuinya."

"Benarkah? Kapan? Hari ini? Lalu Kaisar berlari kesini setelah mendengar kabar ini? Apa Kaisar tidak percaya bahwa adikku bisa melahirkan seorang anak?"

"Aku tidak datang untuk maksud itu. Aku hanya ingin melihat keadaan Sunoo."

"Maka lakukan tujuanmu Yang Mulia. Masuk ke kamar orang lain tanpa ijin saja sudah tidak sopan. Sekarang mau melihat bayi orang lain juga. Benar-benar."

Ditengah-tengah obrolan para orang dewasa itu. Tiba-tiba saja pendeteksi jantung milik Sunoo berbunyi sedikit lebih cepat. Ibu Sunoo panik, dia berlari mendekati Sunoo dan menekan tombol di dekat tempat tidur Sunoo untuk memanggil dokter.

"Anakku, anakku tenanglah sayang. Ada apa? Sayang tenang ya..."

"Permisi, biar saya periksa dulu, mohon tunggu di luar."

"Selamatkan anak saya dok, tolong selamatkan anak saya."

"Tenang ya Bu, mohon tunggu diluar sebentar, kami akan memeriksa pasien." Ucap seorang suster sebelum ia menutup pintu kamar Sunoo.









^^

THE SUN [ SUNSUN ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang