Pagi-pagi sekali kepala Sunoo merasakan sakit dan pusing yang mencekik, rasanya memuakkan. Sudah lebih dari satu minggu calon selir Kaisar berada di istana, dan selama itu pula beban tambahan Sunoo berlangsung.
Bagaimana tidak, calon selir Kaisar selalu mengeluh perutnya sakit, luka-luka ditubuhnya juga selalu ia keluhkan meskipun sudah di rawat dan diobati dengan sangat maksimal oleh dokter kerajaan.
Sebenarnya jika hanya mendengar keluhan-keluhan calon selir melalui dokter, Sunoo tidak masalah, ia masih bisa menanganinya, cukup katakan pada dokter bahwa lakukan apapun yang penting calon selir Kaisar itu tidak mengeluh lagi.
Tapi, keluhan-keluhan itu bukan hanya datang dari dokter, tapi juga dari pelayan kerajaan, dayang, hingga Kaisar juga tidak luput mengeluhkan banyak hal padanya.
"Omega, bisakah kamu carikan dayang untuk Wonyoung? Dia tidak bisa melakukan banyak hal sendirian."
"Sun, aku tau Wonyoung tidak pantas memiliki dayang, tapi bisakah kamu bantu aku bagaimana caranya agar ada yang bisa membantu Wonyoung? Dia kesulitan. Luka-luka serta tubuhnya sering sekali mendadak sakit."
"Permaisuri, bantu aku, anggap saja ini permintaanku pada permaisuri negeri ini. Bantu salah satu rakyatmu. Jangan anggap dia calon selirku, anggap saja dia anak budak yang dulu kau selamatkan."
Kata-kata dari Kaisar masih sangat jelas terukir di kepala dan terngiang di telinganya.
Yang bisa Sunoo lakukan hanya meminta bantuan dari empat orang pelayan kerajaan untuk membantu calon selir, tidak perlu melayaninya seperti tugas dayang karena itu bukan tugas mereka, hanya membantu sedikit. Untung saja para pelayan mengerti.
"Karena ini permintaan Yang Mulia Permaisuri, maka dengan senang hati kami akan mengerjakannya."
Sunoo tidak punya pilihan, jika mencarikan dayang, itu adalah hal yang mustahil. Mau di taruh dimana mukanya jika ia harus mencarikan dayang untuk seorang budak, meski dia calon selir sekalipun.
"Yang Mulia Permaisuri, apakah sakit kepalamu sudah mereda?" Tanya Dongpyo yang sedang membantu Sunoo berpakaian.
"Hm. Sudah. Aku ingin langsung sarapan, tolong perintahkan juga supir untuk bersiap, sepertinya akan hujan, aku ingin berangkat lebih awal."
Dayang-dayang baru saja selesai merias dan merapihkan pakaian Sunoo, suara penjaga di depan tiba-tiba menggema hingga kedalam kamar tidur permaisuri.
"YANG MULIA KAISAR MEMASUKI KEDIAMAN PERMAISURI."
Suara langkah kaki yang tegas dapat Sunoo dengar, semakin lama semakin dekat. Tanpa di perintahkan para dayang keluar dari kamar, tepat dengan kedatangan Kaisar.
"Kali ini apa, Yang Mulia Kaisar?" Tanya Sunoo dengan enggan. Kepalanya sakit sekali, tolong jangan ditambahkan lagi.
"Dokter berkata sesuatu padamu?"
"Tidak."
"Kamu tidak bohong kan, Permaisuri?"
"Aku tidak berbohong Yang Mulia."
"Keadaan Wonyoung belum juga membaik, luka-luka nya lama sekali kering."
"Aku tau, tapi kita sudah melakukan semua upaya yang terbaik, hanya itu yang bisa kita lakukan."
"Apa tidak ada dokter lain yang kamu kenal? Dokter dari negeri atau kerajaan lain yang lebih baik?"
"Dokter kerajaan kita adalah dokter terbaik dari semua dokter. Yang Mulia juga tau itu."
"Tapi kenapa Wonyoung tidak juga sembuh?"
"Luka-luka kecilnya sudah mengering, bekasnya juga sudah mulai menghilang, hanya tinggal luka-luka besarnya saja. Itu wajar mengingat kesehatan Wonyoung juga tidak baik, ditambah wabah, dokter sudah bilang akibat wabah bisa menghambat kinerja obat. Kenapa Yang Mulia terus menggangguku di pagi hari hanya untuk mengeluhkan semua tentang calon selirmu? Aku sudah bilang, jangan libatkan aku."
"Kim Sunoo."
"Yang Mulia. Aku sudah banyak membantu, sudah cukup. Yang Mulia adalah kaisar negeri ini, kenapa tidak tangani semuanya sendiri? Lagipula sejak kapan Yang Mulia mulai mendiskusikan segala sesuatu denganku lagi? Aku juga Permaisuri negeri ini, jika Yang Mulia lupa. Banyak yang harus aku kerjakan. Bukan hanya tentang calon selir mu. Jika Yang Mulia tidak percaya pada kinerja dokter kerajaan, maka cari dokter lain. Tanyakan juga pada dokter kenapa perut calon selirmu sering sekali sakit, mungkin ada sesuatu yang bergerak didalam sana."
"IBUNDA DARI PERMAISURI MEMASUKI KEDIAMAN PERMAISURI."
Sunoo dan Heeseung menoleh ke arah pintu, tidak lama pintu itu terbuka, Sunoo langsung menerjang kedalam pelukan ibunya. Ingin sekali menangis yang kencang, tapi dia tidak ingin ada orang lain yang tau serapuh apa ia saat ini.
"Kenapa Ibu datang kesini tiba-tiba?"
"Ibu dengar kamu sakit, belakangan ini kamu sering sekali sakit. Bagaimana ibu tidak khawatir?"
Heeseung melihat punggung Sunoo yang gemetar. Akhirnya runtuh juga. Sunoo menangis.
"Aku kangen ibu. Makanya aku sakit." Ucap Sunoo sambil terkekeh. Bahkan saat ia menangis, ia masih bisa tertawa renyah, tawa yang dulu sangat Heeseung sukai.
"Astaga, kenapa menangis. Hei, anakku, jangan menangis, kamu membuat ibu juga ingin menangis." Ibu Sunoo melihat ke arah Heeseung. "Ada suamimu disini, apa tidak malu?"
Sunoo menghapus air matanya, "Ah iya, Bu, aku hampir lupa, aku harus ke bandara, ada pembelian pesawat baru, setelah itu aku juga masih ada banyak agenda yang harus dikerjakan. Kenapa ibu datang mendadak? Aku jadi tidak bisa menemani ibu." Sunoo melengkungkan bibirnya, "Aku sudah sehat ko Bu, aku harus bekerja. Ibu mau ku antar ke kamar untuk istirahat? Aku akan kembali sebelum gelap."
"Aku hanya mampir sebentar anakku, ibu tau, anak ibu adalah Permaisuri yang sangat sibuk. Ibu akan langsung pulang. Ibu bawakan banyak manisan dan obat racikan ibu. Kamu harus minum obatnya ya?"
Ibu Sunoo melirik kembali ke arah Heeseung, ia membungkukkan tubuh sedikit, yang dibalas Heeseung oleh tundukan kepala, harusnya Kaisar tidak menundukkan kepala untuk siapapun, tapi Heeseung selalu menghormati orang tuanya dan orang tua Sunoo. Setelah saling menyapa, yang bisa Heeseung lihat hanyalah punggung ibu dan anak yang semakin menjauh darinya. Sunoo seakan lupa akan kehadirannya disana, dia bahkan tidak berbalik untuk sekedar mencium pipinya, seperti dulu, mereka akan bermesraan sebentar di pagi hari sebelum memulai hari. Meski berbeda kediaman, entah siapa yang datang ke kediaman siapa. Ternyata, semua sudah berubah, entah sejak kapan. Dan tiba-tiba saja Heeseung merasakan dadanya sedikit sesak.
Sunoo kecil yang dulu sangat ia cintai, menangis di pelukan ibunya. Bahkan, dia sebagai suami tidak tau kalau Sunoo beberapa hari ini sakit. Yang Ia lihat adalah Sunoo yang cantik, selalu bersemangat, elegan, dan tegas.
Sunoo selalu seperti itu.
Heeseung lah yang berubah. Dia tidak lagi peka akan hal-hal kecil yang terjadi pada Permaisuri yang sangat ia cintai. Yang ia nikahi dengan segala perjuangan.
Kini, fokusnya terbagi dua. Bahkan, pembagiannya pun tidak adil. Ia lebih banyak fokus pada Wonyoung. Gadis kecil berparas cantik nan imut yang berhasil menggoyahkan hatinya.
^^
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUN [ SUNSUN ]✔️
Fiksi Penggemar"Ini anakku." Omega cantik itu berucap teguh. "Hanya anakku." Lanjutnya, tidak goyah, apalagi ragu. BxB !!! Yang ga suka skip yaaa°•° 🥇1. #Heenoo - 10 Desember 20222 🥇1. #Heeseung - 19 Desember 2022 🥇1. #Sunsun - 21 Desember 2022 🥇1. #Aboverse...