15.

5.7K 651 36
                                    

Sunghoon berlari menelusuri koridor rumah sakit, langkahnya terburu-buru dan acak, Sunghoon tidak ingin terlambat. Tidak lupa para penjaga pun ikut berlari hingga orang-orang harus menepi dan memberi jalan.

Hanya beberapa langkah lagi Sunghoon akan sampai pada ruang rawat Sunoo. Tangannya berhasil meraih gagang pintu dan mendorongnya. Ia menerobos masuk.

Sunghoon terpaku. Pemandangan yang ia lihat kini sulit sekali dipercaya. Tidak. Sunghoon pasti bermimpi.

"Sayang...." Sunghoon berjalan mendekati tempat tidur Sunoo.

Dan apa yang Sunghoon lihat tidak salah sama sekali.

Sunoo membuka matanya. Dia tersenyum.

Suasana hening selama beberapa saat sebelum Sunoo tiba-tiba bersuara.

"Kenapa suamiku diam saja disana? Tidak ingin memelukku?"

Sunghoon menangis hebat, dia memeluk Sunoo dengan erat hingga Sunoo merasa sedikit sesak namun tidak sampai merasa sakit.

"Terimakasih Sunoo-ya. Terimakasih..."

Sunoo menggeleng, "Aku yang seharusnya berterimakasih. Jika Putra Mahkota tidak disini, aku mungkin akan benar-benar pergi."

"Jangan bicara seperti itu sayang."

Sunoo diam-diam tersenyum, tubuhnya masih kaku dan asing bagi dirinya sendiri. Ia bahkan merasa kakinya masih sulit digerakkan, tapi dia bersyukur bahwa dia hidup kembali. Meski dia tidak pernah kemana-mana, tapi senang rasanya bisa merasakan hidup setelah sekian lama tertidur.

"Terimakasih sudah menungguku, Putra Mahkota."

Sunghoon mencium leher Sunoo untuk memastikan bahwa feromon Sunoo masih ada, kemudian dia tenang setelah akhirnya feromon itu menusuk indra pencium nya. "Bagaimana keadaanmu, apakah ada yang sakit? Apa ada yang aneh?" Sunghoon melepaskan pelukan mereka dan bertanya serius pada Sunoo.

Sunoo menggeleng, "Aku baik-baik saja. Tapi rasanya tubuhku sakit disana-sini, seperti pegal, dan juga kaku. Lalu kaki ku, rasanya seperti aku tidak bisa menggerakkannya."

"Aku panggilkan dokter ya?"

"Tidak perlu. Dokter baru saja pergi. Dokter bilang kondisiku baik-baik saja. Ibu juga sedang keruangan dokter."

"Aku hampir lupa menanyakan dimana ibu."

Sunoo tersenyum, "Saat ibu melihat aku akhirnya bisa membuka mata, ibu menangis seperti saat aku akan mel-----" Sunoo tiba-tiba diam.

"Kenapa sayang?"

"Suamiku.....bagaimana.......bagaimana keadaan bayiku?" Sunoo berbisik pelan, sangat pelan hingga Sunghoon hampir saja tidak mendengar nya.

"Anak yang kamu lahirkan sehat sayang. Dia laki-laki. Matanya cantik persis seperti mata yang kamu miliki."

Sunoo menangis lagi, "Benarkah? Benarkah dia sehat? Sudah hampir enam minggu, hampir enam minggu kata dokter aku tidur. Apa dia benar-benar baik-baik saja?"

"Tenanglah sayang. Anak kita sehat, dia baik-baik saja."

Sunoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri, "Aku bodoh sekali meninggalkan kamu dan anak kita. Aku tidak berjuang untuk lebih cepat bangun. Aku benar-benar bodoh. Maafkan aku. Aku----"

Sunghoon memeluk Sunoo lagi, "Jangan bicara hal yang tidak-tidak Sunoo-ya. Ini bukan kesalahan siapapun. Tidak perlu menyalahkan siapapun apalagi menyalahkan dirimu sendiri. Kamu bangun kembali saja sudah sesuatu yang selalu kita semua tunggu-tunggu. Jangan salahkan siapapun. Kamu hebat sudah bertahan. Kamu berjuang melawan rasa sakit sendirian. Apalagi yang mau kamu salahkan dari dirimu ini? Sekarang adalah waktu untuk kita memulai semuanya dari awal lagi. Saatnya kita untuk memulai kehidupan yang baru, kehidupan bahagia yang selalu kamu inginkan. Aku, kamu, dan anak kita."

THE SUN [ SUNSUN ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang