Jika kalian tak tau apa yang sebenar nya terjadi, siapa yang akan kalian anggap bersalah disini? Ayu? Mustahil! Tentu sudah pasti Rana bukan? Di satu sisi mata memang juga bisa membohongi.Atau memang dari awal kalian juga menyalahkan Rana?
Kepribadian gadis itu terbentuk egois karna perlakuan orang orang yang selalu menyalahkan nya, mendapatkan apa yang ia mau, dan selalu bahagia di atas segala rasa sakit yang dulu selalu ia alami, jadi jangan salahkan Rana jika sekarang ia tak akan bisa berbagi hal yang sudah benar benar menjadi bagian diri nya.
Mereka kembali setelah menginap satu hari di puskesmas, hal pertama yang Rana lihat saat mereka kembali adalah tatapan tuduhan yang hampir semua orang layangkan padanya, sedang langkah mereka langsung menyerbu Ayu dengan rentetan pertanyaan yang sudah pasti akan menyudutkan nya, Rana sudah kenyang dengan mereka yang menatapnya jijik, seakan ia adalah seorang pembunuh yang sudah melakukan dosa besar dan tak termaafkan.
Di saat semua orang memperlakukan nya seperti itu, hanya satu orang yang hanya diam dengan rambut tergerai nya dan bibir yang tersenyum melambai ke arah nya. Anna, bocah itu nampak cantik seakan menyambut nya kembali pulang ke rumah, Rana membalas dengan senyum tipis sebelum tanpa mengeluarkan suara berlalu pergi, meninggalkan semua orang dengan tatap mengejek dan menggunjing nya dalam hati.
Selepas kejadian itu, tak banyak yang berubah dari kehidupan Rana, selain ia yang tak perlu lagi menolak bermain karna tak satu pun dari mereka yang kembali berusaha dekat dengan nya, Rana di kucilkan seperti sosok yang tak pernah ada disana. Ia akan duduk di kursi paling ujung saat waktu nya bagi mereka makan, ia hanya akan diam mencabut semua rerumputan di halaman saat mereka semua sibuk bermain, dan ia akan tidur di tempat paling ujung hanya dengan beralaskan kain tanpa kasur seperti yang lain saat malam tiba.
Bu Maryam sendiri nampak tak terlalu peduli pada nya, memang apa yang kalian fikirkan? Sampai kapanpun Rana tak akan menerima kasih sayang bahkan belas kasihan orang lain.
Rana benci waktu waktu membosankan seperti itu, akan lebih baik jika ia keluar dan memulung sepanjang hari, ah mengapa Rana tak kabur saja dari sana? Satu pemikiran yang membuat Rana jelas tak menyetujui nya, tak seperti diri nya yang bisa berjalan kapan saja, namun Anna memiliki fisik yang lemah, bocah itu gampang sakit jika sudah kelelahan.
Mungkin ia akan pergi saat nanti sudah mempunyai cukup uang untuk mengontrak rumah, atau ada orang baik di luar sana yang akan mengadopsi nya? Hahaha Rana ingin tertawa mendengar itu, dari sekian puluh anak di panti ini, mengapa anak pembawa sial seperti nya yang akan mereka pilih?
Waktu berlalu begitu cepat namun terasa mencekik Rana dalam kurungan, ia sudah berumur lima belas tahun sekarang, sudah sepuluh tahun lama nya Rana bertahan di panti itu, berkat bantuan para donatur panti Rana bisa bersekolah layak nya anak anak pada umum nya, gadis itu tumbuh menjadi sosok cantik yang cerdas, ibarat bunga matahari yang berdiri kokoh sendirian di tengah gurun pasir.
Selama ini, tak ada yang bisa bertahan hanya untuk menjadi seorang teman bagi nya, banyak orang yang mendekat namun Rana seakan menutup akses mereka untuk melakukan itu, di tambah lagi selentingan kabar yang di sebarkan oleh para anak anak panti satu sekolah dengan nya. Aneh, mereka yang satu tempat tinggal dengan nya bahkan tak rela jika ia bahagia sedikitpun, mereka membenci nya seakan merasa Rana tak pantas mendapat perhatian dari orang lain, namun itu bagus bukan? Rana jadi tak perlu membuang waktu untuk meladeni mereka.
Waktu saat Rana bebas adalah saat ia bersekolah, Rana akan berangkat pagi pagi sekali dan pulang saat petang hampir berganti malam, ia ingin keluar dari bangunan layak nya penjara itu, setiap hari ia meluangkan waktu untuk bekerja, pagi nya ia mengantarkan koran menuju beberapa orang di perumahan dekat sekolah, pulang nya ia bekerja menjadi pelayan Kafe walau hanya setengah hari, hasil nya lumayan, Rana bahkan yakin bisa keluar dari panti tak sampai satu tahun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Rana
Short StoryTidak semua cerita berakhir happy ending, terkadang sad ending juga perlu untuk sebuah kata sadar, jika tuhan tidak hanya menciptakan senyuman tapi juga air mata untuk pengingat, dia yang mengatur semua nya, bukan kita. Ini cerita ku, tentang luka...