Assalamu'alaikum🙏
Vee up bagian 4.
Moga syukkkaaaa.
Ada yang tau gak sih, kenapa WP akhir² ini jarang ada notip up?
Happy reading❤️
*****
Mobil mewah itu berhenti di sebuah rumah mewah bergaya modern cukup jauh dari lokasi panti, suasana nya cukup sepi, nampak seperti tak ada orang lain yang menghuni rumah itu selain pasangan paruh baya yang menemani nya sekarang ini.
Mobil berhenti di halaman depan rumah berlantai tiga itu, Rana tak bisa menebak bagaimana sikap kedua paruh baya itu hanya dalam satu kali lihat, sedari tadi keluar dari panti, mereka tak terlibat obrolan sama sekali, jauh dari kesan hangat yang Rana bayangkan.
Mungkin karna mereka belum terbiasa, begitu ia pikir.
Alasan yang mampu Rana tangkap kenapa mereka mencari sosok anak adalah karna kedua nya tak memiliki anak hingga sekarang, tak heran jika kedua orang tua baru nya itu mengadopsi anak, mereka orang kaya, jika tak memiliki anak mau di bawa kemana harta mereka?
Ekor mata gadis itu melirik ke arah wanita paruh baya di samping nya, ia turut keluar saat wanita itu juga keluar.
Canggung.
Tak ada raut ramah yang wanita itu berikan, wanita itu hanya melirik nya sekilas seakan memerintahkan nya untuk mengikuti, pria paruh baya yang ia tau sebagai papa baru nya itu bahkan masuk lebih dulu seakan tak perduli dengan kedatangan nya.
Hanya dari itu, Rana tau jika hidup tenang dengan keluarga yang saling menyayangi hanya dekedar mimpi bagi Rana.
Namun begitu ia tetap mengikuti, bergerak membawa tas nya yang berisi puluhan baju kumuh beserta bantalan yang ia bawa.
"Ayo, Anna ikut."
Gadis yang sedari tadi, duduk di antara ia dan wanita itu mengangguk dengan senyum tipis. Gadis tuna wicara itu tumbuh baik bersama dengan Rana, wajah nya cantik di dukung dengan kulit putih susu, ada lubang cantik yang tercetak di kedua pipi nya saat gadis itu tersenyum.
Anna, memang tak setiap saat berada di sisi nya, gadis itu akan pergi entah kemana tanpa Rana tau, dan kembali pasti saat Rana membutuhkan nya, seperti tadi, gadis itu tiba tiba saja duduk di dalam lemari nya saat ia beres beres memasukkan baju ke dalam tas, beruntunglah gadis itu datang, karna jika tidak, pasti Rana harus kembali ke tempat yang jujur saja tak terlalu ia suka itu untuk memberitau Anna di mana tinggal nya sekarang.
Kembali ke tempat mereka berada, Rana menapakkan kaki nya di atas ubin putih tanpa noda yang terpasang di dalam rumah mewah itu, sendal japit tipis--hampir putus--yang ia gunakan nampak sangat tak pantas menginjak ubin ubin disana.
Rana membesarkan hati, ia tetap melangkah menuju ruang tamu dimana sepasang paruh baya itu duduk dengan kaki menyilang.
"Siapa nama panjang mu?" Suara dingin itu memecah keheningan, Rana melarikan pandangan nya menuju lelaki paruh baya berjas yang menatap nya datar, tak ada keramahan sama sekali dalam tatapan yang seharus nya melunak itu.
"Rana, hanya Rana, Om."
Herman Fernandez, lelaki paruh baya itu mengangguk sekilas, berikut kembali hanya hening yang terjadi.
"Kirana Natalie Fernandez, dari saat ini nama mu kami rubah, setuju atau tidak kamu harus setuju, kamu tidak punya kuasa untuk menolak."
Pandangan Rana menatap pria paruh baya itu keberatan, namun tak ada satu kata pun yang keluar, entah ia harus senang atau tidak, dari awal Rana suka dengan kesederhanaan nama nya, terdengar tak berarti, namun bagi Rana nama itu sangat sesuai dengan nya yang selalu menerima luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Rana
Short StoryTidak semua cerita berakhir happy ending, terkadang sad ending juga perlu untuk sebuah kata sadar, jika tuhan tidak hanya menciptakan senyuman tapi juga air mata untuk pengingat, dia yang mengatur semua nya, bukan kita. Ini cerita ku, tentang luka...