Assalamu'alaikum 🙏
Minal aidzin walfaidzin guysss, mohon maaf lahir dan batin, telat bgt gak sih Vee baru
Buat kalian yang mengikuti cerita Dunia Rana dari awal, Vee minta maaf seandainya disini ada komentar atau tulisan Vee yang menyinggung kalian, atau dari kalian ada yang kezell karna Vee lama bgt buat up ceritanya😅 jujurly Vee lagi nyiapin mental aja buat lanjut ceritanya.
Karna seperti yang Vee bilang, ini bakal jadi story pertama dengan konflik berat yang bakal Vee buat.
Jadi kalau boleh maksa, Vee mau kalian tetep stay untuk ngikutin cerita Rana sampai bener bener selesai.
Thank u buat kalian yang udah support Vee sampai sekarang.
Happy reading🥰
°°°°°
Terhitung sebulan sudah kejadian itu berlalu, Rana benar benar berhasil menghindari Raska, bukan karna ia terlalu percaya diri Raska akan mencarinya, ia hanya mencegah pertemuan tak sengaja seperti beberapa hari di satu bulan yang lalu itu terjadi, dari ia datang sampai pulang sekolah gadis itu memilih menetap di kelas dengan buku buku yang ia bawa dari rumah, terkadang perundungan itu masih saja terjadi membuat Rana muak, namun Rana rasa itu masih lebih baik dari pada ia haru bertemu Raska yang nantinya pasti akan berbuntut panjang.Mengenai makan siang Rana selalu membawa bekal, tidak, jangan harap itu di buatkan oleh salah satu maid di kediaman Fernandez, karna nyatanya Rana selalu menyempatkan diri memasak setiap pagi, bukan masakan spesial yang akan memanjakan perut, Rana tak terlalu pandai memasak, namun jika hanya sekedar omelet telur, telur ceplok, ataupun nasi goreng, Rana bisa membuatnya dengan baik.
Setelah kejadian itu pula, Rana belum kembali melihat Herman ataupun Virda, pada dasarnya kedua orang tua angkat--bajingan--nya itu memang jarang sekali di rumah, bahkan bisa hanya tiga kali berkunjung dalam setahun.
Syukurlah, setidaknya Rana tak harus gila setiap hari dengan melihat wajah menjijikkan Herman.
Saat ini, Rana seperti biasa memakan makanannya dengan tangan kiri yang memegang sebuah novel bergenre romance--misteri. Bekalnya kali ini sedikit lebih spesial karna Rana baru saja mencoba resep baru, capcay sayur dan nugget ayam, itu satu satu nya resep yang ia pikir bisa ia buat saat para maid mengeluarkan sayur sayur itu dari lemari es--yang Rana yakini akan segera di buang jika tak cepat ia ambil, Rana mencuri? Tidak, ia bahkan sudah izin meskipun hanya di balas dengan anggukan kaku oleh maid seusianya yang ia temui di dapur.
Rana menikmati makanannya dengan cepat, ia tak suka makan buru buru, namun karna konflik dari cerita yang ia baca sudah ada dalam tahap klimaks membuatnya mau tak mau melakukan itu, ingin menunda makan namun perutnya sudah meronta untuk di isi, apalagi jam istirahat akan berakhir sepuluh menit lagi, jadi solusi terbaiknya ya membaca sambil makan seperti sekarang.
Sebuah kertas terlempar hingga mengenai makanannya yang masih tersisa sebagian, Rana terlambat menyadari jika ada Pricil dan para antek anteknya yang tengah menatapnya sembari melipat tangan di atas dada. Huh! Apa tak bisa mereka membiarkan hidupnya tenang lebih lama?
"Dateng!"
Rana menyembunyikan helaan nafasnya, ia terpaksa mengambil pembatas buku di sambung dengan menutup novelnya, tak luput tangannya melepas sendok plastik namun tetap tak menutup kotak bekalnya, perutnya belum kenyang dan ia akan meneruskannya setelah mengurus para gadis cantik cantik sinting ini.
Rana mengambil kertas--lebih tepatnya sebuah undangan dengan perpaduan warna gold dan pink elegan di depannya, itu undangan ulang tahun dengan nama Pricil yang terlukis indah, Rana menjungkitkan alis, ia merasa tak pernah sedekat itu dengan gadis di depannya hingga membuat mereka sudi mengundangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Rana
Short StoryTidak semua cerita berakhir happy ending, terkadang sad ending juga perlu untuk sebuah kata sadar, jika tuhan tidak hanya menciptakan senyuman tapi juga air mata untuk pengingat, dia yang mengatur semua nya, bukan kita. Ini cerita ku, tentang luka...