Bab 9

182 28 0
                                        

Suasana rumah Nenek Maryati tampak ramai, beberapa orang bergotong royong mendirikan tenda dan membuat dapur darurat di bagian belakang.

Semua sangat sibuk, termasuk Alana. Gadis itu sejak pagi sudah mengerjakan banyak hal. Senejak, ia duduk sebentar memerhatikan bapak-bapak tetangga yang juga beristirahat sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Besok lusa, hari pernikahan Om Rey dan Mbak Arini. Beberapa kerabat Nenek pun sudah berdatangan satu persatu.

"Kak Al." Seorang gadis muda menyerunya.

Alana mengengok. "Kenapa?"

"Sini," panggilnya.

Alana menurut, ia bangun dari duduknya untuk menghampiri sepupu jauhnya.

"Ada apa, Fit?" tanya Alana.

"Aku mau mandi, pinjam handuk," tukasnya.

Alana memandang tangannya yang kotor. Ia baru saja selesai membasuh ayam yang hendak dimasak untuk suguhan bapak-bapak tetangga yang membantu.

"Di dalam lemari, ambil saja sendiri," titah Alana.

Perempuan dengan stelan kaos berwarna abu muda dan celana model wide leg itu beranjak menuju pintu lemari.

Gadis bernama Fita Ayunda itu sempat mengerutkan kening, tatkala menemukan tumpukan pakaian laki-laki di dalam lemari Alana.

"Kok, ini mirip kemeja cowok," gumamnya.

Sekali lagi, ia menggeser pintu lain, yang ia temukan lipatan celana panjang dan juga, underwear milik pria.

Handuknya di mana sih!" ucap Fita pelan.

Tak kunjung menemukan barang yang ia cari. Fita menggeser tungkai kaki, kembali meminta Alana menghampirinya.

Kali ini Alana sudah mencuci tangan, ia pun sudah sangat istirahat. Dan memutuskan untuk membaringkan badan di atas kasur.

"Kak Al."

"Hmmm."

"Kok, di lemari kak Al, banyak baju cowok sih. Itu punya siapa?" Fita bertanya ingin tahu.

Alana terkesiap. Ia lupa bahwa ssmua yang ada di dalam kamar ini, tidak lagi semua milik Alana.

"Oh, itu ... mmm, itu punya Om Rey," tukasnya asal.

"Om Rey nitipin baju di kamar Kak Al? Kan dia juga punya lemari sendiri." Fita sedikit curiga.

"Baju Om Rey banyak, lemarinya nggak muat, jadi sebagian di simpan di sini," tukas Alana beralasan.

"Ohh!" Fita mengangguk pelan.

.
Alana benar-benar harus memutar otak, karena nyaris ketahuan. Untung saja, Shahin setuju untuk tidak pulang selama beberapa hari. Karena akan ada banyak saudara yang datang, sementara dari semua kerabat yang ada, tidak ada satu pun yang tahu akan status Alana yang sudah dua bulan ini berubah.

***
"Kamu di mana?"

Suara notifikasi dari ponsel Alana berbunyi. Alana yang sedang tiduran meraih ponsel dan membuka kotak pesan dan itu dari Shahin.

"Di kamar." Alana menjawab malas.

"Saya ke sana, ya?"

"Jangan! Nggak boleh."

"Ada yang mau saya ambil."

"Bilang aja, apa? Nanti Al ambilin."

"Nggak bisa, saya harus ambil sendiri."

"Di sini ada sepupu aku, lagi mandi. Om dilarang masuk."

"Ya, udah, kamu keluar, saya di sini."

Alana merotasikan kedua bola matanya.  Namun tetap menurut, ia bergegas meninggalkan ruang pribadinya.

JODOH SI BUJANG LAPUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang