Bab 4

147 16 4
                                    

Kesalahpahaman dalam pernikahan itu biasa. Namun, yang tak biasa itu adalah hidup bersama, tetapi tak saling memberi pemahaman untuk menerima nasib masing-masing.

Salah satu kekeliruannya ialah, mempertahankan ego yang tak ada habisnya.

_________________________________________

"Duduknya di sini, masa di belakang. Emang saya supir kamu apa?" protes Shahin ketika tangan Alana menarik pintu lain.

“Aku mau-nya disini,” elaknya.

"Nggak, kamu, duduknya di depan,"
titah Shahin bersikukuh.

"Kenapa sih?" tanya Alana dengan wajah sedikit cemberut.

“Pokoknya duduknya disini,” pungkasnya tegas.

“Om, aku kalo pergi-pergi agak jauhan biasanya bobo, loh. Di belakang itu tempat paling nyaman buat tiduran,” ujarnya memberi alasan.

"Kalau masih bersikukuh, kita nggak jadi berangkat." Ancam Shahin membuat Alana mendadak menyipitkan mata.

Terbukti, gadis itu terlihat makin mengerucutkan bibirnya sekarang dan dengan tanpa ragu, Alana menutup kembali pintu yang baru saja ia tarik dengan cukup kasar. 

"Udah puas!" Alana menggerutu tak kalah lantang, tangannya bahkan langsung ia lipat di dadanya.

Akan tetapi, Shahin enggan menanggapi ocehan Alana yang ketus. Pria itu, tampak acuh dan lalu, memutar kunci kendaraan, sehingga roda-roda itu berputar meninggalkan halaman dari kediaman yang menjadi saksi bersatunya hubungan. Dari awalnya hanya sebatas kenalan menjadi pasangan.

Tepat jam sembilan malam, Alana tidak yakin kalau Shahin akan membawanya pulang ke rumah neneknya. Firasat gadis itu mengatakan akan ada tempat lain yang akan Shahin tuju.

"Katanya suka ngantuk, kok masih melek "

"...."

"Bilang aja nggak mau duduk sama saya. Iya, kan?"

"...."

"Kok diem. Biasanya suka banget ngelawan."

Alana mendelik. "Apaan sih, Om?"

"Nah gitu dong, ngomong."

"Loh, bukannya Om yang doyannya irit ngomong. Kok jadi cerewet!"

"Saya emang cerewet kok, kamu aja yang nggak tahu."

"Gimana mau tahu, orang tiap kali ketemu Om tuh nyeremin."

Mendapati jawaban polos dari sang istri. Shahin menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyum yang membuat perutnya seperti sedang digelitik.

                            💕💕💕

Benar saja, apa yang Alana duga. Shahin membawanya ke sebuah rumah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.
 
Tanpa sedikitpun keraguan, tangan Shahin menjulur mendorong papan pintu selayaknya rumah sendiri. Sedang Alana cukup tahu, bahwa tempat tinggal Shahin bukanlah di tempat ini.
Lalu apa ini rumah yang selama ini Shahin persiapkan untuk pasangannya?

Demi mendapatkan jawaban dari keingintahuannya, Alana yang menatap gusar pun melayangkan tanya pada suaminya yang sudah masuk satu langkah ke dalam sana.

"Ini rumah siapa?" tanya Alana, matanya meliar ke segala arah.

"Rumah kita," jawab Shahin.  "Ayo masuk." Sambungnya mengajak Alana.

Gadis itu tak langsung mengikuti Shahin, ia termangu selama beberapa menit, dengan raut penuh kekhawatiran, Alana takut pria itu melakukan hal yang tidak-tidak terhadapnya.

JODOH SI BUJANG LAPUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang