Bab 12

123 19 2
                                    

Suasana hangat dari matahari menerobos dari celah dinding kaca. Suara kicauan burung-burung dan juga suara para tetangga yang sedang bergosip di tukang sayur keliling yang berhenti tak jauh dari rumah Alana.

Sementara, di dalam sana, Alana sedang berbaik hati mencuci piring dengan alunan music terdengar kencang yang perputar dari ponselnya. Lalu, Shahin?

Pria itu baru saja kembali dengan kantung hitam. Tentu saja hasil belanjaan dari tukang sayur yang diserbu oleh para ibu-ibu.

"Hari ini mau kemana?" Shahin bertanya pada Alana yang kemudian menoleh sekilas. Tangannya menutup keran air dan mengelapnya dengan menggunakan kain yang menggantung tak jauh dari sana.

"Memang mau kemana?" Ia membalikkan tanya.

"Piknik ke taman, mau?"

Alana seperti berpikir sejenak. Lalu menggeleng cepat.

"Loh, kenapa?"

"Hari minggu pasti ramai, Om. Aku nggak mau ke tempat yang banyak orangnya,"

"Ya, sudah kalau gitu terserah kamu mau kemana?" tukas Shahin dengan tangan menarik kursi dan ia duduk dengan nyaman disana.

"Tunggu, tunggu. Kok aku curiga sih!" Alana malah berspekulasi.

"Curiga apa?"

"Kok Om tiba-tiba ngajak aku piknik? Pasti ada maunya, ya?"

"Ya sekali-sekali ngajak istri sendiri, apa salahnya." ucap pria itu santai. Tapi tidak dengan Alana, gadis itu hampir saja tersedak dibuatnya ketika Shahin mengatakan kalimat demikian.

Shahin kaget, melihat Alana yang batuk-batuk. Laki-laki itu langsung sigap menepukkan tangannya ke punggung Alana.

"Kamu kenapa sih?"

Alana menggeleng, ia tak berani menunjukkan raut wajahnya yang memerah karena apa yang Shahin katakan telah membuat jantungnya langsung jatuh ke dasar lambung, lalu melewati barisan usus dan terdiam disana.

Hatinya sudah menclak-menclok ke sana ke sini dengan lampu warna-warni saling berkelap-kelip. Seandainya bisa ia lihat sendiri, begitulah keadaan hatinya sekarang.

Fix, cewek abege itu udah jatuh cinta sama Om-om yang dulunya nggak pernah ia sukai.

Makanya, Al. Pepatah mengatakan bahwa sekat antara cinta dan benci itu hanya setipis kulit ari.

Jadi jangan terlalu benci, nanti yang ada malah terlalu cinta.

Nggak sadar, kan anda.

Oke, skip!

.
Alana jadi salting sendiri. Padahal Shahin hanya mengutarakan kalimat nyata, bukan sekadar dari gombalan dari para kaum Crocodile yang hidupnya di darat dan kadang juga lebih pantas kecemplung di rawa-rawa.

Loh, kok Authornya curhat!

Pasti korban Crocodile-crocodile, ya?

Baiklah. Skip again.

"Kemana aja sih, Al ikut aja. Kalo gitu Al mau siap-siap dulu ya." Alana menukas dengan kaki berjalan menuju ke kamar tanpa mau melihat ke belakang, di mana Shahin malah seperti sedang keheranan.

💕💕💕

Roti lapis, salad buah dan minuman segar tak lupa juga sebotol susu untuk Alana sudah Shahin siapkan. Percayalah wahai nitijen, Alana bisa-bisa mengomel kalau tahu Shahin membawa susu untuknya.

Kenapa?

Karena Alana udah nggak minum susu. Katanya sih, susu itu cuma buat anak kecil, sedangkan dia udah gede, minumannya juga harus ganti, minimal kopi yang lagi nge-hits di jaman jigeum. Dan justru, Shahin akan mengomeli Alana kalau ketahuan cewek itu terlalu banyak minum kopi. Jadilah gara-gara kopi, keduanya saling melemparkan argumentasi yang nggak penting-penting amat. Lalu nggak saling tanya sampai hari berganti pagi.

JODOH SI BUJANG LAPUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang