Suasana meriah, musik bergema dan tamu yang datang berbondong-bondong datang mengucapkan selamat pada pasangan pengantin yang tersenyum semringah menerima do'a serta restu.
Sementara di ujung tenda yang berdiri kokoh dan megah di halaman luas.
Alana duduk dengan mata memerhati sang paman yang berhasil mempersunting wanita pujaannya, Mbak Arini.
Senyum pria dalam balutan stelan pengantin berwarna putih itu mengembang bahagia, begitu pun Mbak Arini, dia begitu cantik sekali. Kebaya yang menempel di badannya sangat anggun dan elegan
Sebagai keponakan satu-satunya san merangkap menjadi teman berantemnya, Alana tentu merasa terharu melihat pemandangan itu.
Namun, di hitungan detik kemudian dalam benaknya Alana merasa iri. Karena jika dibandingkan dengan pernikahannya waktu itu yang tercenderung sepi, sudah bisa dipastikan jauhnya bak langit dan bumi.
Mendadak, menjadi pengganti, di kampung orang, lalu apa lagi? Tidak ada rasa cinta di antara dirinya dan Shahin.
Jauh sebelum statusnya terikat menjadi istri Shahin. Meski masih remaja, Alana sempat memimpikan tentang acara pernikahan yang tak kalah megah dari ini dan menjadi pusat perhatian.
Sayangnya, Alana cukup ragu, apakah suatu hari nanti dirinya bisa merasakan seperti apa yang Mbak Arini rasakan sekarang atau hanya akan tetap menjadi angan-angan semata
Itu ... sangat menyedihkan sekali.
.
Tengah larut dalam lamunan, Alana tersentak karena tiba-tiba Shahin menyeru dirinya. Setelah sejak tadi begitu sok sibuk wara-wiri."Hmmm," sahut Alana malas.
Shahin mengempaskan bantalan pinggulnya ke atas kursj berlapiskan kain dan pita merah di bagain belakang.
"Kamu kok keliatan kek boneka pajangan yang lupa dibalikin ke etalase," ucap Shahin sembari melipat kedua tangan ke dalam dada.
Alana mencebik sebal. "Kalau aku boneka, Om apa? Badut yang kelewat nampang?"
Shahin tertawa kecil. "Badut nggak akan pernah sekeren ini, Sayang," pungkasnya.
Alana melirik sengit. "Sayang, sayang, nih!" cemoohnya sembari menaikkan kepalan tangan untuk Shahin.
"Saya serius, loh," ujar Shahin. "Pakaian kita aja matching padahal kan nggak janjian," sambungnya.
"Dih!" Alana melengos, kupingnya terasa gatal dan panas karena Shahin sering sekali bersikap menyebalkan akhir-akhir ini.
Lagi pun setahu Alana, Shahin itu pribadinya sangat kaku dan nggak suka banyak bicara. Namun, setelah menikah Alana jadi banyak tahu kalau Shahin sangat receh dan usil.
Alana tahu, karena Shahin sering ke rumah sejak Alana masih kecil, mungkin sejak dirinya masih mengenyam pendidikan di sekolah dasar.
Setiap kali ada yang bertanya, jangankan bibirnya menjawab ramah lengkap dengan senyum. Tidak!
Pria itu akan menjawab singkat, tapi sekenanya, semaunya, seasbunnya.
Alana sempat berpikir, apa jangan-jangan mantan calon istrinya yang kemarin itu kabur gara-gara Om Shahin yang jutek, ketus dan sok pendiam.
.
Terdengar suara Shahin tertawa pelan menambah riuh yang melintas di telinga. Lalu kemudian terdengar helaan napas darinya yang masih berdiri di samping istri kecilnya.
"Saya sangat paham, kalau pernikahan yang mengikat kita, bukanlah impian kamu," ucap Shahin tiba-tiba serius.
"Dan ini juga bukan pernikahan yang Om mau," tukas Alana cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SI BUJANG LAPUK
Romance"Jodoh? Kadang datang bukan untuk membuatmu berbunga, tapi untuk menguatkanmu." Jodoh Si Bujang Lapuk - tentang perjalanan dua hati manusia terpaut jauh usianya, yang dipaksa bersanding, lalu perlahan belajar untuk saling menguatkan. ---