Cuaca sore ini terlihat mendung. Awan hitam pekat bergulung ke arah utara, berarak tertiup angin. Sepertinya, rintiknya memang akan segera berjatuhan ke atas pucuk-pucuk daun pepohonan.
Alana mendengkus tak senang melihat rona langit yang sebelumnya cerah, tetapi berubah dalam waktu singkat.
"Loh, kok malah ujan," gerutunya kemudian.
Gadis berperawakan tinggi sedang dengan stelan casual itu sudah bersiap untuk pergi. Petang ini, ia sudah janji menonton film bersama teman-teman sekolahnya. Sayang, hujan malah turun semakin deras, bahkan guntur sempat mengilat menyeramkan di ujungnya.
"Ngapain di sana?" Suara khas laki-laki menyapa Alana dari dalam. Tepatnya dari arah pintu yang terbuka.
Seorang pria yang biasa Alana panggil dengan sebutan Om Rey itu sedang asyik mengunyah kacang goreng bersama toples dalam dekapnya.
"Mau keluar, tapi malah ujan," tukas Alana sedikit manyun
"Ya bagus," sahut Om Rey.
"Kok gitu?" tanya Alana dengan ekspresi cemberut.
"Dari pada sana-sini nggak jelas bareng temenmu. Mendingan ikut Om aja, mau?" ajaknya.
"Kemana?" Alana bertanya dengan kening berkerut ingin tahu.
"Ngedate," ujar Rey.
"Dih! Nggak mau, jadi kambing conge."
"Pokoknya ikut. Entar malem."
"Kok, maksa! Pacaran nggak boleh ngajak-ngajak orang."
Om Rey beranjak dari tempatnya. Ia ikut duduk di kursi kayu yang ada di tepas rumah. Masih dengan kunyahannya yang belum berhenti.
"Bantuin Om sama calon tantemu pilihin barang buat nanti lamaran."
"Kalian kan bisa pilih sendiri." Alana tetap menolak.
Om Rey menggeleng cepat. "Biasanya kalo sesama cewek itu pilihannya lebih mantep. Kalo sama Om yang ada ujungnya ribut lagi," pungkasnya.
Alana sempat berpikir beberapa saat, sebelum ia melayangkan tanya.
"Kalo Al ikut, Al dapet apa?"
"Dapet cowok!" sahut Om Rey asal. Lalu tertawa sambil masuk lagi ke dalam rumah.
Sementara Alana menayangkan tatapan heran pada pria berusia tiga puluh empat tahun itu karena menertawakan sesuatu yang menurut Alana sendiri, tidak ada hal lucu yang pantas ditertawakan.
***
Om Rey benar-benar membawa Alana untuk ikut ke pusat perbelanjaan. Di bangku belakang kendaraan roda empat yang ia tumpangi, wajah Alana sedikit cemberut sebab ia di bawa pergi ke tempat sama, di mana ia akan menonton bersama kawannya tadi petang.
Setibanya, Alana terus membuntuti Om Rey dan Mbak Arini, perempuan cantik yang sudah dua tahun ini dipacari Om nya.
"Makan dulu, ya. Biar nanti nyari barangnya enjoy," kata Om Rey membelokkan langkah ke arah Street Food yang letaknya berada di lantai dua.
Di dalam ruang makan cepat saji. Om Rey melambaikan tangan pada seseorang yang tidaklah asing di mata Alana.
"Sorry telat Bro," sapa Om Rey. Sepertinya mereka sudah janjian.
Ketiganya lalu duduk di meja yang Shahin tempati. Ya, nama pria dengan wajah calm itu adalah Shahin. Teman dekat Om Rey yang kabarnya akan menikah dalam waktu dekat.
"Aku pesen dulu, ya," ucap Mbak Arini pada Om Rey.
"Ikut, Mbak," sela Alana.
"Diem aja di sini," cegah Rey.

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SI BUJANG LAPUK
Storie d'amore"Jodoh? Kadang datang bukan untuk membuatmu berbunga, tapi untuk menguatkanmu." Jodoh Si Bujang Lapuk - tentang perjalanan dua hati manusia terpaut jauh usianya, yang dipaksa bersanding, lalu perlahan belajar untuk saling menguatkan. ---