Bab 5

137 18 2
                                    

"NENEEEEEEEK!" Alana buru-buru turun dari kendaraan Shahin setelah mobil itu berhenti di pekarangan.

Suaranya memekik riang seperti orang yang baru pertamakali bertemu setelah berpisah selama berbulan-bulan. Padahal, Alana hanya baru kemarin berpisah dari neneknya tersayang.

"Aku kangen Nenek." ucapnya manja sembari menyandarkan kepala pada bahu Nek Mar.

"Kamu itu sudah punya suami masih saja manja begini."

"Biarin."

Sedang asyik-asyiknya gelendotan, terdengar Shahin turut masuk setelah ia memberi salam. Menghampiri nenek dari istrinya serta mencium tangan wanita itu dengan hangat.

"Sudah sarapan, belum?"

"Alhamdulillah sudah, Nek."

"Tapi Al, laper lagi." Alana menyela, masih dengan kemanjaannya yang luar biasa.

Sang Nenek menyapukan tangan pada helaian rambut cucu perempuan satu-satunya dengan senyum yang mampu menghilangkan bulatan netranya yang segaris. Ia menyimpulkan senyum tak kalah hangat.

"Makan sana, ajak suamimu juga."

"Nggak usah, Nek. Biar Alana saja." tolak Shahin. "Oh iya, Rey mana Nek?"

"Ada, lagi mandi. Ya sudah kalau begitu, Nenek tinggal dulu ke dalam ya."

"Baik, Nek." Shahin berujar lantas kepalanya mengangguk pelan, turut tersenyum namun ekor mata mengikuti kemana punggung Alana menghilang.

                              💕💕💕

"Kamu pulang ke rumah nenek aja dulu. Nanti malam saya jemput sehabis dari kantor. Jangan lupa, semua barang-barang kamu harus sudah dibereskan." Pesan Shahin sebelum menurunkan Alana tak jauh dari gerbang sekolah.

Mendengar hal itu, tentu saja Alana memberikan respon dengan kening berkerut-kerut.

"Barang apa?"

"Ya, barang-barang kamu."

"Memang mau kemana?"

Shahin menarik napas cukup panjang. Lantas tangannya mengusap dadanya, pelan. Sepertinya memang menikahi gadis remaja bukan pilihan tepat untuk Shahin. Sebab kalau sudah mode lemot begini, Alana akan terus bertanya-tanya.

"Kamu lupa sekarang kamu siapa, Al? Kamu istri saya dan mulai hari ini, besok juga seterusnya, kamu akan tinggal bersama saya."

"Kalau aku nggak mau?" jawab Alana.

"Ya kalau gitu ngapain saya nikahin kamu."

"Yeeeey! Perasaan nggak ada juga deh yang mau dinikahin sama Om."

"Ada!"

"Siapa?"

"OM KAMU!"

"Kok bentak-bentak, sih!"

"Mending kamu turun aja deh sekarang. Pusing kepala saya dengar kamu ngoceh melulu."

"Nggak perlu ngusir juga, aku udah mau turun kok dari tadi. Om-nya aja yang ngalangin-ngalangin aku." Tukasnya semakin menjadi.

Sebenarnya sengaja sih Alana ingin membuat Shahin kesal. Terbukti, apa yang ia lakukan cukup berhasil. Dan ketika kakinya menapaki trotoar, tanpa mau mengucapkan kata-kata, Alana malah menyembunyikan senyum seraya terus berjalan menuju gerbang sekolahan.

"Makanya jangan main-main sama Alana, Om!" Benaknya berbisik ceria.

                              💕💕💕

JODOH SI BUJANG LAPUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang