Alana kembali sibuk dengan aktifitas sekolahnya. Berbagai latihan dan tugas akhir harus segera ia tuntaskan.
Sudah dua hari Shahin pulang ke rumah orang tuanya. Ia harus membereskan beberapa pakaian untuk dibawa ke rumah Alana. Sebah, kemarin hanya membawa beberapa helai saja.
Pun, ia disibukkan dengan tugas kantor yang tertunda karena ia sempat mengajukan cuti selama tiga hari.
Alana sih, oke-oke saja. Dan dia justru merasa bebas karena tak ada Shahin di sekitarnya. Gadis itu pun sama sekali tidak mengirim pesan pada suaminya, karena sebelum ini pun Alana maupun Shahin tidak pernah saling save kontak, apalagi saling berbalas pesan.
Namun, kondisinya sedikit lain. Saat Alana bersiap membereskan tasnya. Saat ia sudah begitu senang karena akan berjalan-jalan dulu ke Mall bersama teman-temannya.
Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.
"Saya tunggu kamu di perempatan."
"Siapa nih?" gumamnya, tapi enggan untuk membalas.
Shahin sudah ada di sekitar sekolah Alana sejak dua puluh menit lalu. Di perempatan tak jauh dari gerbang sekolah.
Matanya meliar, memerhati anak-anak sekolah yang baru saja bubar. Iris mata Shahin menemukan Alana berjalan beriringan dengan beberapa kawan.
"Chatnya sudah dibaca, tapi kenapa malah berjalan ke lain arah bersama teman-temannya?" Shahin bertanya heran.
Pria itu kemudian, menekan tanda telepon untuk langsung menghubungi Alana.
Mendapati ponselnya berdering dari nomor asing. Alana sempat mengerutkan kening, sebelum ia memutuskan untuk meresponnya.
"Halo."
"Saya tunggu kamu di perempatan. Kenapa kamu malah lurus?"
"Om tahu nomor Al dari mana?"
"Apa itu penting? Sekarang ikut, saya."
Alana menarik diri di antara teman-temannya.
"Al lagi ada janji, Om," ucapnya pelan.
"Sama siapa? Cowok?"
Alana merotasikan kedua mata.
"Nonton bareng temen-temen," tukasnya.
"Oh, kirain saya sama cowok."
"Nggak usah di tanya, cowok Al banyak, tinggal atur jadwal."
"Alana Prameswari."
Alana terkekeh dari seberang telepon. Rupanya pria itu cukup tegas juga ketika Alana mengeluarkan umpan dari pancingan yang Shahin sodorkan sendiri.
***
"Ada apa sih? Om tuh ngerusak acara Al banget," protes Alana sembari meloloskan tubuh pada badan kendaraan.
"Saya mau ngajak kamu ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Hotel." Shahin menyahut asal.
"Jangan main-main deh, Om." Alana merengut kesal.
"Kalo kamu ketahuan jalan sama cowok, saya seret kamu ke hotel."
"Dih! Ngatur."
"Bukan ngatur Alana. Kamu harus menghormati pernikahan kita."
"Serius amat, Om!"
"Emang sejak kapan saya main-main?" Shahin berucap tegas.
Alana yang usil, sampai diam dibuatnya. Namun, saat wanita itu menoleh, Alana mengulangi kalimat Shahin pelan dengan wajah sedikit mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SI BUJANG LAPUK
Romance"Jodoh? Kadang datang bukan untuk membuatmu berbunga, tapi untuk menguatkanmu." Jodoh Si Bujang Lapuk - tentang perjalanan dua hati manusia terpaut jauh usianya, yang dipaksa bersanding, lalu perlahan belajar untuk saling menguatkan. ---