"Apa aku akan merasakan sakit lagi tuhan? Kenapa secepat ini". Batin meli
*Brukk
Rama menghempaskan tubuh meli"Akhh". Erang meli kesakitan
"Harus di kasih pelajaran!". Ucap Rama menyalakan shower dan melepaskan gesper yang ada di pinggangnya
*Ctarr ctarr
Rama terus menerus melayangkan gesper itu ke tubuh meli sampai tubuh meli mengeluarkan darah*Ctarr ctarr
*Bughh bughh
*Bughh
*Akhh sakitt pah
*Udahh hiks
"Pah maafin meli,sakit pah hiks". Ujar meli menangis
"tidak akan saya kasih ampun". Ujar Rama menendang tubuh meli sampai terhempas ke tembok.
*Akhh sttt hikss
Rasanya kini tubuhnya mati rasa,benar benar mati rasa.cambukan itu membuat seluruh badannya sakit ditambah shower yang terus menyala membuat ia merasakan perih
Meli berdiri dengan sisa tenaga yang ada
"Pah meli mohon udah hiks, papah tau ngga selama ini meli sakit? Papah tau ngga selama ini meli hadapin semuanya sendiri? Hikss meli bener-bener cape pah. Meli iri ketika melihat keluarga lain bertukar tawa kapan kita kaya dulu lagi pah? Hiks meli sayang sama papah tapi kenapa papah ngga sayang sama meli? Papah malah siksa meli bahkan papah pemberi luka terhebat bagi meli". Ucap meli mengeluarkan semua unek uneknya,ia ingin papahnya sadar anaknya ini butuh kasih sayang.
"Beraninya kamu bicara seperti itu! dan perlu harus kamu ingat! Kamu bukan anak saya sialan!". Ujar Rama naik pitam menendang tubuh meli hingga terpental dan kepalanya membentur tembok
*Akhh stt
"Kenapa harus aku yang ngalamin ini semua pah? Kenapa? Hiks". Lirih meli memejamkan matanya
*Ctarr
*Bughh bughh
*Plakk
*Byurr
*Cape hiks
*Sakit pah udah
"Sakit tuhan hiks". Batin meli menangis
"Mulai besok saya tidak ingin melihat wajah kamu lagi anak sialan!Kemasi barang-barang kamu dan keluar dari rumah saya!". Ujar Rama pergi meninggalkan meli
"Pah meli mohon jangan usir meli,meli ngga punya siapa-siapa lagi selain kalian hiks. Ucap meli memeluk kaki Rama membuat Rama berbalik dan menghempaskan tubuh meli
"Saya tidak peduli!". Tegas Rama meninggalkan meli
Dengan kondisi yang memprihatinkan,ia sedang terduduk menangis menenggelamkan kepalanya pada lipetan tangannya dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya.Ia menikmati rasa sakitnya
Lama menangis membuatnya lelah dan mengantuk tapi ia teringat ucapan ayahnya.ia segera bangkit dari posisinya dan berjalan pelan keluar kamar mandi dengan tubuh yang basah dengan luka yang baru.tak sengaja dirinya berpapasan dengan bi Sumi
"Ya tuhan non kenapa". Ucap bi sumi kaget melihat tubuh meli penuh dengan luka
"Hehe aku ngga papa kok bi". Ujar meli tersenyum
"Non lagi ngga baik-baik aja". Ujar bi Sumi memeluk tubuh meli
Tangis meli pecah
"Hiks meli cape bi hiks meli mau nyerah meli sakit hiks". Ujar meli menangis dipelukan Bu Sumi
"Non jangan ngomong kaya gitu,non pasti kuat". Ujar bi sumi
"Ngga bi meli ngga kuat hiks". Mendengar itu membuat bi Sumi tak tega
"Ngga,non pasti kuat". Ujar bi Sumi melepaskan pelukannya
Bi Sumi melepaskan pelukannya dan melihat luka di sekujur tubuh meli
"Bibi obatin luka non yah". Tawar bi Sumi
"Ngga usah bi,meli buru-buru mau kemasin barang-barang meli". Ujar meli mengusap air matanya
"Non mau kemana". Tanya bi Sumi
"Meli ngga tau mau kemana bi,meli di usir". Ujar meli bi Sumi tak tega melihat kondisi anak majikannya itu
"Meli ke atas ya bi". Ujar meli lalu pergi meninggalkan bi Sumi
Sesampainya di dalam kamar meli langsung mengemasi semua barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam koper. ketika sedang mengemasi barang-barang tak sengaja dirinya melihat 1 foto yang ia pajang di kamarnya,ia mengambil foto itu. Terlihat Oliv Raka Rama dan dirinya yang sedang tersenyum lepas
"Meli pasti rindu kalian walaupun kalian ngga pernah nganggap keberadaan meli". Lirih meli tersenyum hambar
Meli tidak memasukan foto itu kedalam koper melainkan memajangnya kembali,selesai mengemas ia berdiri dan mengambil uang di laci,hanya tinggal 300 ribu apakah ini akan cukup untuk kebutuhan sehari-hari nantinya? Ah sudah pasti tidak,mungkin nanti ia akan bekerja dan putus sekolah.
*Cklek
Terlihat Bi Sumi memasuki kamar meli dengan membawa kotak p3k"Non". Panggil bi Sumi membuat meli membalikkan tubuhnya
"Ada apa bi?". Tanya meli
"Bibi obatin luka non dulu yah". Tawar bi Sumi
Meli hanya menganggukkan kepalanya.bi Sumi menghampiri Meli,keduanya duduk di tepi kasur dengan bi Sumi yang sedang mengobati luka meli.tak ada percakapan hanya ada ringisan kecill yang keluar dari mulut meli.selesai mengobati luka meli bi Sumi mengemasi kotak p3k itu dan bertanya
"Nanti non mau tinggal dimana?". Tanya bi Sumi melihat meli
"Ngga tau bi". Balas meli
"Non tinggal di rumah bibi aja yah". Tawar bi Sumi
"Ngga usah bi nanti ngrepotin". Tolak meli halus
"Non itu udah bibi Anggap anak sendiri". Ujar bi Sumi mengelus puncak kepala meli
"Non tinggal di rumah bibi yah,tapi maaf rumah bibi sederhana". Ujar bi Sumi
"Bibi yakin mau nampung aku di rumah bibi?". Tanya meli
"Kan bibi udah bilang non itu udah bibi Anggap anak sendiri". Ujar bi Sumi
Bi Sumi bangkit dari duduknya mengambil pena dan buku ia menuliskan alamat rumahnya
"Nih non alamat rumah bibi". Ujar bi Sumi Menyodorkan secarik kertas,meli menerimanya
"Rumah bibi ada di Bogor,nanti bibi telfon anak bibi Yang ada di Bogor kalau kamu akan tinggal di sana". Ujar bi sumi
"Anak bibi laki-laki atau perempuan?". Tanya meli
"Anak bibi laki-laki seumuran sama non,nanti bibi kasih fotonya biar non ngga bingung nanti pas nyari rumah bibi". Ujar bi Sumi
"makasih banyak ya bi". Ujar meli tersenyum
Bi Sumi merogoh kantong dan memberikan uang pada meli
"Ini apa bi". Tanya meli
"Uang,buat ongkos non ke Bogor,diterima ya non". Ujar bi Sumi
"Makasih ya bi". Ujar meli
"non berangkatnya besok pagi aja,sekarang udah malem takut ada apa-apa di jalan".
"Yaudah bibi keluar dulu,nanti non hati-hati di jalan". Ujar bi Sumi
"Iya, makasih bi".
KAMU SEDANG MEMBACA
hurtful
Teen Fictionbercerita tentang seorang gadis yang hari harinya dihiasi oleh kesedihan dan penderitaan sampai saat waktunya ia diusir dan ia memutuskan untuk memulai hidup baru dan melupakan kehidupan yang kejamnya ia suka hujan karena hujan bisa menyamarkan air...